Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Provinsi Jawa Barat Daddy Rohanady menilai Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum berpaling dari Gubernur Jabar M Ridwan Kamil terkait keikutsertaan Uu dalam pertemuan petinggi PPP ke Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, di Hambalang, Bogor.
"Jadi, ada yang menafsirkan pertemuan itu bagi Uu merupakan 'balik kanan'. Ketika menjadi pasangan calon kepala daerah Jabar, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum berada di kubu yang berbeda dengan Gerindra," kata Daddy Rohanandy dalam keterangan tertulisnya, di Bandung, Senin.
Daddy mengatakan PPP pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2018 menjadi salah satu pengusung pasangan M Ridwan Kamil atau Emil-Uu Ruzhanul Ulum, sedangkan Gerindra dan PKS mengusung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
"Mungkinkah Uu merasa tak diberdayakan secara proporsional oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil? Benarkah ia merasa benar-benar hanya menjadi ban serep? Kalau ya, ini pasti membuat seorang Uu yang mantan Bupati Tasikmalaya itu tidak nyaman," katanya.
Menurut Daddy, Uu sebagai mantan orang nomor satu yang biasa memainkan segala peran di daerahnya, bisa jadi kini merasa kurang optimal mengaktualisasikan konsep pembangunannya.
"Maka, jalan yang ditempuhnya adalah merapat ke Gerindra yang menjadi pemenang dalam pileg tingkat provinsi di Jawa Barat," katanya.
Daddy yang juga merupakan Wakil Ketua DPD Gerindra Jabar menjelaskan bahwa dengan 25 kursi yang dimiliki oleh Partai Gerindra di DPRD Jabar maka Gerindra menjadi kekuatan politik yang tak bisa disepelekan.
"Mengapa demikian? Jika Gerindra bergabung dengan PKS, total sudah 46 kursi DPRD yang dikuasai. Ketika PPP bergabung, jumlahnya menjadi 48. Artinya, hanya butuh 13 suara lagi seandainya pengambilan keputusan di DPRD sampai ditentukan melalui voting," ujar dia.
Padahal, koalisi yang terbangun pada saat pilgub, Gerindra dan PKS bergabung dengan PAN sehingga koalisi ini sudah mengantongi 55 suara dari total 120 dan hanya butuh tambahan enam suara.
"Di sisi lain, andai ditinggalkan PPP, Ridwan Kamil hanya tinggal diusung PKB, NasDem dan Perindo yang totalnya 17 suara saja. Hal ini karena tak satu kursi pun diraih Hanura di DPRD Provinsi Jabar," kata dia.
Ia mengatakan jika PDI Perjuangan apalagi jika ditambah dengan Partai Golkar bergabung, maka suara mayoritas berada di kubu yang tidak mendukung Ridwan Kamil.
"Saya kira, PPP dan Uu sadar betul akan hal itu. Maka, diputuskanlah PPP merapat ke Gerindra. Kami masih menunggu arahan DPP," kata dia.
Bantah
Sementara itu Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum membantah jika dirinya bermanuver di belakang Gubernur Jabar M Ridwan Kamil terkait pertemuan antara dirinya dan petinggi PPP dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Menurut Uu, pertemuan yang juga dihadiri Ketua Umum PPP Suharso Manoarfa dan Ketua DPW PPP Jabar Ade Yasin lebih banyak menindaklanjuti konstelasi politik di tingkat DPR dan MPR.
Pertemuan dengan Prabowo juga merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan Manoarfa karena PPP dan Gerindra bekerja sama di parlemen.
Menurutnya di tingkat Jawa Barat ada kesepakatan kesepahaman, bahwa pertama fraksi PPP akan bergabung dengan Fraksi Gerindra di DPRD Jabar.
"Jadi Fraksi Gerindra 25 kursi, PPP 3 kursi. Ikut yang besar. Saya bersyukur, menghormat kepada Gerindra, yang memberikan AKD (alat kelengkapan dewan) kepada kami yang begitu sempurna," katanya.
Baca juga: Wagub Jabar dorong pelaku UKM lakukan sertifikasi halal
Baca juga: Uu: Pesantren di Jabar harus memahami perkembangan digital
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Jadi, ada yang menafsirkan pertemuan itu bagi Uu merupakan 'balik kanan'. Ketika menjadi pasangan calon kepala daerah Jabar, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum berada di kubu yang berbeda dengan Gerindra," kata Daddy Rohanandy dalam keterangan tertulisnya, di Bandung, Senin.
Daddy mengatakan PPP pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2018 menjadi salah satu pengusung pasangan M Ridwan Kamil atau Emil-Uu Ruzhanul Ulum, sedangkan Gerindra dan PKS mengusung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
"Mungkinkah Uu merasa tak diberdayakan secara proporsional oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil? Benarkah ia merasa benar-benar hanya menjadi ban serep? Kalau ya, ini pasti membuat seorang Uu yang mantan Bupati Tasikmalaya itu tidak nyaman," katanya.
Menurut Daddy, Uu sebagai mantan orang nomor satu yang biasa memainkan segala peran di daerahnya, bisa jadi kini merasa kurang optimal mengaktualisasikan konsep pembangunannya.
"Maka, jalan yang ditempuhnya adalah merapat ke Gerindra yang menjadi pemenang dalam pileg tingkat provinsi di Jawa Barat," katanya.
Daddy yang juga merupakan Wakil Ketua DPD Gerindra Jabar menjelaskan bahwa dengan 25 kursi yang dimiliki oleh Partai Gerindra di DPRD Jabar maka Gerindra menjadi kekuatan politik yang tak bisa disepelekan.
"Mengapa demikian? Jika Gerindra bergabung dengan PKS, total sudah 46 kursi DPRD yang dikuasai. Ketika PPP bergabung, jumlahnya menjadi 48. Artinya, hanya butuh 13 suara lagi seandainya pengambilan keputusan di DPRD sampai ditentukan melalui voting," ujar dia.
Padahal, koalisi yang terbangun pada saat pilgub, Gerindra dan PKS bergabung dengan PAN sehingga koalisi ini sudah mengantongi 55 suara dari total 120 dan hanya butuh tambahan enam suara.
"Di sisi lain, andai ditinggalkan PPP, Ridwan Kamil hanya tinggal diusung PKB, NasDem dan Perindo yang totalnya 17 suara saja. Hal ini karena tak satu kursi pun diraih Hanura di DPRD Provinsi Jabar," kata dia.
Ia mengatakan jika PDI Perjuangan apalagi jika ditambah dengan Partai Golkar bergabung, maka suara mayoritas berada di kubu yang tidak mendukung Ridwan Kamil.
"Saya kira, PPP dan Uu sadar betul akan hal itu. Maka, diputuskanlah PPP merapat ke Gerindra. Kami masih menunggu arahan DPP," kata dia.
Bantah
Sementara itu Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum membantah jika dirinya bermanuver di belakang Gubernur Jabar M Ridwan Kamil terkait pertemuan antara dirinya dan petinggi PPP dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Menurut Uu, pertemuan yang juga dihadiri Ketua Umum PPP Suharso Manoarfa dan Ketua DPW PPP Jabar Ade Yasin lebih banyak menindaklanjuti konstelasi politik di tingkat DPR dan MPR.
Pertemuan dengan Prabowo juga merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan Manoarfa karena PPP dan Gerindra bekerja sama di parlemen.
Menurutnya di tingkat Jawa Barat ada kesepakatan kesepahaman, bahwa pertama fraksi PPP akan bergabung dengan Fraksi Gerindra di DPRD Jabar.
"Jadi Fraksi Gerindra 25 kursi, PPP 3 kursi. Ikut yang besar. Saya bersyukur, menghormat kepada Gerindra, yang memberikan AKD (alat kelengkapan dewan) kepada kami yang begitu sempurna," katanya.
Baca juga: Wagub Jabar dorong pelaku UKM lakukan sertifikasi halal
Baca juga: Uu: Pesantren di Jabar harus memahami perkembangan digital
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019