Seorang guru honorer Musliati (39) penderita sakit stroke di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengharapkan bantuan karena kesulitan biaya untuk berobat dan tidak ikut serta dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang ditanggung pemerintah, akibatnya biaya pengobatan dibantu sesama guru dan saudaranya.
"Ibu sekarang dirawat di rumah sakit (RSUD) Dokter Slamet Garut, sudah seminggu," kata anak Musliati, Roni kepada wartawan di Garut, Selasa.
Ia menuturkan, ibunya baru pertama kali menderita sakit stroke, kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis menggunakan jalur pelayanan umum atau bukan peserta BPJS Kesehatan.
Musliati warga Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng itu, kata Roni, sudah mengabdikan diri menjadi guru SD Negeri 1 Tegalgede sejak 19 tahun lalu yang hingga saat ini tidak memiliki jaminan kesehatan seperti yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
"Sudah hampir 19 tahun menjadi guru honorer tidak pernah memiliki kartu BPJS Kesehatan. Untuk mengobati sakitnya harus meminta bantuan ke saudara," katanya.
Ia mengatakan Musliati selama satu pekan terbaring tidak sadarkan diri karena penyakit yang dideritanya, setelah menjalani perawatan kondisinya mulai membaik.
"Sekarang alhamdulillah sudah bisa bicara meski hanya pelan-pelan," katanya.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Ade Manadin mengatakan, kondisi guru honorer tersebut memang tidak terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, sehingga pelayanannya menggunakan fasilitas pasien umum.
Ade mengungkapkan sudah berupaya membantu meringankan beban biaya perawatan dan pengobatan seorang guru honorer tersebut di rumah sakit.
"Biaya kamar sudah dari saya, dari Pagar Sukwan (organisasi guru honorer) juga sudah membantu," katanya.*
Baca juga: Kenaikan iuran BPJS Kesehatan tidak masalah selama semua penyakit terlayani
Baca juga: DPRD Garut: Pelayanan BPJS Kesehatan harus dipermudah
Baca juga: Bupati Garut berharap BPJS Kesehatan tidak telat bayar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Ibu sekarang dirawat di rumah sakit (RSUD) Dokter Slamet Garut, sudah seminggu," kata anak Musliati, Roni kepada wartawan di Garut, Selasa.
Ia menuturkan, ibunya baru pertama kali menderita sakit stroke, kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis menggunakan jalur pelayanan umum atau bukan peserta BPJS Kesehatan.
Musliati warga Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng itu, kata Roni, sudah mengabdikan diri menjadi guru SD Negeri 1 Tegalgede sejak 19 tahun lalu yang hingga saat ini tidak memiliki jaminan kesehatan seperti yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
"Sudah hampir 19 tahun menjadi guru honorer tidak pernah memiliki kartu BPJS Kesehatan. Untuk mengobati sakitnya harus meminta bantuan ke saudara," katanya.
Ia mengatakan Musliati selama satu pekan terbaring tidak sadarkan diri karena penyakit yang dideritanya, setelah menjalani perawatan kondisinya mulai membaik.
"Sekarang alhamdulillah sudah bisa bicara meski hanya pelan-pelan," katanya.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Ade Manadin mengatakan, kondisi guru honorer tersebut memang tidak terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, sehingga pelayanannya menggunakan fasilitas pasien umum.
Ade mengungkapkan sudah berupaya membantu meringankan beban biaya perawatan dan pengobatan seorang guru honorer tersebut di rumah sakit.
"Biaya kamar sudah dari saya, dari Pagar Sukwan (organisasi guru honorer) juga sudah membantu," katanya.*
Baca juga: Kenaikan iuran BPJS Kesehatan tidak masalah selama semua penyakit terlayani
Baca juga: DPRD Garut: Pelayanan BPJS Kesehatan harus dipermudah
Baca juga: Bupati Garut berharap BPJS Kesehatan tidak telat bayar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019