Pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda) sepakat mengalokasikan anggaran sebesar Rp35 triliun selama empat tahun (2020-2024) untuk penanggulangan banjir dan longsor di kawasan metropolitan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur).
"Anggaran bersumber dari APBN melalui sejumlah kementerian, APBD provinsi dan APBD kabupaten kota," kata Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Kang Emil dalam siaran pers yang diterima, Rabu.
Kang Emil melakukan konferensi jarak jauh dan menandatangani naskah kesepakatan bersama penanggulangan banjir dan longsor di kawasan Jabodetabekpunjur tahun 2020-2024, secara virtual melalui aplikasi Ruang Kerja di Gedung Negara Pakuan Kota Bandung, pada Selasa (2/6).
Selain Gubernur Jabar, penandatanganan dokumen secara virtual melalui aplikasi Ruang Kerja tersebut juga melibatkan Menteri Dalam Negeri, Menteri PUPR, Menteri Agraria dan Tara Ruang/ kepala BPN, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Banten, Bupati Bogor, Tangerang, Bekasi dan Cianjur, serta Walikota Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan dan Kota Bekasi.
Baca juga: Kabupaten Bekasi tandatangani komitmen penanganan banjir dan longsor se-Jabodetabekpunjur
"Hari ini kita menandatangani kesepahaman bersama untuk menyiapkan anggaran sebesar Rp35 triliun dibagi-bagi oleh anggaran pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota untuk menangani banjir di daerah Jabodetabekpunjur yang memang beberapa muara sungainya ada di Jabar dan hilirnya ada di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya," ujar Ridwan Kamil.
Sementara anggaran yang dipersiapkan oleh APBD Pemprov Jabar besarannya saat ini masih dihitung. Kang Emil mengatakan pengalokasian anggaran ini akan dilakukan secara transparan.
Ia berharap masyarakat bisa memahami bahwa menyelesaikan banjir dan longsor memerlukan biaya tidak sedikit dan waktu lama.
"Anggaran dari Pemda Provinsi Jabar akan dirumuskan kira-kira persentasenya berapa dari Rp35 triliun itu. Semoga dengan informasi yang transparan warga bisa paham bahwa proses menyelesaikan banjir itu butuh empat tahun sampai tahun 2024. Jadi kalau ada banjir di tahun-tahun depan mohon bersabar proyek raksasa Rp35 triliun ini butuh waktu yang tidak sebentar," katanya.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Jabar Taufiq Budi Santoso menerangkan, ada empat strategi rencana aksi yang disepakati dalam menanggulangi banjir dan longsor di wilayah Jabodetabekpunjur.
Pertama, koordinasi dan singkronisasi kegiatan secara bersama yang sejalan dengan terbitnya Perpres yang baru tentang Jabodetabek. Dengan begitu ke depannya akan dibentuk badan pengelola Jabodetabek secara mandiri.
Kedua, mencegah dan mengurangi risiko. Ketiga, meningkatkan kesiapsiagaan, keempat perlindungan dan pengendalian sempadan sungai, penanggulangan kawasan hulu, tengah dan hilir.
Baca juga: Banjir rob landa pesisir di Tasikmalaya dan Pangandaran
“Ini memerlukan komitmen dari setiap daerah terkait," tegasnya.
Menurut Taufiq, anggaran Rp35 triliun rinciannya Rp18 trilun dari APBN dan Rp17,9 triliun gabungan dari APBD DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan seluruh kabupaten kota terkait.
"Yang terbesar adalah dari DKI Jakarta yaitu Rp13,4 triliun dari total komposisi APBD tadi," katanya.
Sementara Pemda Provinsi Jabar, Taufiq memperkirakan akan mengalokasikan sebesar Rp498 miliar dengan total 53 kegiatan. Komitmen terbesar berasal dari Kementerian PUPR sebesar Rp17,6 triliun.
"Jadi dari Rp18 triliun APBN, Rp17,6 triliunnya berasal dari Kementerian PUPR," ujar Taufiq.
Program penanggulangan banjir longsor Jabodetabekpunjur 2020 - 2024 antara lain normalisasi Kali Bekasi yang membutuhkan anggaran sebesar Rp4,5 triliun.
"Untuk kegiatannya yang signifikan adalah normalisasi Kali Bekasi, di mana kebutuhan anggarannya kurang lebih Rp4,5 triliun," kata Taufiq.
Kemudian penuntasan pembangunan Bendung Ciawi, pembangunan bendungan Cibeet dan Cijurey yang juga menjadi bagian penting untuk wilayah Karawang meskipun waduknya berada di wilayah Bogor. Serta kegiatan lain yang ada di tiga zona yaitu hulu, tengah dan hilir.
Baca juga: Bendung Katulampa Bogor jadi siaga III
Sementara yang menjadi komitmen Pemprov Jabar dalam kegiatan tersebut adalah penataan dan revitalisasi Situ Gede dan Situ Rawakalong serta penyusunan beberapa perencanaan termasuk DED drainase untuk di wilayah metropolitan Bodebekarpur (Bogor Depok Bekasi Karawang Purwakarta). Kemudian penanganan longsor di Kota Depok, penanaman pohon agroforestri di Kabupaten Bekasi dan pembuatan tebing di Kali Angke.
"Khusus untuk Kali Bekasi kami sudah berkoordinasi dan hasilnya pembebasan tanah dan kontstruksi biayanya dari APBN, karena kalau dibebankan ke daerah cukup besar juga," ujar Taufiq.
Sementara itu dalam telekonferensi, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan MoU merupakan tindak lanjut SE Mendagri No 360/132/SE tanggal 7 Januari 2020 tentang Antisipasi dan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana.
"Kerja sama yang disepakati ini menghasilkan komitmen bersama dan rencana aksi tahun 2020 - 2024 melalui empat pendekatan strategi dan tujuh quick win yang digambarkan sebanyak 613 kegiatan di kawasan hulu, tengah dan hilir," ucap Tito.
Ia mengatakan, awalnya pagu anggaran yang disiapkan sebesar Rp46 triliun. Namun karena ada pandemi COVID-19 terjadi realokasi anggaran. Total kegiatan pun berubah dari 613 menjadi 58 kegiatan.
Baca juga: Hujan deras rendam 22 rumah di Bogor
"Pagu anggaran untuk kegiatan tersebut pada awalnya mencapai Rp46 triliun. Namun karena adanya pandemi COVID-19 maka kami melanjutkan pembahasan kembali yang menghasilkan perubahan jumlah rencana aksi kegiatan dari 613 menjadi 58 kegiatan dengan pagu yang awalnya Rp46 triliun menjadi Rp35 triliun," ungkapnya.
Tito meminta setelah PKS ini, langkah-langkah nyata harus segera dilakukan. Kemendagri pun sudah memiliki tim terpadu yang telah berjalan untuk melakukan eksekusi, monitoring dan evaluasi.
"Mudah-mudahan niat baik kita dapat dimudahkan sehingga kita harapkan semua berjalan lancar," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Anggaran bersumber dari APBN melalui sejumlah kementerian, APBD provinsi dan APBD kabupaten kota," kata Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Kang Emil dalam siaran pers yang diterima, Rabu.
Kang Emil melakukan konferensi jarak jauh dan menandatangani naskah kesepakatan bersama penanggulangan banjir dan longsor di kawasan Jabodetabekpunjur tahun 2020-2024, secara virtual melalui aplikasi Ruang Kerja di Gedung Negara Pakuan Kota Bandung, pada Selasa (2/6).
Selain Gubernur Jabar, penandatanganan dokumen secara virtual melalui aplikasi Ruang Kerja tersebut juga melibatkan Menteri Dalam Negeri, Menteri PUPR, Menteri Agraria dan Tara Ruang/ kepala BPN, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Banten, Bupati Bogor, Tangerang, Bekasi dan Cianjur, serta Walikota Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan dan Kota Bekasi.
Baca juga: Kabupaten Bekasi tandatangani komitmen penanganan banjir dan longsor se-Jabodetabekpunjur
"Hari ini kita menandatangani kesepahaman bersama untuk menyiapkan anggaran sebesar Rp35 triliun dibagi-bagi oleh anggaran pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota untuk menangani banjir di daerah Jabodetabekpunjur yang memang beberapa muara sungainya ada di Jabar dan hilirnya ada di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya," ujar Ridwan Kamil.
Sementara anggaran yang dipersiapkan oleh APBD Pemprov Jabar besarannya saat ini masih dihitung. Kang Emil mengatakan pengalokasian anggaran ini akan dilakukan secara transparan.
Ia berharap masyarakat bisa memahami bahwa menyelesaikan banjir dan longsor memerlukan biaya tidak sedikit dan waktu lama.
"Anggaran dari Pemda Provinsi Jabar akan dirumuskan kira-kira persentasenya berapa dari Rp35 triliun itu. Semoga dengan informasi yang transparan warga bisa paham bahwa proses menyelesaikan banjir itu butuh empat tahun sampai tahun 2024. Jadi kalau ada banjir di tahun-tahun depan mohon bersabar proyek raksasa Rp35 triliun ini butuh waktu yang tidak sebentar," katanya.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Jabar Taufiq Budi Santoso menerangkan, ada empat strategi rencana aksi yang disepakati dalam menanggulangi banjir dan longsor di wilayah Jabodetabekpunjur.
Pertama, koordinasi dan singkronisasi kegiatan secara bersama yang sejalan dengan terbitnya Perpres yang baru tentang Jabodetabek. Dengan begitu ke depannya akan dibentuk badan pengelola Jabodetabek secara mandiri.
Kedua, mencegah dan mengurangi risiko. Ketiga, meningkatkan kesiapsiagaan, keempat perlindungan dan pengendalian sempadan sungai, penanggulangan kawasan hulu, tengah dan hilir.
Baca juga: Banjir rob landa pesisir di Tasikmalaya dan Pangandaran
“Ini memerlukan komitmen dari setiap daerah terkait," tegasnya.
Menurut Taufiq, anggaran Rp35 triliun rinciannya Rp18 trilun dari APBN dan Rp17,9 triliun gabungan dari APBD DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan seluruh kabupaten kota terkait.
"Yang terbesar adalah dari DKI Jakarta yaitu Rp13,4 triliun dari total komposisi APBD tadi," katanya.
Sementara Pemda Provinsi Jabar, Taufiq memperkirakan akan mengalokasikan sebesar Rp498 miliar dengan total 53 kegiatan. Komitmen terbesar berasal dari Kementerian PUPR sebesar Rp17,6 triliun.
"Jadi dari Rp18 triliun APBN, Rp17,6 triliunnya berasal dari Kementerian PUPR," ujar Taufiq.
Program penanggulangan banjir longsor Jabodetabekpunjur 2020 - 2024 antara lain normalisasi Kali Bekasi yang membutuhkan anggaran sebesar Rp4,5 triliun.
"Untuk kegiatannya yang signifikan adalah normalisasi Kali Bekasi, di mana kebutuhan anggarannya kurang lebih Rp4,5 triliun," kata Taufiq.
Kemudian penuntasan pembangunan Bendung Ciawi, pembangunan bendungan Cibeet dan Cijurey yang juga menjadi bagian penting untuk wilayah Karawang meskipun waduknya berada di wilayah Bogor. Serta kegiatan lain yang ada di tiga zona yaitu hulu, tengah dan hilir.
Baca juga: Bendung Katulampa Bogor jadi siaga III
Sementara yang menjadi komitmen Pemprov Jabar dalam kegiatan tersebut adalah penataan dan revitalisasi Situ Gede dan Situ Rawakalong serta penyusunan beberapa perencanaan termasuk DED drainase untuk di wilayah metropolitan Bodebekarpur (Bogor Depok Bekasi Karawang Purwakarta). Kemudian penanganan longsor di Kota Depok, penanaman pohon agroforestri di Kabupaten Bekasi dan pembuatan tebing di Kali Angke.
"Khusus untuk Kali Bekasi kami sudah berkoordinasi dan hasilnya pembebasan tanah dan kontstruksi biayanya dari APBN, karena kalau dibebankan ke daerah cukup besar juga," ujar Taufiq.
Sementara itu dalam telekonferensi, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan MoU merupakan tindak lanjut SE Mendagri No 360/132/SE tanggal 7 Januari 2020 tentang Antisipasi dan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana.
"Kerja sama yang disepakati ini menghasilkan komitmen bersama dan rencana aksi tahun 2020 - 2024 melalui empat pendekatan strategi dan tujuh quick win yang digambarkan sebanyak 613 kegiatan di kawasan hulu, tengah dan hilir," ucap Tito.
Ia mengatakan, awalnya pagu anggaran yang disiapkan sebesar Rp46 triliun. Namun karena ada pandemi COVID-19 terjadi realokasi anggaran. Total kegiatan pun berubah dari 613 menjadi 58 kegiatan.
Baca juga: Hujan deras rendam 22 rumah di Bogor
"Pagu anggaran untuk kegiatan tersebut pada awalnya mencapai Rp46 triliun. Namun karena adanya pandemi COVID-19 maka kami melanjutkan pembahasan kembali yang menghasilkan perubahan jumlah rencana aksi kegiatan dari 613 menjadi 58 kegiatan dengan pagu yang awalnya Rp46 triliun menjadi Rp35 triliun," ungkapnya.
Tito meminta setelah PKS ini, langkah-langkah nyata harus segera dilakukan. Kemendagri pun sudah memiliki tim terpadu yang telah berjalan untuk melakukan eksekusi, monitoring dan evaluasi.
"Mudah-mudahan niat baik kita dapat dimudahkan sehingga kita harapkan semua berjalan lancar," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020