Beberapa peneliti berhasil memetakan 27 protein penting dari plasma darah pasien COVID-19 yang diyakini dapat jadi acuan bagi dokter untuk memperkirakan seberapa parah kondisi para pasien.
Tiga protein yang berhasil dipetakan itu terhubung dengan interleukin IL-6, protein penyebab peradangan dan diyakini dapat jadi penanda untuk gejala penyakit COVID-19 parah.
Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal Cell Systems, Selasa, peneliti dari Francis Crick Institute di Inggris dan Charite Universitaetsmedizin Berlin di Jerman menemukan masing-masing pasien COVID-19 memiliki kadar protein yang berbeda dalam darahnya bergantung dari tingkat keparahan penyakit yang diderita.
Petunjuk itu dapat berguna dokter saat memeriksa pasien dan memperkirakan tingkat keparahan penyakit yang diderita, kata para peneliti. Temuan itu juga dapat menjadi titik tolak baru untuk pengembangan obat COVID-19, penyakit menular yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).
Baca juga: Takeda nyatakan tes pengobatan COVID-19 dengan darah pasien pulih dimulai Juli
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2020 menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Penyakit itu sejauh ini telah menewaskan lebih dari 374.000 jiwa di seluruh dunia dan menyerang lebih dari 6,7 juta jiwa.
Sejumlah dokter dan para ahli mengatakan pasien COVID-19 mengalami gejala penyakit yang berbeda. Beberapa di antaranya bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali, sementara pasien lainnya membutuhkan perawatan dan sisanya mengalami gejala penyakit parah.
"Adanya tes yang dapat membantu dokter menentukan seorang pasien COVID-19 berpotensi mengalami masa kritis atau tidak sangat penting dilakukan," kata seorang ahli biologi molekuler di Crick Institute, Christoph Messner. Ia merupakan salah satu periset pada studi protein darah pasien COVID-19.
Baca juga: Bio Farma kembangkan plasma darah untuk penyembuhan pasien COVID-19
Ia menjelaskan pemeriksaan semacam itu dapat membantu dokter menangani pasien dengan kondisi kesehatan berbeda. Dokter juga dapat menentukan pasien mana yang paling berisiko dan membutuhkan layanan perawatan intensif.
Tim riset, yang salah satunya diketuai Messner, menggunakan metode spektometri massa (mass spectometry) untuk memeriksa secara cepat keberadaan dan jumlah beberapa jenis protein pada plasma darah dari 31 pasien COVID-19 di rumah sakit Charite, Berlin.
Hasil tes itu kemudian dibandingkan dengan protein pada plasma darah 17 pasien lainnya di rumah sakit yang sama, serta 15 orang yang sehat sebagai pembanding eksperimen.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemilik Knicks sumbang darah dan plasma setelah sembuh dari infeksi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Tiga protein yang berhasil dipetakan itu terhubung dengan interleukin IL-6, protein penyebab peradangan dan diyakini dapat jadi penanda untuk gejala penyakit COVID-19 parah.
Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal Cell Systems, Selasa, peneliti dari Francis Crick Institute di Inggris dan Charite Universitaetsmedizin Berlin di Jerman menemukan masing-masing pasien COVID-19 memiliki kadar protein yang berbeda dalam darahnya bergantung dari tingkat keparahan penyakit yang diderita.
Petunjuk itu dapat berguna dokter saat memeriksa pasien dan memperkirakan tingkat keparahan penyakit yang diderita, kata para peneliti. Temuan itu juga dapat menjadi titik tolak baru untuk pengembangan obat COVID-19, penyakit menular yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).
Baca juga: Takeda nyatakan tes pengobatan COVID-19 dengan darah pasien pulih dimulai Juli
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2020 menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Penyakit itu sejauh ini telah menewaskan lebih dari 374.000 jiwa di seluruh dunia dan menyerang lebih dari 6,7 juta jiwa.
Sejumlah dokter dan para ahli mengatakan pasien COVID-19 mengalami gejala penyakit yang berbeda. Beberapa di antaranya bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali, sementara pasien lainnya membutuhkan perawatan dan sisanya mengalami gejala penyakit parah.
"Adanya tes yang dapat membantu dokter menentukan seorang pasien COVID-19 berpotensi mengalami masa kritis atau tidak sangat penting dilakukan," kata seorang ahli biologi molekuler di Crick Institute, Christoph Messner. Ia merupakan salah satu periset pada studi protein darah pasien COVID-19.
Baca juga: Bio Farma kembangkan plasma darah untuk penyembuhan pasien COVID-19
Ia menjelaskan pemeriksaan semacam itu dapat membantu dokter menangani pasien dengan kondisi kesehatan berbeda. Dokter juga dapat menentukan pasien mana yang paling berisiko dan membutuhkan layanan perawatan intensif.
Tim riset, yang salah satunya diketuai Messner, menggunakan metode spektometri massa (mass spectometry) untuk memeriksa secara cepat keberadaan dan jumlah beberapa jenis protein pada plasma darah dari 31 pasien COVID-19 di rumah sakit Charite, Berlin.
Hasil tes itu kemudian dibandingkan dengan protein pada plasma darah 17 pasien lainnya di rumah sakit yang sama, serta 15 orang yang sehat sebagai pembanding eksperimen.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemilik Knicks sumbang darah dan plasma setelah sembuh dari infeksi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020