Setelah melalui proses pembuatan sejak 2018, akhirnya kapal selam Alugoro-405 menjalani uji coba di kawasan perairan utara Pulau Bali.
Uji coba yang dituntaskan yakni tahapan "Penyelaman di Kedalaman Nominal" (NDD) yang merupakan bagian dari 53 jenis Uji Kelautan atau Sea Acceptance Test/SAT. Alugoro pun berhasil menyelam hingga kedalaman 250 meter.
Pengetesan akan dilakukan hingga Juni 2020 dan selanjutnya PT PAL akan menyerahkan kepada Kementerian Pertahanan untuk digunakan oleh TNI AL pada Desember 2020.
Nama "Alugoro" diambil dari kisah pewayangan yang merupakan senjata berupa gada berujung runcing milik Prabu Baladewa.
Senjata Alugoro itu diberikan oleh Batara Brama, guru dari Baladewa,setelah dia dinyatakan lulus menuntut ilmu dan dibekali kekuatan pemusnah yang dahsyat.
Penamaannya sendiri memiliki harapan agar Alugoro-405 siap melaksanakan tugas sebagai senjata dengan daya rusak dan penghancur yang besar.
Sebelumnya nama "Alugoro" juga pernah dipakai sebagai nama kapal selam yang dibeli dari Uni Soviet yakni Alugoro-406 kelas Whiskey Class.
Sementara untuk Alugoro-405 yang dibangun bersama oleh PT PAL Indonesia (Persero) dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan adalah kapal selam kelas "Nagapasa" atau "Chang Bogo" KSDE U209.
Menurut data PT PAL Indonesia (Persero), Kapal Selam Alugoro-405 memiliki panjang 61,3 meter dengan bobot 1.460 ton di permukaan, dan 1.596 ton di bawah permukaan air.
Dengan dilengkapi oleh mesin diesel electric, Alugoro-405 mampu melesat dengan kecepatan maksimal saat menyelam yakni 21 knot, sementara kecepatan maksimal permukaan mencapai 12 knot.
Kapal selam berkelir hitam itu dapat memuat 40 kru, dengan kemampuan jelajah selama 50 hari dan masa pakai selama 30 tahun.
Peluncuran Alugoro-405 dilakukan pada 11 April 2019 di Dermaga Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur.
Upaya transfer teknologi
Perakitan Alugoro-405 dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan kerja sama DSME. Alugoro-405 merupakan kapal selam ketiga dari batch pertama kerja sama tersebut.
Sebelum Alugoro-405, Indonesia telah menerima Nagapasa-403 dan Ardadedali-404 yang dibuat di Korea Selatan.
Kapal selam Nagapasa-403 telah diserahkan kepada Kementerian Pertahanan pada 2017, sementara kapal selam Ardadedali-404 diserahkan pada 2018.
Penamaan dua kapal selam itu pun mengambil nama-nama senjata dari kisah pewayangan. Nagapasa adalah senjata berbentuk panah milik Indrajit. Kemudian Ardadedali merupakan senjata panah milik Arjuna.
Kerja sama pembuatan kapal selam Alugoro-405 itu merupakan hasil kerja sama transfer teknologi dengan Korea Selatan.
Penyerahan Alugodo-405 merampungkan kontrak gelombang pertama Indonesia-Korsel dalam pembuatan kapal selam.
Menurut Kantor Berita Korea, Yonhap, nilai kerja sama antara Kementerian Pertahanan dan DSME dalam pembuatan tiga kapal selam kelas Nagapasa gelombang pertama itu mencapai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15 triliun (kurs 1 dolar setara Rp13.618).
Kerja sama manis kedua negara pun dilanjutkan pada Jumat (12/4/2019) dengan penandatanganan kontrak pembangunan tiga kapal selam kelas 1.400 ton senilai 1,02 miliar dolar AS atau setara Rp13,9 triliun.
Sebanyak 206 anak bangsa telah mempelajari proses transfer teknologi itu di "Negeri Ginseng" dan mempraktikannya dalam perakitan Alugoro-405 di PT PAL Indonesia.
Saat diluncurkan di galangan Dermaga Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Jawa Timur, pada 11 April 2019, Menteri Pertahanan saat itu, Ryamizard Ryacudu, mengatakan kementerian memesan 12 kapal selam kepada PT PAL Indonesia.
Ryamizard mengungkap pada pembuatan kapal selam pertama dan kedua pesanan Kementerian Pertahanan sepenuhnya dibuat di DSME, Korea Selatan.
"Kemudian nanti yang kelima sudah bisa buat sendiri tanpa bantuan Korea Selatan," ucap Ryamizard menjelaskan.
Dengan demikian, Indonesia menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang dapat membangun kapal selam mandiri. Kemampuan itu juga berpotensi menggaet pasar di negara-negara sekitar.
Presiden Joko Widodo saat meninjau langsung kapal selam KRI Alugoro-405 pada Senin (27/1/2020) mengapresiasi kerja sama baik yang dilakukan antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan DSME.
Jokowi berharap proses transfer teknologi tersebut menjadi titik tolak kemandirian bangsa menciptakan alutsista.
Bahkan Presiden pun melakukan rapat terbatas di PT PAL Indonesia (Persero), tepat di depan lambung Alugoro-405.
"Saya ingin mempertegas lagi bahwa kita harus fokus terhadap pembenahan ekosistem industri pertahanan baik yang berkaitan dengan fasilitas pembiayaan bagi BUMN cluster industri pertahanan, maupun ketersambungan dengan industri komponen baik itu komponen pendukung maupun bahan baku. Termasuk di dalamnya adalah reformasi supply chain dan pengembangan industri lokal untuk mengurangi ketergantungan kita kepada barang-barang impor," tutur Presiden.
Mantan gubernur DKI Jakarta dan wali kota Solo itu menilai industri pertahanan harus dikelola dan dijalankan sesuai tata kelola yang baik agar dapat meningkatkan efisiensi operasi.
Industri pertahanan juga perlu berfokus kepada pasar sehingga diharapkan tidak hanya memproduksi keperluan militer, tetapi juga produk non-militer.
"Saya juga perlu menyampaikan mengenai belanja pertahanan dalam APBN kita sebesar Rp127 triliun itu agar diarahkan ke industri pertahanan kita, paling tidak 15 tahun industri strategis pertahanan kita harus memiliki pesanan sehingga bisa dibangun sebuah rencana panjang yang baik dan investasinya bisa menjadi terarah," demikian Presiden.
Diharapkan dengan kemampuan membuat kapal selam mandiri, Indonesia dapat memimpin industri kemaritiman di kawasan.
Keuntungan lain tentu saja ditambah dengan meningkatnya daya gentar Indonesia melalui kemampuan penjagaan kawasan perairan Indonesia melalui "senjata-senjata selam" dalam air.
Baca juga: Kapal selam Alugoro-405 wujud kemandirian alutsista nasional, kata Presiden
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Uji coba yang dituntaskan yakni tahapan "Penyelaman di Kedalaman Nominal" (NDD) yang merupakan bagian dari 53 jenis Uji Kelautan atau Sea Acceptance Test/SAT. Alugoro pun berhasil menyelam hingga kedalaman 250 meter.
Pengetesan akan dilakukan hingga Juni 2020 dan selanjutnya PT PAL akan menyerahkan kepada Kementerian Pertahanan untuk digunakan oleh TNI AL pada Desember 2020.
Nama "Alugoro" diambil dari kisah pewayangan yang merupakan senjata berupa gada berujung runcing milik Prabu Baladewa.
Senjata Alugoro itu diberikan oleh Batara Brama, guru dari Baladewa,setelah dia dinyatakan lulus menuntut ilmu dan dibekali kekuatan pemusnah yang dahsyat.
Penamaannya sendiri memiliki harapan agar Alugoro-405 siap melaksanakan tugas sebagai senjata dengan daya rusak dan penghancur yang besar.
Sebelumnya nama "Alugoro" juga pernah dipakai sebagai nama kapal selam yang dibeli dari Uni Soviet yakni Alugoro-406 kelas Whiskey Class.
Sementara untuk Alugoro-405 yang dibangun bersama oleh PT PAL Indonesia (Persero) dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan adalah kapal selam kelas "Nagapasa" atau "Chang Bogo" KSDE U209.
Menurut data PT PAL Indonesia (Persero), Kapal Selam Alugoro-405 memiliki panjang 61,3 meter dengan bobot 1.460 ton di permukaan, dan 1.596 ton di bawah permukaan air.
Dengan dilengkapi oleh mesin diesel electric, Alugoro-405 mampu melesat dengan kecepatan maksimal saat menyelam yakni 21 knot, sementara kecepatan maksimal permukaan mencapai 12 knot.
Kapal selam berkelir hitam itu dapat memuat 40 kru, dengan kemampuan jelajah selama 50 hari dan masa pakai selama 30 tahun.
Peluncuran Alugoro-405 dilakukan pada 11 April 2019 di Dermaga Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur.
Upaya transfer teknologi
Perakitan Alugoro-405 dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan kerja sama DSME. Alugoro-405 merupakan kapal selam ketiga dari batch pertama kerja sama tersebut.
Sebelum Alugoro-405, Indonesia telah menerima Nagapasa-403 dan Ardadedali-404 yang dibuat di Korea Selatan.
Kapal selam Nagapasa-403 telah diserahkan kepada Kementerian Pertahanan pada 2017, sementara kapal selam Ardadedali-404 diserahkan pada 2018.
Penamaan dua kapal selam itu pun mengambil nama-nama senjata dari kisah pewayangan. Nagapasa adalah senjata berbentuk panah milik Indrajit. Kemudian Ardadedali merupakan senjata panah milik Arjuna.
Kerja sama pembuatan kapal selam Alugoro-405 itu merupakan hasil kerja sama transfer teknologi dengan Korea Selatan.
Penyerahan Alugodo-405 merampungkan kontrak gelombang pertama Indonesia-Korsel dalam pembuatan kapal selam.
Menurut Kantor Berita Korea, Yonhap, nilai kerja sama antara Kementerian Pertahanan dan DSME dalam pembuatan tiga kapal selam kelas Nagapasa gelombang pertama itu mencapai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15 triliun (kurs 1 dolar setara Rp13.618).
Kerja sama manis kedua negara pun dilanjutkan pada Jumat (12/4/2019) dengan penandatanganan kontrak pembangunan tiga kapal selam kelas 1.400 ton senilai 1,02 miliar dolar AS atau setara Rp13,9 triliun.
Sebanyak 206 anak bangsa telah mempelajari proses transfer teknologi itu di "Negeri Ginseng" dan mempraktikannya dalam perakitan Alugoro-405 di PT PAL Indonesia.
Saat diluncurkan di galangan Dermaga Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Jawa Timur, pada 11 April 2019, Menteri Pertahanan saat itu, Ryamizard Ryacudu, mengatakan kementerian memesan 12 kapal selam kepada PT PAL Indonesia.
Ryamizard mengungkap pada pembuatan kapal selam pertama dan kedua pesanan Kementerian Pertahanan sepenuhnya dibuat di DSME, Korea Selatan.
"Kemudian nanti yang kelima sudah bisa buat sendiri tanpa bantuan Korea Selatan," ucap Ryamizard menjelaskan.
Dengan demikian, Indonesia menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang dapat membangun kapal selam mandiri. Kemampuan itu juga berpotensi menggaet pasar di negara-negara sekitar.
Presiden Joko Widodo saat meninjau langsung kapal selam KRI Alugoro-405 pada Senin (27/1/2020) mengapresiasi kerja sama baik yang dilakukan antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan DSME.
Jokowi berharap proses transfer teknologi tersebut menjadi titik tolak kemandirian bangsa menciptakan alutsista.
Bahkan Presiden pun melakukan rapat terbatas di PT PAL Indonesia (Persero), tepat di depan lambung Alugoro-405.
"Saya ingin mempertegas lagi bahwa kita harus fokus terhadap pembenahan ekosistem industri pertahanan baik yang berkaitan dengan fasilitas pembiayaan bagi BUMN cluster industri pertahanan, maupun ketersambungan dengan industri komponen baik itu komponen pendukung maupun bahan baku. Termasuk di dalamnya adalah reformasi supply chain dan pengembangan industri lokal untuk mengurangi ketergantungan kita kepada barang-barang impor," tutur Presiden.
Mantan gubernur DKI Jakarta dan wali kota Solo itu menilai industri pertahanan harus dikelola dan dijalankan sesuai tata kelola yang baik agar dapat meningkatkan efisiensi operasi.
Industri pertahanan juga perlu berfokus kepada pasar sehingga diharapkan tidak hanya memproduksi keperluan militer, tetapi juga produk non-militer.
"Saya juga perlu menyampaikan mengenai belanja pertahanan dalam APBN kita sebesar Rp127 triliun itu agar diarahkan ke industri pertahanan kita, paling tidak 15 tahun industri strategis pertahanan kita harus memiliki pesanan sehingga bisa dibangun sebuah rencana panjang yang baik dan investasinya bisa menjadi terarah," demikian Presiden.
Diharapkan dengan kemampuan membuat kapal selam mandiri, Indonesia dapat memimpin industri kemaritiman di kawasan.
Keuntungan lain tentu saja ditambah dengan meningkatnya daya gentar Indonesia melalui kemampuan penjagaan kawasan perairan Indonesia melalui "senjata-senjata selam" dalam air.
Baca juga: Kapal selam Alugoro-405 wujud kemandirian alutsista nasional, kata Presiden
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020