Polisi Prancis pada Rabu menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang sedang memperingati kematian pria kulit hitam pada 2016 dalam operasi polisi, yang oleh sejumlah pihak dikaitkan dengan kematian George Floyd di Amerika Serikat.
Wartawan Reuters menyaksikan polisi menggunakan gas air mata setelah sejumlah demonstran mulai melakukan aksi bakar dan membuat blokade di sekitar Avenue de Clichy di Paris utara, yang dipenuhi sampah dan pecahan kaca.
Sebelumnya ribuan orang berkumpul dalam demonstrasi yang mengenang Adama Traore, pria Prancis kulit hitam berusia 24 tahun yang tewas dalam operasi polisi pada 2016.
Baca juga: Tiger Woods nilai perlakuan terhadap Floyd lampaui batas
Demonstran menentang larangan polisi yang diberlakukan karena risiko kekacauan dan bahaya penyebaran virus corona.
Aksi tersebut menarik perhatian di media sosial dari mereka yang mendukung gerakan Black Lives Matter dan mereka yang mendukung aksi protes di AS sebagai buntut pembunuhan Floyd di Minneapolis pada 25 Mei. Pria keturunan Amerika-Afrika berusia 46 tahun itu tewas setelah polisi kulit putih menekan lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit.
Keluarga Traore mengecam kekuatan berlebihan selama penangkapan Floyd, ketika ia ditembaki oleh tiga polisi. Laporan patologi memberikan kesimpulan yang bertolak belakang mengenai apakah kematiannya dua jam kemudian disebabkan oleh sesak napas atau faktor lain termasuk riwayat penyakit.
Baca juga: Autopsi independen buktikan George Floyd tewas karena cekikan
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Wartawan Reuters menyaksikan polisi menggunakan gas air mata setelah sejumlah demonstran mulai melakukan aksi bakar dan membuat blokade di sekitar Avenue de Clichy di Paris utara, yang dipenuhi sampah dan pecahan kaca.
Sebelumnya ribuan orang berkumpul dalam demonstrasi yang mengenang Adama Traore, pria Prancis kulit hitam berusia 24 tahun yang tewas dalam operasi polisi pada 2016.
Baca juga: Tiger Woods nilai perlakuan terhadap Floyd lampaui batas
Demonstran menentang larangan polisi yang diberlakukan karena risiko kekacauan dan bahaya penyebaran virus corona.
Aksi tersebut menarik perhatian di media sosial dari mereka yang mendukung gerakan Black Lives Matter dan mereka yang mendukung aksi protes di AS sebagai buntut pembunuhan Floyd di Minneapolis pada 25 Mei. Pria keturunan Amerika-Afrika berusia 46 tahun itu tewas setelah polisi kulit putih menekan lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit.
Keluarga Traore mengecam kekuatan berlebihan selama penangkapan Floyd, ketika ia ditembaki oleh tiga polisi. Laporan patologi memberikan kesimpulan yang bertolak belakang mengenai apakah kematiannya dua jam kemudian disebabkan oleh sesak napas atau faktor lain termasuk riwayat penyakit.
Baca juga: Autopsi independen buktikan George Floyd tewas karena cekikan
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020