Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengajak warga untuk tidak saling menyalahkan pihak mana pun terkait musibah banjir yang terjadi di Kawasan Jabodetabek pada awal tahun 2020.
"Musibah banjir seperti yang diketahui bersama terjadi di mana-mana, saya harap kita semua tidak usah saling menyalahkan karena ini kesalahan kolektif bersama," kata Dedi Mulyadi, Kamis.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan banjir yang terjadi di sejumlah wilayah akibat penggundulan hutan, penyempitan dan pendangkalan sungai hingga pembangunan yang jor-joran tanpa memperhatikan aspek lingkungan.
Menurut dia, banjir juga dikarenakan oleh pembangunan properti yang jor-joran tanpa mengindahkan tanah rawa, sawah dan cekungan danau. Semuanya dibabat dan diembat.
Saluran air yang kecil, kata Dedi, selalu menjadi korban tembok rumah baik berskala kecil maupun berskala besar sehingga, saat hujan datang banjir pun tiba secara bersama.
"Ada kesan seolah kita membenci selokan, membenci sungai, membenci rawa, membenci kebun, membenci sawah dan membenci hutan," katanya.
Dirinya tak ingin kesibukan hanya terjadi saat banjir datang namun tak lagi peduli saat musim hujan usai.
Oleh karena itu, kata dia, mari benahi tata ruang, perbaiki tata bangunan. "Selamatkan lingkungan," kata Dedi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Musibah banjir seperti yang diketahui bersama terjadi di mana-mana, saya harap kita semua tidak usah saling menyalahkan karena ini kesalahan kolektif bersama," kata Dedi Mulyadi, Kamis.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan banjir yang terjadi di sejumlah wilayah akibat penggundulan hutan, penyempitan dan pendangkalan sungai hingga pembangunan yang jor-joran tanpa memperhatikan aspek lingkungan.
Menurut dia, banjir juga dikarenakan oleh pembangunan properti yang jor-joran tanpa mengindahkan tanah rawa, sawah dan cekungan danau. Semuanya dibabat dan diembat.
Saluran air yang kecil, kata Dedi, selalu menjadi korban tembok rumah baik berskala kecil maupun berskala besar sehingga, saat hujan datang banjir pun tiba secara bersama.
"Ada kesan seolah kita membenci selokan, membenci sungai, membenci rawa, membenci kebun, membenci sawah dan membenci hutan," katanya.
Dirinya tak ingin kesibukan hanya terjadi saat banjir datang namun tak lagi peduli saat musim hujan usai.
Oleh karena itu, kata dia, mari benahi tata ruang, perbaiki tata bangunan. "Selamatkan lingkungan," kata Dedi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020