Pengusaha di sektor ekonomi kreatif khususnya bidang perfilman tetap optimistis dan berusaha mengambil sudut pandang positif agar dapat terus produktif dalam situasi sulit imbas COVID-19 saat ini dan tetap yakin industri film akan bangkit pasca-pandemi.

CEO GoPlay Edy Sulistyo dalam keterangan tertulis Kamis, mengatakan, situasi COVID-19 membuat deretan produksi film miliknya terpaksa dihentikan sementara demi keselamatan artis, pekerja kreatif, serta kru perfilman.

“Kami melihat dampak positif terhadap industri, terutama layanan Over The Top (OTT) yang jadi produk andalan GoPlay,” katanya.

Sebuah diskusi virtual "1 Hari dari orang Film" yang mengangkat tema "Inovasi Industri Film dalam Masa Pandemi" digelar pada Rabu (15/4) untuk mengetahui perkembangan perfilman di masa darurat COVID-19.

Baca juga: Film "Kadet 1947" ungkap sejarah serangan udara pertama pertahankan kemerdekaan

Turut menjadi narasumber di acara itu Edwin Nazir selaku Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) serta Joshua Simanjuntak selaku Plt. Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf.

"Saat kampanye untuk di rumah saja, kami memberikan layanan gratis masyarakat untuk menikmati hiburan dalam layanan kami. Dan tanpa kami sadari, terdapat imbas yang luar biasa karena ‘engagement’ terhadap ‘platform’ kami naik 10 kali lipat," kata Edi Sulistyo.

Edi mengatakan, dalam situasi itu banyak masyarakat yang memberikan apresiasi lebih terhadap film Indonesia. Mereka baru menyadari bahwa film Indonesia sudah semakin baik secara kualitas, tidak kalah dengan film-film produksi luar baik secara cerita ataupun skala produksi.

“Dari situasi ini, kami menilai, sekarang adalah saat yang tepat bagi kami untuk lebih memperkenalkan film Indonesia dan meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap film Indonesia. Sehingga setelah COVID-19, film Indonesia akan kembali lebih kuat dari sebelumnya,” kata Edi.

Baca juga: Film "Mariposa", cinta itu sedehana

Situasi saat ini juga dimanfaatkan pihak GoPlay untuk memperbaiki atau menggali lebih dalam karya-karya yang akan mereka produksi.

“Sangat memungkinkan bagi penulis-penulis kita untuk membuat pengembangan karya yang jauh lebih baik. Karena saat ini mereka jadi punya banyak waktu untuk berkarya dibanding saat sebelumnya. Mereka bisa berpikir lebih jernih dan berkolaborasi untuk bisa berkarya lebih baik lagi,” kata Edi.

Hal senada dikatakan Ketua APROFI Edwin Nazir, dimana banyak rumah produksi yang filmnya masuk dalam tahap pra-produksi maupun pasca-produksi, menanfaatkan situasi saat ini untuk mengerjakannya dengan lebih baik.

“Harapannya saat situasi membaik, mereka bisa langsung berproduksi dan film yang sudah tahap pasca-produksi juga bisa langsung tayang di bioskop,” ujar Edwin Nazir.

Sementara Plt. Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf Joshua Simanjuntak mengapresiasi optimisme yang ditunjukkan pengusaha sektor industri kreatif, khususnya di bidang perfilman.

Ia tidak menampik bahwa kondisi saat ini memberikan dampak yang berat bagi industri perfilman yang termasuk satu dari 17 subsektor ekonomi kreatif.

“Bersama-sama kami terus berupaya untuk membantu industri film ini terus bertahan. Kami terbuka dengan ide-ide baru yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Bersama pelaku industri kita mencari cara untuk bisa membantu,” kata Joshua Simanjuntak.

Baca juga: Film "Satria Dewa Gatotkaca" akan digarap sebagai super wayang
 

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020