Bandung (Antaranews Jabar) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) merangkul generasi milenial yang tergabung dalam komunitas fotografi dan sineas muda Bandung dalam sebuah pelatihan dan lomba, di Kota Bandung, Sabtu.

"Jadi kegiatan temu komunitas sineas dan fotografi Bandung ini adalah bagian dari dalam rangka advokasi program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga," kata Plt Kepala BKKBN Sigit Priohutomo, usai membuka acara tersebut.

Ia mengatakan acara tersebut juga bertujuan menjadi wadah bagi para komunitas sineas dan fotografi untuk melakukan pertukaran ilmu serta bentuk dukungan nyata untuk mewujudkan program advokasi oleh BKKBN agar lebih menjangkau dan tepat sasaran.

"Harapannya semoga acara ini, selain dapat menghasilkan rumusan-rumusan baru terkait permasalahan kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga yang kita dinamis seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dengan melibatkan komunitas dan para pelaku industri tersebut.

Ia mengatakan untuk menghadapi bonus demografi tahun 2020 maka pihaknya melakukan penyesuaian salah satunya dengan merangkul kaum milenial yang memiliki kreativitas serta daya saing di antara umur produktif nantinya akan meningkat.

Menurut dia kondisi kependudukan Indonesia 20 sampai 30 tahun sebelumnya berbentuk piramida.

"Ini artinya angka kelahiran kita besar. Penduduk anak-anak dan balita banyak. Tapi pada saat ini dengan program Keluarga Berencana (KB) angka kelahiran kita tekan, kalau dulu banyak anak, nikah dini, lahir dini kualitas kita dengan program-program itu sudah bisa berhasil menekan," kata dia.

Saat ini, menurut dia, bentuk atau pola penduduk Indonesia seperti granat yakni memiliki ciri besarnya di tengah.

"Jadi itulah ciri-ciri dari bonus demografi," kata Sigit.

Dia mengatakan bonus demografi besar di tengah tersebut artinya penduduk lebih banyak pada usia produktif, dan saat ini jumlah usia produktif di angka 56 mendekati 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Dia mengatakan dari jumlah tersebut, masih ada persoalan tentang pekerjaan dan masih ada beberapa persen orang di usia produktif yang belum bekerja.

"Jadi, bonus demografi artinya kalau ada 100 orang penduduk usia produktif maka ada 44 orang yang harus ditanggungnya karena bisa dikatakan belum produktif. Jadi yang 100 orang bekerja, menanggung 44 orang," kata dia.

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018