Politisi Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi meminta pembangunan jalan lintas kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang melewati hutan lindung di Gunung Cikuray, agar dihentikan pembangunannya karena dinilai menimbulkan kerusakan ekosistem alam.
"Pembangunan jalan yang menghubungkan Kecamatan Cilawu dan Banjarsari itu menimbulkan banyak risiko. Lembukaan jalur itu bisa menimbulkan kerusakan hutan dan ekosistem di dalamnya," kata Dedi Mulyadi, Senin.
Pihaknya meminta agar pembangunan jalan melintasi gunung tersebut diutarakan sebagai bentuk jawaban surat dari Konsorsium Penyelamatan Cikuray yang mengadukan kerusakan hutan lindung akibat pembangunan jalan lintas kecamatan.
Dedi mengatakan dengan adanya jalan tersebut maka akses untuk pembalakan liar dan penangkapan hewan langka di Gunung Cikiuray yang dilindungi semakin mudah.
"Pembukaan jalan itu mengakibatkan risiko tumbuhnya bangunan di areal hutan secara tak kendali yang pada akhirnya berdampak pada kerusakan ekosistem dan konservasi," kata Dedi.
Menurut dia dampak lebih jauh dari pembukaan jalan tersebut adalah munculnya berbagai bencana alam seperti rencana krisis air karena sumbernya hilang. Lalu kekeringan, banjir, longsor dan puting beliung.
"Bencana puting beliung terjadi karena hilangnya hutan, maka angin tak bisa dipecah. Sebab, yang mampu memecah angin adalah pohon dan bambu," kata Dedi.
Dia mengatakan risiko-risiko ini harus jadi pertimbangan utama dalam sebuah kebijakan pemerintah daerah, terlebih pembangunan itu belum mengantongi izin dan tidak ada amdal maka sebaiknya harus dihentikan.
Terlebih, lanjut dia, kalau melihat falsafah di Jawa Barat, disebutkan bahwa Prabu Siliwangi itu hilang di hutan Sancang, Garut. Prabu Siliwangi merupakan simbol penting di masyarakat Sunda.
"Ini artinya dari sisi perdaban sejarah Sunda, Garut itu harapan terakhir dari tata kelola ekosistem di tanah Sunda, sehingga sebaiknya pembangunan tersebut jalan lintas dikaji kembali," katanya.
Dia menambahkan sudah seharusnya pemda setempat belajar dari pengalaman banjir bandang yang terjadi di kawasan kota pada 20 September 2016 yang menewaskan 27 orang dan merusak banyak bangunan.
Baca juga: Pegiat lingkungan berharap kawasan Gunung Cikuray jadi cagar alam
Baca juga: Pemkab Garut harap Gunung Cikuray tidak beralih fungsi jadi pertanian
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Pembangunan jalan yang menghubungkan Kecamatan Cilawu dan Banjarsari itu menimbulkan banyak risiko. Lembukaan jalur itu bisa menimbulkan kerusakan hutan dan ekosistem di dalamnya," kata Dedi Mulyadi, Senin.
Pihaknya meminta agar pembangunan jalan melintasi gunung tersebut diutarakan sebagai bentuk jawaban surat dari Konsorsium Penyelamatan Cikuray yang mengadukan kerusakan hutan lindung akibat pembangunan jalan lintas kecamatan.
Dedi mengatakan dengan adanya jalan tersebut maka akses untuk pembalakan liar dan penangkapan hewan langka di Gunung Cikiuray yang dilindungi semakin mudah.
"Pembukaan jalan itu mengakibatkan risiko tumbuhnya bangunan di areal hutan secara tak kendali yang pada akhirnya berdampak pada kerusakan ekosistem dan konservasi," kata Dedi.
Menurut dia dampak lebih jauh dari pembukaan jalan tersebut adalah munculnya berbagai bencana alam seperti rencana krisis air karena sumbernya hilang. Lalu kekeringan, banjir, longsor dan puting beliung.
"Bencana puting beliung terjadi karena hilangnya hutan, maka angin tak bisa dipecah. Sebab, yang mampu memecah angin adalah pohon dan bambu," kata Dedi.
Dia mengatakan risiko-risiko ini harus jadi pertimbangan utama dalam sebuah kebijakan pemerintah daerah, terlebih pembangunan itu belum mengantongi izin dan tidak ada amdal maka sebaiknya harus dihentikan.
Terlebih, lanjut dia, kalau melihat falsafah di Jawa Barat, disebutkan bahwa Prabu Siliwangi itu hilang di hutan Sancang, Garut. Prabu Siliwangi merupakan simbol penting di masyarakat Sunda.
"Ini artinya dari sisi perdaban sejarah Sunda, Garut itu harapan terakhir dari tata kelola ekosistem di tanah Sunda, sehingga sebaiknya pembangunan tersebut jalan lintas dikaji kembali," katanya.
Dia menambahkan sudah seharusnya pemda setempat belajar dari pengalaman banjir bandang yang terjadi di kawasan kota pada 20 September 2016 yang menewaskan 27 orang dan merusak banyak bangunan.
Baca juga: Pegiat lingkungan berharap kawasan Gunung Cikuray jadi cagar alam
Baca juga: Pemkab Garut harap Gunung Cikuray tidak beralih fungsi jadi pertanian
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020