Salah satu keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) asal Kampung Cibatu Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Nenih (35) berhasil memanfaatkan bantuan pemerintah itu yang awalnya hidupnya miskin sekarang menjadi sejahtera.
"Saya secara sukarela mundur sebagai penerima bantuan PKH, Alhamdulillah sekarang kami hidup cukup berkat bantuan pemerintah tersebut," kata warga RT 3/1, Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat di Sukabumi, Senin.
Menurutnya, bantuan itu telah diperoleh dari Kementerian Sosial RI sejak 2009 yang sebelumnya kondisi ekonominya tidak seperti sekarang. Bantuan dari PKH ini digunakan untuk membiayai sekolah ketiga anaknya.
Dana bantuan dari pemerintah itu juga dimanfaatkan untuk membuka usaha kecil-kecilan dengan cara mengkreditkan barang rumah tangga secara keliling seperti perlengkapan kosmetik dan kebutuhan keluarga lainnya.
Selama menerima bantuan itu, ia juga mendapat pembinaan dan modul ekonomi dari pendamping PKH. Perlahan wanita ini pun mampu memanajemen keuangan keluarga sampai akhirnya kesejahteraannya terus meningkat.
"Alhamdulillah sekarang sudah mulai meningkat, bisa membantu usaha suaminya sebagai sopir angkot, sampai sekarang sudah bisa merenovasi rumah sedikit-sedikit menjadi lebih baik," ucapnya.
Dengan mundurnya keluarga Nenih dari PKH, membuktikan jika bantuan dari pemerintah itu dimanfaatkan sebaik mungkin dan digunakan untuk kebutuhan yang terpenting bisa mendongkrak perekonomian warga.
Tentunya, Nenih sangat terbantu dengan program tersebut. Selain itu, mundurnya dari warga penerima manfaat ini karena ia merasa bantuan itu sudah tidak semestinya didapat dan harus disalurkan kepada warga yang lebih membutuhkan.
Koordinator Kabupaten (Korkab) PKH Kabupaten Sukabumi Ai Ristianawati mengatakan mengapresiasi langkah Nenih dan keluarganya yang mundur dari kepesertaan PKH karena merasa hidupnya sudah sejahtera atau istilahnya graduasi mandiri.
Hal ini sejalan dengan rencana program Kemensos RI untuk terus mendorong para anggota penerima manfaat yang sudah dirasa mampu secara ekonomi dan sejahtera untuk melalukan graduasi mandiri dari kepesertaan PKH.
Saat ini para pendamping PKH tengah melakukan verifikasi kepesertaan PKH dengan melakukan home visit untuk memastikan status ekonominya para penerima manfaat.
Lanjut dia, yang graduasi memang saat ini sudah mampu menata hidupnya sehingga kesejahteraannya meningkat. Seperti bekerja hingga memiliki usaha dan lannya yang tidak lepas dari pembinaan dalam pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) yang selama ini dilakukan pendamping setiap bulannya.
"Kami berharap keluarga penerima manfaat yang ekonominya sudah meninkat dan sejahtera agar mundur dari kepesertaannya seperti langkah Nenih. Sehingga bantuan itu bisa dialihkan kepada warga yang benar-benar membutuhkan," katanya.
Baca juga: Mensos: dana PKH 2019 Rp54 triliun, pada 2020 meningkat lagi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Saya secara sukarela mundur sebagai penerima bantuan PKH, Alhamdulillah sekarang kami hidup cukup berkat bantuan pemerintah tersebut," kata warga RT 3/1, Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat di Sukabumi, Senin.
Menurutnya, bantuan itu telah diperoleh dari Kementerian Sosial RI sejak 2009 yang sebelumnya kondisi ekonominya tidak seperti sekarang. Bantuan dari PKH ini digunakan untuk membiayai sekolah ketiga anaknya.
Dana bantuan dari pemerintah itu juga dimanfaatkan untuk membuka usaha kecil-kecilan dengan cara mengkreditkan barang rumah tangga secara keliling seperti perlengkapan kosmetik dan kebutuhan keluarga lainnya.
Selama menerima bantuan itu, ia juga mendapat pembinaan dan modul ekonomi dari pendamping PKH. Perlahan wanita ini pun mampu memanajemen keuangan keluarga sampai akhirnya kesejahteraannya terus meningkat.
"Alhamdulillah sekarang sudah mulai meningkat, bisa membantu usaha suaminya sebagai sopir angkot, sampai sekarang sudah bisa merenovasi rumah sedikit-sedikit menjadi lebih baik," ucapnya.
Dengan mundurnya keluarga Nenih dari PKH, membuktikan jika bantuan dari pemerintah itu dimanfaatkan sebaik mungkin dan digunakan untuk kebutuhan yang terpenting bisa mendongkrak perekonomian warga.
Tentunya, Nenih sangat terbantu dengan program tersebut. Selain itu, mundurnya dari warga penerima manfaat ini karena ia merasa bantuan itu sudah tidak semestinya didapat dan harus disalurkan kepada warga yang lebih membutuhkan.
Koordinator Kabupaten (Korkab) PKH Kabupaten Sukabumi Ai Ristianawati mengatakan mengapresiasi langkah Nenih dan keluarganya yang mundur dari kepesertaan PKH karena merasa hidupnya sudah sejahtera atau istilahnya graduasi mandiri.
Hal ini sejalan dengan rencana program Kemensos RI untuk terus mendorong para anggota penerima manfaat yang sudah dirasa mampu secara ekonomi dan sejahtera untuk melalukan graduasi mandiri dari kepesertaan PKH.
Saat ini para pendamping PKH tengah melakukan verifikasi kepesertaan PKH dengan melakukan home visit untuk memastikan status ekonominya para penerima manfaat.
Lanjut dia, yang graduasi memang saat ini sudah mampu menata hidupnya sehingga kesejahteraannya meningkat. Seperti bekerja hingga memiliki usaha dan lannya yang tidak lepas dari pembinaan dalam pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) yang selama ini dilakukan pendamping setiap bulannya.
"Kami berharap keluarga penerima manfaat yang ekonominya sudah meninkat dan sejahtera agar mundur dari kepesertaannya seperti langkah Nenih. Sehingga bantuan itu bisa dialihkan kepada warga yang benar-benar membutuhkan," katanya.
Baca juga: Mensos: dana PKH 2019 Rp54 triliun, pada 2020 meningkat lagi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019