Teknologi bakal menjadi salah satu penentu kesuksesan upaya pengurangan dampak bencana alam dan bencana kemanusiaan yang mungkin terjadi setelahnya, kata Puji Pujiono, ahli manajemen penanganan bencana PBB yang juga pendiri dan penasihat senior organisasi nirlaba bidang manajemen penanganan bencana Pujiono Centre.

Ahli dari Pujiono Centre melakukan edukasi mitigasi bencana bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT), agar masyarakat bisa memanfaatkan teknologi yang memungkinkan secara cepat mengakses berbagai informasi terkait bencana.

Masyarakat dapat memproses dan mengambil tindakan berdasarkan informasi yang didapat, katanya dalam siaran pers ACT yang diterima di Jakarta, Minggu.

Berdasarkan Megatrend, pada tahun 2035 hingga 85 persen penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan dan menikmati fasilitas hidup yang lebih lengkap dibandingkan dengan warga yang tinggal di perdesaan.

Puji menekankan pentingnya pendidikan mengenai mitigasi bencana kepada seluruh penduduk, baik yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan.

"Pengetahuan, praktik keamanan, serta penyelamatan diri perlu dibekali ke semua penduduk, termasuk yang tinggal di perkotaan. Bencana alam tak mengenal waktu kapan akan datang. Malah terkadang masyarakat lupa, padahal tahu kalau mereka menempatkan diri mereka di jalur bencana," katanya.

Masyarakat perkotaan, ia melanjutkan, juga mesti memahami faktor-faktor risiko bencana di lingkungan tempat mereka menetap dan mewaspadai kemungkinan datangnya bencana.

Ia juga mengemukakan pentingnya keterlibatan lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sipil dalam upaya mencegah dan menanggulangi bencana.

"Saling bersinergi, memanfaatkan teknologi menjadi solusi terbaik antara pemerintah, LSM, serta masyarakat sipil. Mereka saling melengkapi dan bekerja sama untuk menyelamatkan sesama," kata Puji.


 

Pewarta: ACT

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019