Lima ratusan kepala keluarga di Kampung Nagrak, Desa Wangunsari, Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat, berharap dapat merasakan aliran listrik dari PLN karena selama ini warga hanya mengandalkan turbin air hasil swadaya.
Aliran listrik yang didapat tidak dapat memenuhi kebutuhan warga terutama pada malam hari. Terlebih turbin air tidak menghasilkan pasokan listrik maksimal ketika musim kemarau tiba.
"1.032 jiwa warga Kampung Nagrak, berharap mendapatkan aliran listrik dari PLN yang sampai saat ini, hanya mimpi belum kesampaian. Menjelang malam warga mengandalkan pasokan listrik dari turbin," kata Ewok tokoh warga pada wartawan, Selasa.
Ia menjelaskan, sejak beberapa bulan terakhir turbin tidak dapat mengalirkan listrik ke rumah warga karena debit air yang minim di Sungai Cidaun, sehingga warga kembali menggunakan lampu minyak ketika malam tiba.
Kampung Nagrak, ungkap dia, hanya berjarak beberapa belas kilometer dari pusat kecamatan Naringgul, dikenal sebagai penghasil gula aren, kerajinan sapu tamiang sangkit serta sangkar burung terbesar di Naringgul.
Meskipun penyumbang PAD yang cukup besar untuk daerah, namun aliran listrik hanya bisa dinikmati ketika malam hari untuk penerangan di dalam dan depan rumah, sedangkan alat penunjang untuk mengembangkan usaha mengunakan daya listrik tidak dapat dipakai.
"Termasuk ketika anak-anak belajar malam masih mengunakan lampu minyak atau lilin karena cahaya yang dihasilkan turbin tidak maksimal seperti aliran listrik PLN," katanya.
Warga berharap Pemrov Jabar dan pusat yang memiliki program listrik masuk pelosok, dapat mewujudkan impian warga untuk merasakan aliran listrik dari PLN yang sejak puluhan tahun belum mereka dapatkan seperti daerah lain.
Tidak hanya aliran listrik, warga yang merasa belum merdeka itu, baru memiliki infrastruktur jalan dengan landasan batu kali agar dapat dilalui kendaraan besar untuk membawa hasil bumi dan kerajinan warga ke pasar di Bandung dan sekitarnya.
Hal tersebut upaya Kepala Desa Wangunsari, Sapaat Suanda yang berharap pembangunan di wilayahnya merata untuk meningkatkan taraf ekonomi warga dengan memanfaatkan dana bantuan dari pusat.
"Selama puluhan tahun, warga Nagrak membawa hasil tani dan kerajinan dengan cara dipikul. Namun dengan bantuan dana desa dari pusat, pengerasan dapat dilakukan meskipun landasan jalan masih dari batu," kata Sapaat.
Termasuk aliran listrik PLN yang selama ini belum didapatkan warganya sejak Indonesia Merdeka, hingga saat ini hanya mengandalkan aliran listrik dari turbin dan jalan desa yang hanya berlandaskan batu kali.
"Untuk akses jalan tinggal menunggu di aspal, semoga upaya maksimal yang sudah kami lakukan mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan propinsi agar segera dibangun. Harapan kami Nagrak dapat terang benderang seperti wilayah lain yang sudah teraliri listrik PLN," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Aliran listrik yang didapat tidak dapat memenuhi kebutuhan warga terutama pada malam hari. Terlebih turbin air tidak menghasilkan pasokan listrik maksimal ketika musim kemarau tiba.
"1.032 jiwa warga Kampung Nagrak, berharap mendapatkan aliran listrik dari PLN yang sampai saat ini, hanya mimpi belum kesampaian. Menjelang malam warga mengandalkan pasokan listrik dari turbin," kata Ewok tokoh warga pada wartawan, Selasa.
Ia menjelaskan, sejak beberapa bulan terakhir turbin tidak dapat mengalirkan listrik ke rumah warga karena debit air yang minim di Sungai Cidaun, sehingga warga kembali menggunakan lampu minyak ketika malam tiba.
Kampung Nagrak, ungkap dia, hanya berjarak beberapa belas kilometer dari pusat kecamatan Naringgul, dikenal sebagai penghasil gula aren, kerajinan sapu tamiang sangkit serta sangkar burung terbesar di Naringgul.
Meskipun penyumbang PAD yang cukup besar untuk daerah, namun aliran listrik hanya bisa dinikmati ketika malam hari untuk penerangan di dalam dan depan rumah, sedangkan alat penunjang untuk mengembangkan usaha mengunakan daya listrik tidak dapat dipakai.
"Termasuk ketika anak-anak belajar malam masih mengunakan lampu minyak atau lilin karena cahaya yang dihasilkan turbin tidak maksimal seperti aliran listrik PLN," katanya.
Warga berharap Pemrov Jabar dan pusat yang memiliki program listrik masuk pelosok, dapat mewujudkan impian warga untuk merasakan aliran listrik dari PLN yang sejak puluhan tahun belum mereka dapatkan seperti daerah lain.
Tidak hanya aliran listrik, warga yang merasa belum merdeka itu, baru memiliki infrastruktur jalan dengan landasan batu kali agar dapat dilalui kendaraan besar untuk membawa hasil bumi dan kerajinan warga ke pasar di Bandung dan sekitarnya.
Hal tersebut upaya Kepala Desa Wangunsari, Sapaat Suanda yang berharap pembangunan di wilayahnya merata untuk meningkatkan taraf ekonomi warga dengan memanfaatkan dana bantuan dari pusat.
"Selama puluhan tahun, warga Nagrak membawa hasil tani dan kerajinan dengan cara dipikul. Namun dengan bantuan dana desa dari pusat, pengerasan dapat dilakukan meskipun landasan jalan masih dari batu," kata Sapaat.
Termasuk aliran listrik PLN yang selama ini belum didapatkan warganya sejak Indonesia Merdeka, hingga saat ini hanya mengandalkan aliran listrik dari turbin dan jalan desa yang hanya berlandaskan batu kali.
"Untuk akses jalan tinggal menunggu di aspal, semoga upaya maksimal yang sudah kami lakukan mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan propinsi agar segera dibangun. Harapan kami Nagrak dapat terang benderang seperti wilayah lain yang sudah teraliri listrik PLN," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019