Arie Kriting ingin mengajarkan sikap toleransi kepada anak muda melalui keterlibatan dalam film "Bumi itu Bulat", sebab dia tak mau lagi merasakan konflik antarsuku dan agama.
Arie salah satu inisiator pembuatan film "Bumi itu Bulat". Film tersebut menceritakan tentang toleransi antarumat beragama di kalangan anak muda saat ini, tentang bagaimana perbedaan pandangan pada suatu kepercayaan seharusnya bisa saling melengkapi.
"Kalau saya sejak awal gabung bantu terlibat, tujuannya karena di sini ada muatan toleransinya yang disampaikan. Kalau saya melihatnya, kadang berbicara toleransi itu berat, bersinggungan sama etnis SARA yang ujungnya negatif, berbobot berat," kata Arie dalam pemutaran perdana film "Bumi itu Bulat" di Jakarta, Selasa..
Padahal, ucap dia, masalah toleransi bisa hadir dalam keseharian.
"Contoh sederhana ini anak-anak (Dalam film "Bumi itu Bulat", red.) mimpi mau tampil di 'event' besar sebagai grup akapela tapi terbentur toleransi," lanjutnya.
Bagi Arie, isu toleransi di Indonesia penting untuk diangkat, apalagi saat ini masyarakat mudah terpancing oleh hal-hal sensitif seperti agama.
Menumbuhkan rasa toleransi bagi Arie tidak perlu sampai menunggu terjadinya konflik. Sikap itu bisa dipupuk sejak dini, khususnya di kalangan anak muda.
"Masa kita tunggu sampai parah sih untuk mengingatkan toleransi. Kami pernah merasakan konflik perbedaan suku, agama, dan jangan sampai merasakan itu lagi. Sekarang kan isu ke mana-mana, saya pribadi berharap bisa jadi bangsa preventif. Menurut saya harus diingatkan kembali ada mekanisme untuk meringankan pergesekan itu namanya toleransi," jelas komika tersebut.
Baca juga: Film My Stupid Boss 2 lebih menghibur
Baca juga: "Si Doel The Movie 2" jembatan keputusan si Doel tetapkan cintanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Arie salah satu inisiator pembuatan film "Bumi itu Bulat". Film tersebut menceritakan tentang toleransi antarumat beragama di kalangan anak muda saat ini, tentang bagaimana perbedaan pandangan pada suatu kepercayaan seharusnya bisa saling melengkapi.
"Kalau saya sejak awal gabung bantu terlibat, tujuannya karena di sini ada muatan toleransinya yang disampaikan. Kalau saya melihatnya, kadang berbicara toleransi itu berat, bersinggungan sama etnis SARA yang ujungnya negatif, berbobot berat," kata Arie dalam pemutaran perdana film "Bumi itu Bulat" di Jakarta, Selasa..
Padahal, ucap dia, masalah toleransi bisa hadir dalam keseharian.
"Contoh sederhana ini anak-anak (Dalam film "Bumi itu Bulat", red.) mimpi mau tampil di 'event' besar sebagai grup akapela tapi terbentur toleransi," lanjutnya.
Bagi Arie, isu toleransi di Indonesia penting untuk diangkat, apalagi saat ini masyarakat mudah terpancing oleh hal-hal sensitif seperti agama.
Menumbuhkan rasa toleransi bagi Arie tidak perlu sampai menunggu terjadinya konflik. Sikap itu bisa dipupuk sejak dini, khususnya di kalangan anak muda.
"Masa kita tunggu sampai parah sih untuk mengingatkan toleransi. Kami pernah merasakan konflik perbedaan suku, agama, dan jangan sampai merasakan itu lagi. Sekarang kan isu ke mana-mana, saya pribadi berharap bisa jadi bangsa preventif. Menurut saya harus diingatkan kembali ada mekanisme untuk meringankan pergesekan itu namanya toleransi," jelas komika tersebut.
Baca juga: Film My Stupid Boss 2 lebih menghibur
Baca juga: "Si Doel The Movie 2" jembatan keputusan si Doel tetapkan cintanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019