Jajanan khas Sunda berbahan dasar tepung kanji, Cireng cukup diminati oleh masyarakat Bukittinggi, Sumatera Barat dan tidak kalah saing dengan jajanan kekinian maupun sajian lokal.
Pemilik usaha rujak cireng Willy Yudamardy di Bukittinggi, Senin, mengatakan dalam sekali berjualan dimulai pukul 16.30 hingga 22.00 WIB bisa menjual secara "offline" hingga 150 kemasan.
Dari hanya berjualan cireng selama lima jam lebih tersebut dirinya bisa mendapat omzet hingga Rp2 juta lebih.
"Peminat cireng ternyata cukup banyak sejak mulai berjualan dengan membuka lapak di area Lapangan Wirabraja dua bulan lalu. Jajanan Sunda tapi disesuaikan dengan selera orang Minang," ujarnya.
Dalam satu kali produksi, ia membutuhkan dua kilogram tepung dan menghasilkan 15 kemasan cireng di mana satu kemasan berisi 15 potong.
"Satu hari bisa 10 sampai 15 kali produksi. Harga satu kemasan dalam kondisi beku Rp15.000 berisi 15 potong sementara kemasan yang sudah digoreng berisi 10 potong dengan harga sama," terangnya.
Sebelum memulai usaha, ia menghabiskan sampai 30 kilogram tepung kanji untuk percobaan sampai bisa mendapatkan rasa yang pas dengan selera orang Minang.
Selain berjualan membuka lapak di Lapangan Wirabraja, ia juga sudah menjalankan usaha itu secara dalam jaringan (online) sejak Mei 2019.
Hanya saja penjualan secara online masih ia batasi karena belum mampu memenuhi banyaknya permintaan yang datang sementara untuk produksi masih dilakukan bersama satu orang rekannya yang lain.
"Pemesanan ada dari dalam dan luar Bukittinggi namun masih di dalam Sumbar. Untuk di dalam Bukittinggi ada layanan gratis ongkos kirim karena memang kota kecil sehingga mau kemana-mana jaraknya dekat," jelasnya.
Melihat minat pembeli, ia berharap bisa membuka kafe yang menyediakan aneka jajanan Nusantara dan luar negeri namun dengan rasa disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia.
"Harapannya bisa buka kafe karena Bukittinggi cukup ramai oleh wisatawan. Makin banyak yang diproduksi semoga bisa membantu buka lapangan kerja," ujarnya.
Seorang pelanggan rujak cireng, Putri Rizki (29) mengatakan cireng termasuk jajanan yang jarang ditemui di Bukittinggi.
Menurutnya jajanan dengan tekstur kenyal itu cocok disantap dalam keadaan hangat dengan bumbu rujak yang dibuat penjual dengan rasa cukup pedas pedas tersebut.
Baca juga: 'Cireng Salju' bawa Sara Mariska raih beragam penghargaan kewirausahaan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Pemilik usaha rujak cireng Willy Yudamardy di Bukittinggi, Senin, mengatakan dalam sekali berjualan dimulai pukul 16.30 hingga 22.00 WIB bisa menjual secara "offline" hingga 150 kemasan.
Dari hanya berjualan cireng selama lima jam lebih tersebut dirinya bisa mendapat omzet hingga Rp2 juta lebih.
"Peminat cireng ternyata cukup banyak sejak mulai berjualan dengan membuka lapak di area Lapangan Wirabraja dua bulan lalu. Jajanan Sunda tapi disesuaikan dengan selera orang Minang," ujarnya.
Dalam satu kali produksi, ia membutuhkan dua kilogram tepung dan menghasilkan 15 kemasan cireng di mana satu kemasan berisi 15 potong.
"Satu hari bisa 10 sampai 15 kali produksi. Harga satu kemasan dalam kondisi beku Rp15.000 berisi 15 potong sementara kemasan yang sudah digoreng berisi 10 potong dengan harga sama," terangnya.
Sebelum memulai usaha, ia menghabiskan sampai 30 kilogram tepung kanji untuk percobaan sampai bisa mendapatkan rasa yang pas dengan selera orang Minang.
Selain berjualan membuka lapak di Lapangan Wirabraja, ia juga sudah menjalankan usaha itu secara dalam jaringan (online) sejak Mei 2019.
Hanya saja penjualan secara online masih ia batasi karena belum mampu memenuhi banyaknya permintaan yang datang sementara untuk produksi masih dilakukan bersama satu orang rekannya yang lain.
"Pemesanan ada dari dalam dan luar Bukittinggi namun masih di dalam Sumbar. Untuk di dalam Bukittinggi ada layanan gratis ongkos kirim karena memang kota kecil sehingga mau kemana-mana jaraknya dekat," jelasnya.
Melihat minat pembeli, ia berharap bisa membuka kafe yang menyediakan aneka jajanan Nusantara dan luar negeri namun dengan rasa disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia.
"Harapannya bisa buka kafe karena Bukittinggi cukup ramai oleh wisatawan. Makin banyak yang diproduksi semoga bisa membantu buka lapangan kerja," ujarnya.
Seorang pelanggan rujak cireng, Putri Rizki (29) mengatakan cireng termasuk jajanan yang jarang ditemui di Bukittinggi.
Menurutnya jajanan dengan tekstur kenyal itu cocok disantap dalam keadaan hangat dengan bumbu rujak yang dibuat penjual dengan rasa cukup pedas pedas tersebut.
Baca juga: 'Cireng Salju' bawa Sara Mariska raih beragam penghargaan kewirausahaan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019