Jakarta (ANTARA) - Kemudahan migrasi offline ke online, keunggulan solusi teknologi dan berbagai inisiatif jitu membantu UMKM, membuat para pelaku usaha di ekosistem Gojek lebih adaptif dan tahan menghadapi dampak perlambatan ekonomi akibat pandemi.
Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) bertajuk “Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19", menunjukkan peran positif Gojek untuk Indonesia yang terus berkelanjutan.
Sebagai langkah kongkrit, Gojek memudahkan UMKM migrasi dari offline ke ranah online. Sebesar 40 persen UMKM yang disurvei, baru bergabung di GoFood saat pandemi COVID-19 (sejak Maret 2020), yang mana 94 persen dari UMKM berskala mikro dan 43 persen sebagai pebisnis pemula.
Bersama Gojek, UMKM tersebut merasa lebih cepat untuk beradaptasi, sehingga lebih kuat untuk bertahan di tengah pandemi, dengan memanfaatkan bisnis sektor informal.
Peneliti LD FEB UI, Alfindra Primaldhi menjelaskan bahwa riset itu menunjukkan peran ekosistem ekonomi digital dalam membantu UMKM, khususnya usaha mikro, untuk bertahan di masa pandemi.
Kondisi pandemi tentunya menguji resiliensi (ketahanan), dan kemampuan adaptasi para pelaku usaha di masa krisis. Salah satu adaptasi itu adalah mengubah usaha tradisional menjadi usaha digital.
Tampak juga bahwa para pelaku usaha cukup realistis melihat dampak panjang dari pandemi, namun mereka juga tetap optimis bahwa dengan berada dalam suatu ekosistem digital, usaha mereka dapat tetap tumbuh kedepannya, dan penghasilan mereka kembali seperti sebelum pandemi.
"Riset ini juga menunjukkan bahwa sektor swasta turut terkena dampak dari pandemi. Proporsi mitra GoFood baru yang berasal dari pegawai swasta adalah sebesar 24 persen, sedangkan sebelum pandemi proporsi mitra dari pegawai swasta hanya 18 persen," kata Alfindra Primaldhi, Rabu.
"Selain itu, mitra yang tidak punya pengalaman usaha sebelumnya meningkat hampir dua kali lipat menjadi 43 persen dibandingkan pendaftar sebelum pandemi. Maka, tampak bahwa usaha kuliner menjadi sumber penghasilan alternatif bagi orang-orang yang kehilangan, atau mengalami penurunan penghasilan selama pandemi. Keberadaan ekosistem ekonomi digital seperti Gojek mempermudah akses pengusaha pemula," jelas Alfindra.
Membangun optimisme
Mitra UMKM menganggap mereka bisa beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek. Sebesar 92 persen mitra UMKM GoFood, 97 persen mitra UMKM social seller pengguna GoSend, dan 89 persen mitra UMKM GoPay merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra Gojek.
90 persen UMKM cenderung optimistis bisa pulih dan tumbuh ke depannya dengan terus menjadi mitra Gojek.
Dalam waktu kurang dari 3 bulan, UMKM yang baru bergabung di ekosistem Gojek mendapatkan keterampilan baru yaitu skill berjualan online (77 persen), pemanfaatan media sosial untuk bisnis (48 persen), dan kreativitas dalam pemasaran (45 persen).
Mitra juga menilai bahwa solusi teknologi dan non teknologi dari Gojek turut menyokong keberlangsungan usaha mereka, misalnya: Mitra UMKM GoFood merasakan manfaat dari fitur teknologi pengaturan promosi mandiri (68 persen) dan periode promosi (51 persen).
Adapun mitra UMKM social sellers pengguna GoSend sangat merasakan manfaat dari fitur Layanan GoSend dalam Kota (77 persen) dan Layanan GoSend Antar-Kota (32 persen). Sedangkan, Mitra UMKM GoPay merasakan manfaat dari fitur penerimaan pembayaran non tunai (75 persen) dan aplikasi GoBiz (49 persen).
Sebagai contoh, RM Padang Andi Mulya sudah bergabung di GoFood sejak pertengahan 2017, namun baru mulai aktif 2 tahun terakhir. Deni sebagai pemilik mengatakan bahwa penjualan Online adalah penjualan yang mendominasi di resto.
Semenjak masa pandemi ini, terjadi penurunan omset sebesar 20-30 persen, RM Padang Andi Mulya pun sudah tidak menerima dine-in dari sebelum PSBB untuk mencegah penularan virus corona dan menjaga kesehatan para karyawannya.
"Di masa krisis ini, konsumen sekarang mencari makanan yang murah. Maka dari itu, saya mengikuti semua promo GoFood demi menarik konsumen untuk order. Dan terbukti dengan platform Gojek, saya sangat terbantu di masa pandemi ini untuk mempertahankan bisnis dan menggaji karyawan saya," jelas Deni dari RM Padang Andi Mulya, Bandung.
Nilai Produksi Ekosistem Gojek Setara 1 persen PDB Nasional 2019
Dr. Paksi C.K Walandouw, Wakil Kepala LD menjelaskan pada 2019 kontribusi mitra GOJEK dari lima layanan (GoRide, GoCar, GoSend, GoFood dan GoPay) ke perekonomian Indonesia mencapai Rp 104,6 triliun, meningkat karena kenaikan kontribusi mitra, terutama GoFood, dan perluasan ekosistem.
Angka itu naik dibandingkan kontribusi di tahun 2017 dan 2018. Kontribusi ekonomi dihitung dari selisih pendapatan mitra sebelum dan sesudah bergabung ke dalam ekosistem Gojek.
Bila dihitung menggunakan metode pendapatan domestik bruto (PDB), ekosistem digital Gojek nilai produksinya setara dengan 1 persen PDB nasional.
Angka tersebut terdiri dari sumbangan langsung dari mitra GoRide dan GoCar di sektor transportasi darat, dan sumbangan tidak langsung dari UMKM, GoFood, GoPay, GoSend, dan efek multiplier yang digerakkan oleh ekosistem Gojek. Sumbangan ini secara relatif besar bila dibandingkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk beberapa Provinsi di Indonesia.
Paksi menambahkan, keberadaan Gojek di sebuah kota juga menimbulkan efek domino di sektor lainnya. Dampak multiplier, atau kontribusi tidak langsung keberadaan Gojek pada ekonomi Indonesia di tahun 2019, mencapai Rp 17,5 triliun.
Hal itu dihitung dari selisih pendapatan UMKM di luar ekosistem Gojek (seperti bengkel yang digunakan mitra pengemudi, atau pedagang pasar yang menjual bahan baku ke mitra GoFood) sebelum dan setelah Gojek beroperasi di sebuah kota.
"Mayoritas (86 persen) UMKM di luar ekosistem Gojek seperti bengkel dan pedagang pasar mengalami peningkatan volume transaksi setelah ada Gojek di kotanya. Yang menarik adalah, lebih dari sepertiga UMKM (33 persen) mengaku bisa membuka cabang usaha baru setelah ada Gojek di kotanya," kata dia.
"Ini artinya keberadaan platform digital di sebuah kota bisa membuat roda ekonomi bergerak semakin cepat,” tutup Paksi.
Sebagai informasi, riset LD FEB UI ini dilakukan di Jabodetabek, Medan, Palembang, Bandung, Jogja, Semarang, Surabaya, Bali, Makassar dengan menggunakan metode kuantitatif melalui wawancara tatap muka. Sedangkan untuk riset di masa pandemi COVID-19 dilakukan melalui survei online di wilayah yang sama.
Baca juga: Epidemiolog UI: Disiplin pakai masker cara kendalikan COVID-19
Baca juga: Dekan FKUI: Thermogun inframerah aman untuk manusia
Baca juga: FTUI rancang kapal ambulans tangani pasien COVID-19
UI: UMKM Ekosistem Gojek lebih adaptif dan tahan pandemi
Rabu, 5 Agustus 2020 11:22 WIB