Uji coba vaksin COVID-19 dari Imperial College London akan memperluas lokasi uji coba manusia ke wilayah-wilayah seluruh Inggris, usai mendapatkan pendanaan dari pemerintah Inggris.

Dalam keterangan pers Kedutaan Besar Inggris yang diterima di Jakarta, Rabu, dikatakan bahwa vaksin tersebut akan diujicobakan di enam pusat studi tambahan, setelah studi praklinis terhadap tikus menunjukkan hasil antibodi yang dapat dihasilkan vaksin sangat spesifik terhadap SARS-CoV-2 dan mampu menetralkan virus.

“Kabar baik terbaru dari Inggris adalah mengenai vaksin dari Imperial College London, yang uji klinisnya baru saja menerima tambahan dana sebesar 40 juta poundsterling (747 miliar rupiah) dari pemerintah Inggris untuk melanjutkan pengujian. Berita ini bagaikan cahaya baru dalam ujian yang tengah kita hadapi,” kata Wakil Duta Besar dan Kuasa Usaha Sementara Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Rob Fenn.
 

Dia mengatakan bahwa proyek vaksin bersifat jangka panjang dan menghadapi kesulitan tertentu. Kemungkinan besar bakal-bakal vaksin yang tengah dikembangkan pun tidak akan dipasarkan sebelum nantinya dapat menjadi vaksin yang dapat digunakan.

Vaksin Imperial College tersebut didasarkan pada pendekatan baru yang menggunakan untaian kode genetik sintetis (RNA), dari bahan genetik virus.

Setelah disuntikkan ke dalam otot, untaian RNA akan memperbanyak diri melalui proses duplikasi dan menginstruksikan sel-sel tubuh untuk membuat salinan protein runcing yang ditemukan di bagian luar virus. Lapisan ini kemudian melatih sistem kekebalan tubuh untuk merespons virus corona, sehingga tubuh dapat dengan mudah mengenali dan mempertahankan diri terhadap virus COVID-19 di masa depan.

Bakal vaksin tersebut telah diujicobakan kepada 92 sukarelawan, dan rencananya, ujicoba vaksin akan dilakukan kepada lebih dari 200 orang lain di enam lokasi, yakni Rumah Sakit Chelsea Westminster NHS Foundation Trust, Imperial College Healthcare NHS Trust, Rumah Sakit Universitas St George NHS Foundation Trust, University College London NHS Foundation Trust, Universitas Surrey dan Rumah Sakit Universitas Southampton NHS Foundation Trust.

Para partisipan dengan rentang usia 18-75 tahun akan menerima dua imunisasi dalam waktu empat minggu.

Jika percobaan ini berhasil, vaksin tersebut dikatakan dapat memberikan dosis efektif dari volume yang relatif rendah, sehingga dapat menjadi ideal untuk diproduksi secara masif dengan biaya yang relatif rendah.

Baca juga: Biofarma: Uji klinis di Indonesia percepat penemuan vaksin corona

Baca juga: LIPI pastikan kandidat 27 vaksin COVID-19 masuk uji klinis

Baca juga: LIPI sebut uji klinis tahap II vaksin dari Genexine libatkan 100 relawan

Pewarta: Aria Cindyara

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020