Sebanyak 240 warga negara Indonesia (WNI) yang terancam kesulitan memenuhi kebutuhan dasar pangan karena pembatasan pergerakan yang diberlakukan pemerintah Kuwait untuk mencegah penularan virus corona baru atau COVID-19, menerima bantuan dari KBRI.
Pada umumnya, yang paling terdampak kebijakan ini adalah pekerja migran Indonesia yang bekerja sebagai pegawai toko di mal, pelayan restoran dan kafe, terapis spa, serta sopir bus umum yang tidak bekerja penuh waktu.
“Kemungkinan besar mereka terlanjur mengirim semua gaji ke keluarga di Indonesia karena memang tanggung jawab menafkahi. Jadi biasanya mereka bertahan dengan komisi dan tip. Begitu tempat kerjanya tutup, mereka kesulitan uang,” kata Staf Pensosbud KBRI Kuwait Fathona Said kepada ANTARA, Kamis.
Menurut Fathona, bantuan bahan pangan didistribusikan secara bertahap kepada 240 WNI mengingat pembelanjaan sembako di supermarket tidak bisa sekaligus banyak, sesuai peraturan pemerintah Kuwait.
Baca juga: Bila tidak perlu, pekerja migran jangan pulang, pesan Menko PMK
Paket bantuan pangan tersebut didistribusikan oleh pihak KBRI bersama Forum Diaspora Indonesia di Kuwait (FDIK) dan organisasi masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, Duta Besar RI untuk Kuwait Tri Tharyat ikut membagikan paket bantuan sekaligus mengecek kondisi para WNI.
Sejak 12 Maret 2020, pemerintah Kuwait memberlakukan aturan komprehensif untuk mengendalikan sebaran COVID-19.
Guna mengurangi kerumunan orang, pemerintah menutup sementara sekolah, universitas, mal, spa, dan salon, serta menghentikan layanan makan di tempat untuk restoran dan kafe, bus umum, taksi, dan penerbangan komersial reguler. Pemerintah Kuwait juga memberlakukan jam malam antara pukul 17.00-04.00.
Kondisi ini akan menimbulkan dampak pada kehidupan penduduk setempat, termasuk WNI. Untuk itu, KBRI Kuwait meningkatkan imbauan dan informasi penting terkini mengenai penanganan isu COVID-19 di Kuwait.
Baca juga: Kepulangan buruh migran dan ABK diantisipasi ketat, kata Presiden
Nomor hotline, surel, dan media sosial disiagakan untuk menerima laporan WNI yang mengalami kesulitan di Kuwait karena kondisi ini.
KBRI mencatat sebanyak 6.561 WNI tinggal di Kuwait, di mana sekitar 2.900 orang di antaranya adalah pekerja.
Gerakan sosial di Kuwait
Pemberian bantuan bahan pangan seperti ini dilakukan oleh banyak organisasi di Kuwait seperti Kuwait Red Crescent Society, lembaga amal seperti Islamic Presentation Committee dan Al Najat Charity, serta dermawan perorangan.
Baru-baru ini, setidaknya 41 lembaga amal dan dermawan perorangan Kuwait berhasil mengumpulkan dan 30 juta dolar AS untuk upaya penanganan COVID-19 oleh pemerintah.
Atas nama ruling family Al Sabah, Amir Kuwait HH Sheikh Sabah Al-Ahmed Al-Jaber Al-Sabah menyumbangkan 5 juta dinar Kuwait atau setara 15,97 juta dolar AS untuk dana nasional penanganan COVID-19. Atas perintah Amir, Kuwait juga menyumbangkan 40 juta dolar AS kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penanganan COVID-19 secara global.
Tidak hanya bantuan dana, masyarakat Kuwait juga menyumbangkan tenaga. Selama 2 pekan penuh, pada pertengahan Maret 2020, sukarelawan ikut bahu-membahu dengan dokter, perawat dan polisi Kuwait menangani pemeriksaan kesehatan massal terhadap seluruh penumpang pesawat penerbangan internasional.
Baca juga: Pemkab Indramayu kirim 5.000 masker untuk pekerja migran
Di bawah komando petugas, sukarelawan juga siap melayani kebutuhan apa pun dalam kondisi ini, seperti di fasilitas karantina, supermarket, koperasi daerah, dan apotek.
Berbagai bank di Kuwait telah menunda menarik angsuran hutang dari nasabah kredit selama 3-6 bulan ke depan. Pemerintah juga mengimbau pemilik properti mal dan apartemen memberi keringanan pada penyewa untuk meringankan dampak ekonomi dan alasan kemanusiaan.
Pemerintah Kuwait terus mengupayakan ketahanan pangan melalui pemenuhan persediaan logistik selama satu tahun ke depan. Untuk jangka panjang, negara yang 91,2 persen devisanya dari sektor minyak ini juga sedang menyusun strategi dan kebijakan khusus ekonomi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020