Polres Sukabumi mengungkap modus baru aksi tawuran pelajar di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk menghindari petugas keamanan dan kejaran warga yang kesal dengan ulah oknum pelajar yang kerap berulah.

"Modus yang dilakukan oknum pelajar untuk tawuran yakni dengan menggunakan media sosial Facebook dan pesan berantai melalui Whatsapp. Di media sosial itu pelajar dari dua kubu yang berseteru kemudian saling ejek dan tantang serta mengajak tawuran di suatu lokasi," kata Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi di Sukabumi, Senin.

Menurutnya, modus baru yang dilakukan oknum pelajar ini untuk mengajak tawuran pada malam karena, pada siangnya seperti pulang sekolah penjagaan sangat ketat dari aparat keamanan maupun guru mereka.

Sehingga untuk mengelabuinya mereka berkomunikasi melalui media sosial dan grup Whatsapp. Waktu yang dipilih pun di saat jalan raya lengang dan wargapun tengah terlelap tidur serta pengamanan longgar.

Seperti kasus tawuran antarpelajar dua SMK di Kabupaten Sukabumi yang menewaskan seorang pelajar dan dua lainnya luka berat dilakukan pada Minggu, (3/11) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Saat bentrokanpun mereka tidak menggunakan atribut sekolahnya, tetapi menggunakan pakaian bebas.

Parahnya lagi oknum pelajar tersebut sebelum tawuran sudah menyiapkan senjata tajam baik dengan cara membelinya secara online, membuat di perajin dan ada juga yang mengambil dari orang tuanya.

Mereka juga melakukan kucing-kucingan dengan petugas keamanan dan berani membohongi orang tuanya agar bisa keluar pada malam hari. Tentunya modus baru tawuran ini menjadi perhatian pihak kepolisian apalagi sudah ada korban jiwa.

"Pencegahan tidak hanya menjadi tugas kami saja tetapi, orang tua sangat berperan dalam mencegah anaknya terjerumus kepada kasus kriminal seperti memeriksa alat komunikasinya (handphone) maupun akun media sosialnya," tambahnya.

Nasriadi mengatakan pihaknya tidak segan menindak tegas oknum pelajar yang melakukan aksi tawuran maupun anarkis lainnya serta kerap mengumpulkan sekolah, pelajar dan orang tua murid untuk melakukan pencegahan dini agar tidak ada lagi kejadian tawuran.

Selain itu, dari hasil penyelidikan dan penyidikan ternyata tren tawuran antarpelajar sudah berubah yang biasanya tawuran itu melibatkan pelajar yang sudah kelas XII atau mau lulus. Sekarang kakak kelasnya yang hendak lulus itu mendoktrin adik-adiknya untuk berani menyerang pelajar dari sekolah yang dianggap musuh bebuyutannya.

Seperti salah satu orang tua yang anaknya menjadi korban tawuran Septi Irawan mengatakan sebelum diketahui anaknya menjadi korban pembacokan saat tawuran, putranya itu sempat Solat Magrib berjamaah pada Sabtu, (2/11) dan izin pamit katanya mau reuni dengan rekan SMP nya.

Tapi saat hendak pulang anaknya itu kumpul dahulu dengan rekan SMK nya dan ikut terlibat tawuran pada Minggu, (3/11) sekitar pukul 01.00 WIB. "Sebenarnya saya keras dalam mendidik anak tetapi, dengan kejadian seperti ini pengawasan harus lebih ketat lagi," katanya. 
 

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019