Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro memastikan berbagai penelitian vaksin untuk COVID-19 dilakukan secara bersamaan atau secara simultan.
"Yang pasti kita tidak secara sekuensial, dalam pengertian mencoba yang ini nggak berhasil baru coba yang lain," kata Bambang di Kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, Rabu.
Dia mencontohkan, saat ini penelitian uji klinis tengah dilakukan untuk vaksin Sinovac dengan membuka pendaftaran bagi relawan. Di samping itu, penelitian juga dilakukan untuk vaksin merah putih.
Menurut dia setiap negara juga melakukan upaya yang sama dalam menangani COVID-19. Sehingga, kata dia, pengadaan vaksin itu tidak bergantung kepada satu penelitian.
"Karena tidak ada jaminan bahwa vaksin ini efektif untuk kelompok masyarakat atau untuk wilayah tertentu. Jadi seperti dilakukan oleh banyak negara yang bukan hanya Indonesia, upaya untuk mendapatkan vaksin ini harus paralel," katanya.
Selain itu, ia juga mendorong Bio Farma sebagai perusahaan vaksin dalam negeri untuk bekerja sama penelitian dengan produsen vaksin negara lain.
Dengan penelitian secara simultan itu, ia mengharapkan Bio Farma bisa mendapatkan vaksin dengan cepat dan juga efektif untuk mencegah virus COVID-19.
"Pokoknya siapa yang bisa menghasilkan yang paling efektif itu yang paling penting ya. Bukan masalah cepat saja, karena percuma cepat kalau tidak aktif. Kita berupaya dua-duanya," kata dia.
Baca juga: LIPI pastikan kandidat 27 vaksin COVID-19 masuk uji klinis
Baca juga: LIPI sebut uji klinis tahap II vaksin dari Genexine libatkan 100 relawan
Baca juga: LIPI sebut tumpang tindih uji klinis vaksin Sinovac karena pandemi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Yang pasti kita tidak secara sekuensial, dalam pengertian mencoba yang ini nggak berhasil baru coba yang lain," kata Bambang di Kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, Rabu.
Dia mencontohkan, saat ini penelitian uji klinis tengah dilakukan untuk vaksin Sinovac dengan membuka pendaftaran bagi relawan. Di samping itu, penelitian juga dilakukan untuk vaksin merah putih.
Menurut dia setiap negara juga melakukan upaya yang sama dalam menangani COVID-19. Sehingga, kata dia, pengadaan vaksin itu tidak bergantung kepada satu penelitian.
"Karena tidak ada jaminan bahwa vaksin ini efektif untuk kelompok masyarakat atau untuk wilayah tertentu. Jadi seperti dilakukan oleh banyak negara yang bukan hanya Indonesia, upaya untuk mendapatkan vaksin ini harus paralel," katanya.
Selain itu, ia juga mendorong Bio Farma sebagai perusahaan vaksin dalam negeri untuk bekerja sama penelitian dengan produsen vaksin negara lain.
Dengan penelitian secara simultan itu, ia mengharapkan Bio Farma bisa mendapatkan vaksin dengan cepat dan juga efektif untuk mencegah virus COVID-19.
"Pokoknya siapa yang bisa menghasilkan yang paling efektif itu yang paling penting ya. Bukan masalah cepat saja, karena percuma cepat kalau tidak aktif. Kita berupaya dua-duanya," kata dia.
Baca juga: LIPI pastikan kandidat 27 vaksin COVID-19 masuk uji klinis
Baca juga: LIPI sebut uji klinis tahap II vaksin dari Genexine libatkan 100 relawan
Baca juga: LIPI sebut tumpang tindih uji klinis vaksin Sinovac karena pandemi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020