Bandung (Antaranews Jabar) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Jabar) telah menyiapkan sejumlah strategi seperti surat edaran untuk mengantisipasi penyebaran penyakit demam berdarah dengeu (DBD) di musim penghujan ini.
"Kami telah melakukan antisipasi kepada setiap daerah agar waspada DBD dengan mengirimkan surat edaran. Terlebih dengan kondisi cuaca yang saat ini tidak bisa diprediksi dan dengan curah hujan yang cukup tinggi," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Dinkes Jabar, Widyawati di Bandung, Selasa.
Widyawati menambahkan, Dinkes Jabar juga telah menyiapkan sejumlah disinsfektan dan juga bubuk abate untuk kota dan kabupaten namun jumlahnya terbatas
"Namun yang penting yang perlu ditekankan dari tingginya kasus DBD ini yaitu perilaku hidup sehat yang paling dominan bisa mencegah DBD," ujarnya.
Dia mengemukakan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jabar selama 2018 lalu alami penurunan dibanding dengan 2017.
Baca juga: Dinkes Jabar siapkan program pencegahan "stunting"
Menurut dia, selama 2018 tercatat sebanyak 11.107 kasus DBD dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 55 orang.
Sementara pada 2017 tercatat 11.422 kasus dengan 56 orang yang meninggal dan dari data warga yang meninggal dalam kurun dua tahun tersebut, korban kebanyakan dari Kabupaten Cirebon yaitu 10 orang meninggal karena DBD.
Selama 2018 tersebut, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung tercatat dengan kasus DBD yang paling dominan, Kabupaten Bandung sebanyak 2.124 kasus sedangkan Kota Bandung sebanyak 2.826 kasus.
Meski demikian, jumlah kasus di awal 2019 ini alami peningkatan dibanding awal 2018 dan pada dua pekan pertama terdapat 949 kasus, sementara selama Januari 2018 lalu 969 kasus.
Lebih lanjut, ia mengatakan dengan adanya penurunan jumlah kasus DBD di Jabar berarti ada peningkatan pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Akan tetapi di sisi lain masih ada daerah dengan angka kasus yang terbilang tinggi dikarenakan PHBS yang belum banyak disadari warganya.
"Selain itu angka yang DBD yang tinggi itu dikarenakan wilayah itu padat penduduk dengan mobilitas warga yang cukup tinggi," lanjut dia.
Dia menambahkan wilayah dengan korban DBD yang banyak kemungkinan dikarenakan telatnya penanganan maupun pelayanan.
Baca juga: Dinkes Jabar Gelar Imunisasi Serentak Terkait Difteri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kami telah melakukan antisipasi kepada setiap daerah agar waspada DBD dengan mengirimkan surat edaran. Terlebih dengan kondisi cuaca yang saat ini tidak bisa diprediksi dan dengan curah hujan yang cukup tinggi," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Dinkes Jabar, Widyawati di Bandung, Selasa.
Widyawati menambahkan, Dinkes Jabar juga telah menyiapkan sejumlah disinsfektan dan juga bubuk abate untuk kota dan kabupaten namun jumlahnya terbatas
"Namun yang penting yang perlu ditekankan dari tingginya kasus DBD ini yaitu perilaku hidup sehat yang paling dominan bisa mencegah DBD," ujarnya.
Dia mengemukakan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jabar selama 2018 lalu alami penurunan dibanding dengan 2017.
Baca juga: Dinkes Jabar siapkan program pencegahan "stunting"
Menurut dia, selama 2018 tercatat sebanyak 11.107 kasus DBD dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 55 orang.
Sementara pada 2017 tercatat 11.422 kasus dengan 56 orang yang meninggal dan dari data warga yang meninggal dalam kurun dua tahun tersebut, korban kebanyakan dari Kabupaten Cirebon yaitu 10 orang meninggal karena DBD.
Selama 2018 tersebut, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung tercatat dengan kasus DBD yang paling dominan, Kabupaten Bandung sebanyak 2.124 kasus sedangkan Kota Bandung sebanyak 2.826 kasus.
Meski demikian, jumlah kasus di awal 2019 ini alami peningkatan dibanding awal 2018 dan pada dua pekan pertama terdapat 949 kasus, sementara selama Januari 2018 lalu 969 kasus.
Lebih lanjut, ia mengatakan dengan adanya penurunan jumlah kasus DBD di Jabar berarti ada peningkatan pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Akan tetapi di sisi lain masih ada daerah dengan angka kasus yang terbilang tinggi dikarenakan PHBS yang belum banyak disadari warganya.
"Selain itu angka yang DBD yang tinggi itu dikarenakan wilayah itu padat penduduk dengan mobilitas warga yang cukup tinggi," lanjut dia.
Dia menambahkan wilayah dengan korban DBD yang banyak kemungkinan dikarenakan telatnya penanganan maupun pelayanan.
Baca juga: Dinkes Jabar Gelar Imunisasi Serentak Terkait Difteri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019