Bandung (Antaranews Jabar) - Pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2019 diprediksi tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, kata Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro.
"Kami percaya kedewasaan politik masyarakat Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan negara lain sehingga kami berpendapat ini (Pemilu 2019) tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Rino Donosepoetro, pada jumpa pers Seminar Tahunan Wealth on Wealth (WoW) di Kota Bandung, Kamis.
Pihaknya optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 akan tetap terjaga karena didukung oleh keberhasilan reformasi fundamental ekonomi Indonesia.
Rino mengatakan 2019 merupakan tahun yang menarik dan di tahun ini keputusan finansial dan berinvestasi akan dipengaruhi nuansa politik mengingat adanya Pemilu yang segera berlangsung.?
"Kami optimistis pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap terjaga, didorong oleh fundamental ekonomi yang kuat serta peningkatan daya beli rumah tangga dan pemulihan sektor investasi swasta," kata Rino.
Ia mengatakan dengan melihat peluang dan landasan yang kuat tersebut maka pihaknya terus mencari solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan berinvestasi bagi nasabah melalui produk-produk inovatif bank.
"Dan dalam event Wealth on Wealth, Standard Chartered Bank secara global selalu sharing pandangan ekonomi global, regional, dan di Indonesia sendiri. Kalau kita prediksikan, ekonomi global pertumbuhannya melambat dari 3,8 persen tahun lalu dan 3,6 persen tahun ini," katanya.
Dia menjelaskan pelambatan pertumbuhan ekonomi global dipicu perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat, keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan kondisi terkini Timur Tengah.
Akan tetapi, kata dia, untuk di Indonesia sendiri akan terjadi hal yang berbed yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,17 persen tahun lalu dan bisa berlanjut di 2019 dengan angka tidak jauh dari sebelumnya
"Dan ini luar biasa, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat kuat dan bisa berlanjut sampai akhir 2019. Di awal tahun ini kita saksikan kembalinya investasi asing di Indonesia, dengan kebijakan fiskal dan moneter yang mumpuni, ini dianggap menarik bagi investor asing," ujarnya.
Sementara itu, Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil di angka 5,2 persen ini dikarenakan domestic demand yang masih cukup kuat. Strategi pemerintah dalam menjaga daya beli cukup berhasil.
"Jadi investasi tahun kemarin masih membantu pertumbuhan ekonomi dan akan terjadi di 2019. Ekonomi tumbuh, income tumbuh, pemerintah juga berhasil menjaga harga makanan dan energi sebelum Pemilu. Akibatnya, inflasi turun dari 3,6 ke 3,2 persen," katanya.
Menurut Aldian peningkatan ekonomi Indonesia terjadi sekitar minimal 5,1 persen dengan proyeksi rupiah menguat.
Ia mengatakan nilai tukar rupiah yang menguat di angka 13,800 paling tidak di akhir 2019 bisa menjadi 14.600.
"Kemudian BI juga menjaga suku bunganya. BI biasanya dipengaruhi dari eksternal, kalau Fed naikkan suku bunga, BI bisa ikut menaikkan. Arah kebijakan suku bunga BI lebih untuk merespon hal eksternal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kami percaya kedewasaan politik masyarakat Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan negara lain sehingga kami berpendapat ini (Pemilu 2019) tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Rino Donosepoetro, pada jumpa pers Seminar Tahunan Wealth on Wealth (WoW) di Kota Bandung, Kamis.
Pihaknya optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 akan tetap terjaga karena didukung oleh keberhasilan reformasi fundamental ekonomi Indonesia.
Rino mengatakan 2019 merupakan tahun yang menarik dan di tahun ini keputusan finansial dan berinvestasi akan dipengaruhi nuansa politik mengingat adanya Pemilu yang segera berlangsung.?
"Kami optimistis pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap terjaga, didorong oleh fundamental ekonomi yang kuat serta peningkatan daya beli rumah tangga dan pemulihan sektor investasi swasta," kata Rino.
Ia mengatakan dengan melihat peluang dan landasan yang kuat tersebut maka pihaknya terus mencari solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan berinvestasi bagi nasabah melalui produk-produk inovatif bank.
"Dan dalam event Wealth on Wealth, Standard Chartered Bank secara global selalu sharing pandangan ekonomi global, regional, dan di Indonesia sendiri. Kalau kita prediksikan, ekonomi global pertumbuhannya melambat dari 3,8 persen tahun lalu dan 3,6 persen tahun ini," katanya.
Dia menjelaskan pelambatan pertumbuhan ekonomi global dipicu perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat, keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan kondisi terkini Timur Tengah.
Akan tetapi, kata dia, untuk di Indonesia sendiri akan terjadi hal yang berbed yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,17 persen tahun lalu dan bisa berlanjut di 2019 dengan angka tidak jauh dari sebelumnya
"Dan ini luar biasa, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat kuat dan bisa berlanjut sampai akhir 2019. Di awal tahun ini kita saksikan kembalinya investasi asing di Indonesia, dengan kebijakan fiskal dan moneter yang mumpuni, ini dianggap menarik bagi investor asing," ujarnya.
Sementara itu, Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil di angka 5,2 persen ini dikarenakan domestic demand yang masih cukup kuat. Strategi pemerintah dalam menjaga daya beli cukup berhasil.
"Jadi investasi tahun kemarin masih membantu pertumbuhan ekonomi dan akan terjadi di 2019. Ekonomi tumbuh, income tumbuh, pemerintah juga berhasil menjaga harga makanan dan energi sebelum Pemilu. Akibatnya, inflasi turun dari 3,6 ke 3,2 persen," katanya.
Menurut Aldian peningkatan ekonomi Indonesia terjadi sekitar minimal 5,1 persen dengan proyeksi rupiah menguat.
Ia mengatakan nilai tukar rupiah yang menguat di angka 13,800 paling tidak di akhir 2019 bisa menjadi 14.600.
"Kemudian BI juga menjaga suku bunganya. BI biasanya dipengaruhi dari eksternal, kalau Fed naikkan suku bunga, BI bisa ikut menaikkan. Arah kebijakan suku bunga BI lebih untuk merespon hal eksternal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019