Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan produksi vaksin COVID-19 di PT Biofarma dipastikan terbuat dari bahan baku yang halal.
"Insya Allah bahan bakunya pasti halal, karena Bio Farma sudah menjadi salah satu pusat produksi vaksin halal, banyak negara-negara Timur Tengah yang sudah beli," kata Erick saat berkunjung ke PT Bio Farma, di Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Meski begitu, dia mengatakan sertifikasi halal untuk vaksin COVID-19 itu nantinya bakal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurutnya, sejauh ini Bio Farma memang sudah terbiasa memproduksi vaksin dengan halal.
"Tentu untuk vaksin COVID-19 itu sertifikasi halalnya di MUI, tapi bahan bakunya dan produksi sudah siap," kata Erick.
Dia mengatakan masyarakat tidak perlu ragu terhadap kualitas vaksin COVID-19 yang nantinya akan diproduksi oleh Bio Farma. Karena perusahaan itu menurutnya sudah cukup berpengalaman sejak tahun 1890.
Menurutnya, Bio Farma merupakan perusahaan vaksin terbesar di Asia Tenggara. Hal itu terlihat dari kemampuan BUMN ini memproduksi vaksin sebanyak dua miliar unit.
"Jadi artinya kalau nanti vaksin COVID-19 ini benar-benar uji klinisnya baik, Insya Allah masyarakat jangan sampai meragukan, jadi cerita Bio Farma itu dimulai sudah cukup lama dan diakui dunia," katanya.
Saat ini Bio Farma sudah memiliki gedung yang siap memproduksi vaksin dengan kapasitas 100 juta unit. Pada Desember 2020 mendatang, bakal ada gedung produksi vaksin baru yang bisa memproduksi 150 juta unit vaksin.
"Artinya dengan kapasitas 250 juta, tahun depan ketika kita memproduksi vaksin, Insya Allah jumlahnya cukup, tapi kembali lagi, vaksinnya dulu yang perlu diuji klinis," kata Erick.
Baca juga: Menteri BUMN janji Biofarma bisa produksi 250 juta vaksin COVID-19
Baca juga: Biofarma: Uji klinis di Indonesia percepat penemuan vaksin corona
Baca juga: Vaksin corona ditargetkan tersedia sebelum akhir 2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Insya Allah bahan bakunya pasti halal, karena Bio Farma sudah menjadi salah satu pusat produksi vaksin halal, banyak negara-negara Timur Tengah yang sudah beli," kata Erick saat berkunjung ke PT Bio Farma, di Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Meski begitu, dia mengatakan sertifikasi halal untuk vaksin COVID-19 itu nantinya bakal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurutnya, sejauh ini Bio Farma memang sudah terbiasa memproduksi vaksin dengan halal.
"Tentu untuk vaksin COVID-19 itu sertifikasi halalnya di MUI, tapi bahan bakunya dan produksi sudah siap," kata Erick.
Dia mengatakan masyarakat tidak perlu ragu terhadap kualitas vaksin COVID-19 yang nantinya akan diproduksi oleh Bio Farma. Karena perusahaan itu menurutnya sudah cukup berpengalaman sejak tahun 1890.
Menurutnya, Bio Farma merupakan perusahaan vaksin terbesar di Asia Tenggara. Hal itu terlihat dari kemampuan BUMN ini memproduksi vaksin sebanyak dua miliar unit.
"Jadi artinya kalau nanti vaksin COVID-19 ini benar-benar uji klinisnya baik, Insya Allah masyarakat jangan sampai meragukan, jadi cerita Bio Farma itu dimulai sudah cukup lama dan diakui dunia," katanya.
Saat ini Bio Farma sudah memiliki gedung yang siap memproduksi vaksin dengan kapasitas 100 juta unit. Pada Desember 2020 mendatang, bakal ada gedung produksi vaksin baru yang bisa memproduksi 150 juta unit vaksin.
"Artinya dengan kapasitas 250 juta, tahun depan ketika kita memproduksi vaksin, Insya Allah jumlahnya cukup, tapi kembali lagi, vaksinnya dulu yang perlu diuji klinis," kata Erick.
Baca juga: Menteri BUMN janji Biofarma bisa produksi 250 juta vaksin COVID-19
Baca juga: Biofarma: Uji klinis di Indonesia percepat penemuan vaksin corona
Baca juga: Vaksin corona ditargetkan tersedia sebelum akhir 2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020