Dokter spesialis bedah anak RSUI dr Tri Hening Rahayatri mengatakan sirkumsisi atau sunatan tetap dapat dilaksanakan dalam kondisi pandemi COVID-19.
Menurut Tri Hening, sirkumsisi harus dilakukan di pusat pelayanan kesehatan yang profesional, mumpuni, terstandar dan mempunyai protokol kesehatan yang jelas untuk mencegah penularan COVID-19.
"Hendaknya untuk setiap RS, klinik, ataupun rumah sunat memastikan keamanan baik untuk pasien dan tenaga kesehatan yang mengerjakan," kata Tri Hening yang juga Staf Pengajar Departemen Ilmu Bedah FKUI/RSCM di Depok, Kamis.
Ia mengatakan saat ini masih terdapat orang-orang terinfeksi namun tanpa gejala atau kita kenal dengan orang tanpa gejala (OTG) sehingga perlu diwaspadai.
"Sirkumsisi aman bila dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman dan di fasilitas kesehatan yang memiliki standar tinggi dalam pencegahan COVID-19," katanya.
Dikatakannya, sirkumsisi harus segera dilaksanakan dan tidak dapat ditunda jika terdapat indikasi atau keadaan khusus yang mempengaruhi kesehatan anak.
“Selama masa pandemi, sebelum dilaksanakan sirkumsisi pasien wajib menjalani rangkaian pencegahan COVID-19 seperti skrining kesehatan, tes cepat, atau tes usap PCR, disesuaikan dengan kondisi pasien,” ujar dokter Hening.
Lebih lanjut, dr. Heni juga menjelaskan mengenai berbagai metode sirkumsisi yang dapat dilakukan, tergantung pada keahlian masing-masing yang mengerjakannya.
Di RSUI sendiri, katanya, lebih memilih metode konvensional. Pada teknik konvensional, bisa dilihat apa yang dikerjakan dan harus dipastikan area yang disirkumsisi.
Untuk teknik laser perlu berhati-hati, karena dasarnya menggunakan kater, sehingga bisa menyebabkan komplikasi seperti terpotongnya kepala penis dan luka bakar.
Di era pandemi, sirkumsisi bisa saja mesti dilakukan untuk pasien dengan COVID-19. Pada keadaan demikian, ujarnya, RSUI merupakan salah satu RS yang memiliki ruangan khusus dengan tekanan negatif untuk mencegah penularan.
Lebih lanjut, COVID-19 disebutkan tidak mempengaruhi penyembuhan luka, namun COVID-19 berpengaruh pada kondisi pasien secara keseluruhan.
Kesiapan anak, kesiapan orang tua, kesiapan waktu dan kesiapan mejelang pelaksanaan sirkumsisi sangat penting juga untuk diperhatikan.
Sementara itu perawat anestesi di ruang operasi RSUI Ahmad Fauzi, S.Kep, mengatakan kemauan anak, kondisi fisik anak dan kondisi psikologis wajib untuk dipertimbangkan sebelum sirkumsisi dilaksanakan.
Ia mengatakan orang tua dihimbau untuk memfasilitasi kenyamanan anak sebagai salah satu perawatan pasca-sirkumsisi dengan menyediakan pakaian yang nyaman.
"Mengenai perawatan pasien pasca sirkumsisi, kita perlu mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan bagaimana teknik sirkumsisi yang dilakukan," katanya.
Baca juga: Peserta khitanan massal di Sukabumi disumbang benih ikan koi
Baca juga: Muhammadiyah Bantu Khitanan Anak Korban Banjir Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Menurut Tri Hening, sirkumsisi harus dilakukan di pusat pelayanan kesehatan yang profesional, mumpuni, terstandar dan mempunyai protokol kesehatan yang jelas untuk mencegah penularan COVID-19.
"Hendaknya untuk setiap RS, klinik, ataupun rumah sunat memastikan keamanan baik untuk pasien dan tenaga kesehatan yang mengerjakan," kata Tri Hening yang juga Staf Pengajar Departemen Ilmu Bedah FKUI/RSCM di Depok, Kamis.
Ia mengatakan saat ini masih terdapat orang-orang terinfeksi namun tanpa gejala atau kita kenal dengan orang tanpa gejala (OTG) sehingga perlu diwaspadai.
"Sirkumsisi aman bila dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman dan di fasilitas kesehatan yang memiliki standar tinggi dalam pencegahan COVID-19," katanya.
Dikatakannya, sirkumsisi harus segera dilaksanakan dan tidak dapat ditunda jika terdapat indikasi atau keadaan khusus yang mempengaruhi kesehatan anak.
“Selama masa pandemi, sebelum dilaksanakan sirkumsisi pasien wajib menjalani rangkaian pencegahan COVID-19 seperti skrining kesehatan, tes cepat, atau tes usap PCR, disesuaikan dengan kondisi pasien,” ujar dokter Hening.
Lebih lanjut, dr. Heni juga menjelaskan mengenai berbagai metode sirkumsisi yang dapat dilakukan, tergantung pada keahlian masing-masing yang mengerjakannya.
Di RSUI sendiri, katanya, lebih memilih metode konvensional. Pada teknik konvensional, bisa dilihat apa yang dikerjakan dan harus dipastikan area yang disirkumsisi.
Untuk teknik laser perlu berhati-hati, karena dasarnya menggunakan kater, sehingga bisa menyebabkan komplikasi seperti terpotongnya kepala penis dan luka bakar.
Di era pandemi, sirkumsisi bisa saja mesti dilakukan untuk pasien dengan COVID-19. Pada keadaan demikian, ujarnya, RSUI merupakan salah satu RS yang memiliki ruangan khusus dengan tekanan negatif untuk mencegah penularan.
Lebih lanjut, COVID-19 disebutkan tidak mempengaruhi penyembuhan luka, namun COVID-19 berpengaruh pada kondisi pasien secara keseluruhan.
Kesiapan anak, kesiapan orang tua, kesiapan waktu dan kesiapan mejelang pelaksanaan sirkumsisi sangat penting juga untuk diperhatikan.
Sementara itu perawat anestesi di ruang operasi RSUI Ahmad Fauzi, S.Kep, mengatakan kemauan anak, kondisi fisik anak dan kondisi psikologis wajib untuk dipertimbangkan sebelum sirkumsisi dilaksanakan.
Ia mengatakan orang tua dihimbau untuk memfasilitasi kenyamanan anak sebagai salah satu perawatan pasca-sirkumsisi dengan menyediakan pakaian yang nyaman.
"Mengenai perawatan pasien pasca sirkumsisi, kita perlu mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan bagaimana teknik sirkumsisi yang dilakukan," katanya.
Baca juga: Peserta khitanan massal di Sukabumi disumbang benih ikan koi
Baca juga: Muhammadiyah Bantu Khitanan Anak Korban Banjir Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020