Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok Jawa Barat mencatat adanya penambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 yaitu sebanyak 12 orang sehingga secara keseluruhan menjadi 825 orang.
"Penambahan tersebut berasal dari tindak lanjut program rapid test Kota Depok yang ditindaklanjuti dengan swab dan PCR di Laboratorium RSUI sebanyak 9 kasus, 1 kasus merupakan hasil pemeriksaan dari Laboratorium Kesehatan Kota Depok (Labkesda) dan 2 kasus berdasarkan hasil pemeriksaan dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman," kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok Mohammad Idris di Depok, Senin malam.
Idris mengatakan adapun kasus konfirmasi yang sembuh Senin (6/7) bertambah 6 orang menjadi 578 orang atau 70,06 persen dari seluruh kasus konfirmasi positif yang ada di Kota Depok, sedangkan yang meninggal bertambah 1 orang menjadi 36 orang.
Selanjutnya untuk orang tanpa gejala (OTG) yang selesai pemantauan bertambah 84 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) yang telah selesai pemantauan 16 orang, sedangkan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) yang selesai pengawasan bertambah 7 orang.
Idris menjelaskan sementara itu mengenai peta sebaran kasus positif berdasarkan kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan memiliki kasus positif aktif terbanyak, disusul Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Tapos.
Baca juga: 12 kelurahan di Depok tidak miliki kasus positif COVID-19
Kecamatan Limo merupakan kecamatan yang memiliki kasus positif paling sedikit, disusul Kecamatan Cinere dan Kecamatan Bojongsari.
Idris yang juga menjabat sebagai Wali Kota Depok tersebut menjelaskan jika dipetakan berdasarkan jenis kelamin dan usia, angka kesakitan kasus positif paling banyak berada pada kelompok jenis kelamin perempuan dan rata-rata berada pada usia produktif.
Sedangkan untuk angka kematian kasus positif, kelompok jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Untuk itu Idris berharap warga Depok yang memiliki mobilitas tinggi dengan berbagai latar belakang kegiatan agar dapat memproteksi diri dari kemungkinan terjadinya penularan, dengan cara disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Kita perlu melindungi diri kita dan orang lain, juga keluarga kita di rumah," ujar Idris.
Baca juga: Asprindo: pandemi COVID-19 momentum reorientasi kebijakan ekonomi Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Penambahan tersebut berasal dari tindak lanjut program rapid test Kota Depok yang ditindaklanjuti dengan swab dan PCR di Laboratorium RSUI sebanyak 9 kasus, 1 kasus merupakan hasil pemeriksaan dari Laboratorium Kesehatan Kota Depok (Labkesda) dan 2 kasus berdasarkan hasil pemeriksaan dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman," kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok Mohammad Idris di Depok, Senin malam.
Idris mengatakan adapun kasus konfirmasi yang sembuh Senin (6/7) bertambah 6 orang menjadi 578 orang atau 70,06 persen dari seluruh kasus konfirmasi positif yang ada di Kota Depok, sedangkan yang meninggal bertambah 1 orang menjadi 36 orang.
Selanjutnya untuk orang tanpa gejala (OTG) yang selesai pemantauan bertambah 84 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) yang telah selesai pemantauan 16 orang, sedangkan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) yang selesai pengawasan bertambah 7 orang.
Idris menjelaskan sementara itu mengenai peta sebaran kasus positif berdasarkan kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan memiliki kasus positif aktif terbanyak, disusul Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Tapos.
Baca juga: 12 kelurahan di Depok tidak miliki kasus positif COVID-19
Kecamatan Limo merupakan kecamatan yang memiliki kasus positif paling sedikit, disusul Kecamatan Cinere dan Kecamatan Bojongsari.
Idris yang juga menjabat sebagai Wali Kota Depok tersebut menjelaskan jika dipetakan berdasarkan jenis kelamin dan usia, angka kesakitan kasus positif paling banyak berada pada kelompok jenis kelamin perempuan dan rata-rata berada pada usia produktif.
Sedangkan untuk angka kematian kasus positif, kelompok jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Untuk itu Idris berharap warga Depok yang memiliki mobilitas tinggi dengan berbagai latar belakang kegiatan agar dapat memproteksi diri dari kemungkinan terjadinya penularan, dengan cara disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Kita perlu melindungi diri kita dan orang lain, juga keluarga kita di rumah," ujar Idris.
Baca juga: Asprindo: pandemi COVID-19 momentum reorientasi kebijakan ekonomi Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020