Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani mobil Kona Electric untuk menandai peresmian pabrik baterai dan ekosistem kendaraan listrik milik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu.
Kendaraan berwarna putih tersebut ditandatangani Presiden Jokowi di bagian kap mobilnya, usai ia menyampaikan sambutan dan menandatangani dua prasasti peresmian pabrik.
Penandatanganan mobil tersebut merupakan momentum istimewa, karena Kona Electric adalah kendaraan listrik pertama yang seluruhnya buatan Indonesia.
Dengan kemampuan jarak tempuh lebih dari 600 kilometer dalam satu kali pengisian daya baterai (charging), mobil tersebut dijual dengan harga sekitar Rp500 juta.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan apresiasi kepada dua perusahaan Korea Selatan yaitu Hyundai dan LG, atas komitmen mereka membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Ia berharap konsorsium yang dibentuk Hyundai dan LG dengan nilai investasi total Rp160 triliun untuk proyek ekosistem kendaraan listrik tersebut akan semakin mempererat hubungan Korsel dan Indonesia.
Sementara itu, sebuah laporan dari situs web mobil listrik Amerika Serikat (AS), Recurrent, dilansir laman Drive, Senin (1/7), biaya penggantian baterai pada kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) bekas semakin menurun, seiring dengan semakin meluasnya teknologi ini.Selain itu, penggantian komponen termahal pada mobil listrik ini hanya terjadi pada 2,5 persen kasus dalam kelompok studinya - dengan sebagian besar kasus terjadi pada kendaraan listrik generasi pertama, yang saat ini telah berusia sekitar 14 tahun.
Menurut laporan tersebut, sebuah studi tahun 2019 oleh Mack Institute for Innovation Management di Wharton School for Business menemukan bahwa harga baterai EV telah menurun 16 persen antara tahun 2007 dan 2019 - dengan harga rata-rata 161 dolar AS per kWh (Rp2,6 juta/kWh).
Pada akhir 2020, harga rata-rata baterai telah turun menjadi 137 dolar AS/kWh (Rp2,2 juta/kWh).
Baca juga: Perusahaan di Eropa temukan baterai EV baru mampu kurangi biaya
Baca juga: BYD dan CATL akan rilis baterai dengan pengisian daya super cepat 6C
Namun, tren itu tidak berlanjut. Pada tahun 2021, harga litium - bahan utama sebagian besar baterai mobil - mulai meningkat tajam, mencapai puncaknya pada akhir tahun 2022 sebelum turun sekitar 20 persen pada awal tahun 2023. Harga tetap relatif stabil sejak akhir 2023.
Studi terbaru dari Recurrent menunjukkan bahwa biaya yang diperlukan untuk mengganti paket baterai tergantung pada beberapa faktor, seperti popularitas mobil, ketersediaan suku cadang, dan permintaan di pasar.
Sementara harga untuk mengganti baterai pada Nissan Leaf generasi pertama di Amerika Utara turun menjadi sekitar 5.500 dolar AS (Rp90 juta) untuk baterai 40kWh pada tahun 2020, atau setara dengan 137 dolar AS/kWh sebelum biaya tenaga kerja.
Harga telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menjadi 12.000 dolar AS (Rp196,7 juta) termasuk biaya tenaga kerja.
Sebagai gambaran, untuk BMW i3, baterai bekas dijual dengan harga sekitar 145 dolar AS/kWh (Rp2,37 juta).
Data terbaru yang dikutip oleh laporan tersebut mengklaim bahwa baterai Tesla Model 3 saat ini dijual dengan harga antara 133 dolar AS dan 161 dolar AS/kWh (Rp2,18 juta-Rp2,6 juta/kWh).
Tren selama hampir dua dekade menunjukkan harga baterai yang menurun, terutama untuk kemasan baterai bekas, dan kemungkinan akan terus menurun dengan meningkatnya jumlah mobil listrik baru dan peningkatan kepemilikan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Resmikan pabrik baterai EV, Jokowi tandatangani mobil Kona Electric