Kepala Bidang Ultima Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Ir Dedi Junaedi mengatakan Program Industri Juara dan Program Logistik Juara adalah contoh bentuk kesiapan Pemprov Jabar dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
"Pemprov Jawa Barat berkomitmen untuk mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dunia teknologi untuk meningkatakan efisiensi pengelolaan industri untuk mempertahankan bahkan meningkatkan peran Pemprov Jawa Barat sebagai salah satu dari penyumbang PDB terbesar negara," kata Dedi Junaedi, di Bandung, Kamis.
Dedi mengatakan mewakili Pemprov Jawa Barat pihaknya memberikan pemaparan seputar kesiapan Pemprov Jabar dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 pada ada seminar nasional bertema "Penguatan Riset bidang Rekayasa dan Teknologi untuk Solusi Berkelanjutan dalam Dunia Industri" yang diadakan oleh School of Engineering and Technology, Tanri Abeng University bekerja sama dengan STMIK Nusa Mandiri, di Jakarta.
Menurut Dedi dunia industri saat ini terus bergerak meningkatkan efisiensi proses bisnis dalam organisasinya dengan mengikuti perkembangan teknologi di Era Revolusi Industri 4.0.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Prof Ir Ocky Karna Radjasa adanya terobosan besar dari sisi regulasi yang dilakukan pemerintah agar anggaran riset besar tidak sekedar hanya menjadi dokumen laporan riset.
Dia mengatakan terobosan pemerintah ini diawali dengan merumuskan dua piranti regulasi dalam bentuk Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) dan Priorites Riset Nasional (PRN).
Berdasarkan dua kebijakan ini diturunkan Flagship Research dalam bentuk Konsorsium Riset antara pihak Lembaga Litbang dan Dunia Industri.
Dalam Flagship Research tersebut, pemerintah mencanangkan sembilan fokus, 30 tema, 47 topik dan 49 produk target riset yang ingin dicapai selama periode 2020 – 2024.
"Inovasi kerangka tersebut diharapkan mampu tidak hanya meningkatkan kuantitas riset di Indonesia, namun juga meningkatkan keberdayagunaan hasil riset hingga menjadi produk komersialisasi," kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Fasilkom Universitas Indonesia Prof Dr Eng Wisnu Jatmiko mengatakan bahwa trend dukungan pemerintah dalam dunia riset di Indonesia semakin baik dari tahun ke tahun.
Dia merasakan dinamika mengembangkan riset di bidang rekayasa dan teknologi ini di perguruan tinggi.
Menurut dia tren-nya semakin baik dan dari sejak beliau hanya menggunakan media simulasi karena keterbatasan dana riset, sampai pada akhirnya mampu menghasilkan beberapa prototype yang sudah siap menjadi produk komersialisasi.
Prof Wisnu Jatmiko menuturkan, AI (Artificial Intelligent) menjadi topik riset yang akan terus tumbuh dan berkembang utamanya dalam menyelesaikan tantangan di banyak aspek.
Kolaborasi menjadi kata kunci yang ingin beliau tekankan, agar sebuah riset mampu berdaya guna dan sebagai contohnya ialah perkembangan riset bidang AI yang ditujukan khusus untuk dunia medis.
Dengan inovasi bidang komputasi dan elektro, telah banyak dilakukan inovasi di bidang telemedicine yang dapat membantu keterbatasan keberadaan tenaga dokter spesialis di daerah kota-kota kecil.
Namun demikian, riset ini tidak akan menjadi produk komersialisasi jika tidak memenuhi standar dunia medis.
"Oleh karenanya kolaborasi dengan pihak ahli pada bidang medis menjadi sebuah keharusan," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Pemprov Jawa Barat berkomitmen untuk mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dunia teknologi untuk meningkatakan efisiensi pengelolaan industri untuk mempertahankan bahkan meningkatkan peran Pemprov Jawa Barat sebagai salah satu dari penyumbang PDB terbesar negara," kata Dedi Junaedi, di Bandung, Kamis.
Dedi mengatakan mewakili Pemprov Jawa Barat pihaknya memberikan pemaparan seputar kesiapan Pemprov Jabar dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 pada ada seminar nasional bertema "Penguatan Riset bidang Rekayasa dan Teknologi untuk Solusi Berkelanjutan dalam Dunia Industri" yang diadakan oleh School of Engineering and Technology, Tanri Abeng University bekerja sama dengan STMIK Nusa Mandiri, di Jakarta.
Menurut Dedi dunia industri saat ini terus bergerak meningkatkan efisiensi proses bisnis dalam organisasinya dengan mengikuti perkembangan teknologi di Era Revolusi Industri 4.0.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Prof Ir Ocky Karna Radjasa adanya terobosan besar dari sisi regulasi yang dilakukan pemerintah agar anggaran riset besar tidak sekedar hanya menjadi dokumen laporan riset.
Dia mengatakan terobosan pemerintah ini diawali dengan merumuskan dua piranti regulasi dalam bentuk Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) dan Priorites Riset Nasional (PRN).
Berdasarkan dua kebijakan ini diturunkan Flagship Research dalam bentuk Konsorsium Riset antara pihak Lembaga Litbang dan Dunia Industri.
Dalam Flagship Research tersebut, pemerintah mencanangkan sembilan fokus, 30 tema, 47 topik dan 49 produk target riset yang ingin dicapai selama periode 2020 – 2024.
"Inovasi kerangka tersebut diharapkan mampu tidak hanya meningkatkan kuantitas riset di Indonesia, namun juga meningkatkan keberdayagunaan hasil riset hingga menjadi produk komersialisasi," kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Fasilkom Universitas Indonesia Prof Dr Eng Wisnu Jatmiko mengatakan bahwa trend dukungan pemerintah dalam dunia riset di Indonesia semakin baik dari tahun ke tahun.
Dia merasakan dinamika mengembangkan riset di bidang rekayasa dan teknologi ini di perguruan tinggi.
Menurut dia tren-nya semakin baik dan dari sejak beliau hanya menggunakan media simulasi karena keterbatasan dana riset, sampai pada akhirnya mampu menghasilkan beberapa prototype yang sudah siap menjadi produk komersialisasi.
Prof Wisnu Jatmiko menuturkan, AI (Artificial Intelligent) menjadi topik riset yang akan terus tumbuh dan berkembang utamanya dalam menyelesaikan tantangan di banyak aspek.
Kolaborasi menjadi kata kunci yang ingin beliau tekankan, agar sebuah riset mampu berdaya guna dan sebagai contohnya ialah perkembangan riset bidang AI yang ditujukan khusus untuk dunia medis.
Dengan inovasi bidang komputasi dan elektro, telah banyak dilakukan inovasi di bidang telemedicine yang dapat membantu keterbatasan keberadaan tenaga dokter spesialis di daerah kota-kota kecil.
Namun demikian, riset ini tidak akan menjadi produk komersialisasi jika tidak memenuhi standar dunia medis.
"Oleh karenanya kolaborasi dengan pihak ahli pada bidang medis menjadi sebuah keharusan," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019