Garut (Antaranews Jabar) - Sejumlah kelompok petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mulai menggarap tanaman kopi organik untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan bernilai jual tinggi.
"Sekarang ini yang mulai menanam kopi organik di daerah Cisurupan, jenis kopinya seperti biasa, arabika, cuma penanamannya organik," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga di Garut, Jumat.
Ia menuturkan, Kabupaten Garut sudah lama terkenal dengan hasil kopinya yang memiliki ciri khas rasa tersendiri, dan penyuka kopi di sejumlah negara menyukainya.
Selama ini, kata dia, kopi yang diproduksi petani di Garut itu penanamannya seperti biasa, dan menggunakan pupuknya bukan organik.
"Sekarang yang diterapkan petani kopi di Garut ini sudah tidak lagi pakai bahan pupuk kimia," katanya.
Ia menyampaikan, pola tanam yang digunakan petani kopi seperti biasa pada umumnya yang berbeda cara pemberian pupuknya, yakni pupuk organik atau sering disebut dengan pupuk kandang.
Hasil dari tanaman kopi organik itu, lanjut dia, belum ada, karena proses penanamannya baru berjalan dua tahun, dan diperkirakan mulai berbuah satu tahun lagi.
"Sekarang baru berjalan dua tahun, satu tahun lagi mudah-mudahan sudah ada hasilnya," kata Beni.
Ia mengungkapkan, gagasan menanam kopi organik itu mendapatkan respon dari Pemerintah Provinsi Jabar yang mengharapkan kopi di Jabar lebih spesial.
Sementara lahan yang baru ditanami kopi organik, kata dia, seluas empat hektare di Kecamatan Cisurupan, selanjutnya pemerintah akan membuka lagi lahan baru yang cocok untuk kopi organik.
"Sementara kopi organik ada di lahan Kecamatan Cisurupan luasnya 3 sampai 4 hektare," katanya.
Ia menambahkan, pemerintah daerah saat ini sedang berupaya mensosialisasikan kopi organik itu agar memiliki pasar yang menguntungkan.
"Pasarnya kita harus siapkan, kopi organik ini harus diangkat, dan memiliki nilai tambah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Sekarang ini yang mulai menanam kopi organik di daerah Cisurupan, jenis kopinya seperti biasa, arabika, cuma penanamannya organik," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga di Garut, Jumat.
Ia menuturkan, Kabupaten Garut sudah lama terkenal dengan hasil kopinya yang memiliki ciri khas rasa tersendiri, dan penyuka kopi di sejumlah negara menyukainya.
Selama ini, kata dia, kopi yang diproduksi petani di Garut itu penanamannya seperti biasa, dan menggunakan pupuknya bukan organik.
"Sekarang yang diterapkan petani kopi di Garut ini sudah tidak lagi pakai bahan pupuk kimia," katanya.
Ia menyampaikan, pola tanam yang digunakan petani kopi seperti biasa pada umumnya yang berbeda cara pemberian pupuknya, yakni pupuk organik atau sering disebut dengan pupuk kandang.
Hasil dari tanaman kopi organik itu, lanjut dia, belum ada, karena proses penanamannya baru berjalan dua tahun, dan diperkirakan mulai berbuah satu tahun lagi.
"Sekarang baru berjalan dua tahun, satu tahun lagi mudah-mudahan sudah ada hasilnya," kata Beni.
Ia mengungkapkan, gagasan menanam kopi organik itu mendapatkan respon dari Pemerintah Provinsi Jabar yang mengharapkan kopi di Jabar lebih spesial.
Sementara lahan yang baru ditanami kopi organik, kata dia, seluas empat hektare di Kecamatan Cisurupan, selanjutnya pemerintah akan membuka lagi lahan baru yang cocok untuk kopi organik.
"Sementara kopi organik ada di lahan Kecamatan Cisurupan luasnya 3 sampai 4 hektare," katanya.
Ia menambahkan, pemerintah daerah saat ini sedang berupaya mensosialisasikan kopi organik itu agar memiliki pasar yang menguntungkan.
"Pasarnya kita harus siapkan, kopi organik ini harus diangkat, dan memiliki nilai tambah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018