Bandung (Antaranews Jabar) - Suasana haru menyelimuti kediaman Andika Pratama Putra, pendaki yang meninggal di puncak Cartenz, Papua, pada Sabtu akibat terkena reruntuhan batu.
Saat itu Andika yang merupakan pemandu, melakukan pelatihan kepada enam orang pendaki asing berkewarganegaraan Rusia dan Azerbaijan sejak 29 Oktober sebagai persiapan sebelum pendakian ke puncak Cartenz.
Namun nahas, saat latihan ia terkena reruntuhan batu dan meninggal dunia.
Jenazah Andika dievakuasi ke Timika pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIT menggunakan helikopter Komala Air dan diberangkatkan ke Bandung dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia.
Almarhum baru tiba ke Bandung sekitar pukul 24.00 WIB dan langsung dimakamkan pada Senin pada pukul 07.30 WIB di pemakaman keluarga Jamaras di Cikadut, Kota Bandung.
Tangis pecah saat jenazah dimasukan ke liang lahat. Keluarga, saudara, serta teman almarhum tidak bisa membendung rasa kehilangannya.
Bahkan di sekitar kediaman almarhum, bunga ucapan bela sungkawa berjejer dari pekarangan luar rumah hingga di dalam area rumah.
Baca juga: Jenazah pendaki Cartenz Andika diterbangkan ke Bandung siang ini
Baca juga: Pendaki yang meninggal di Puncak Cartenz dikenal humoris
Adik almarhum, Aulia Anindita menceritakan sosok Andika memang hobi mendaki gunung sejak dari bangku sekolah. Hobinya berlanjut dengan ikut dalam organisasi mahasiswa pecinta alam di Universitas Parahyangan.
Hobinya itu mampu mengantarkan Andika bekerja di salah satu perusahaan pendakian Indonesia Expedition.
"Kita tidak terlalu dekat karena beda kota dari SMA, tapi komunikasi cukup intens dia sederhana banget, orangnya ga macam-macam," katanya.
Menurut dia, almarhum sudah pergi ke Cartenz sebanyak tiga kali. Bahkan gunung yang ada di Papua ini merupakan gunung favoritnya.
"Pernah bilang, semua gunung yang pernah gue didatengin, Cartenz yang paling `nyebelin` tapi begitu sampai di puncak, lu bakal jatuh cinta pada di gunung itu," katanya.
Tak hanya Cartenz, Andika juga sempat menjadi pemandu dalam program Seven Summit di Gunung Kilimanjaro.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Saat itu Andika yang merupakan pemandu, melakukan pelatihan kepada enam orang pendaki asing berkewarganegaraan Rusia dan Azerbaijan sejak 29 Oktober sebagai persiapan sebelum pendakian ke puncak Cartenz.
Namun nahas, saat latihan ia terkena reruntuhan batu dan meninggal dunia.
Jenazah Andika dievakuasi ke Timika pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIT menggunakan helikopter Komala Air dan diberangkatkan ke Bandung dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia.
Almarhum baru tiba ke Bandung sekitar pukul 24.00 WIB dan langsung dimakamkan pada Senin pada pukul 07.30 WIB di pemakaman keluarga Jamaras di Cikadut, Kota Bandung.
Tangis pecah saat jenazah dimasukan ke liang lahat. Keluarga, saudara, serta teman almarhum tidak bisa membendung rasa kehilangannya.
Bahkan di sekitar kediaman almarhum, bunga ucapan bela sungkawa berjejer dari pekarangan luar rumah hingga di dalam area rumah.
Baca juga: Jenazah pendaki Cartenz Andika diterbangkan ke Bandung siang ini
Baca juga: Pendaki yang meninggal di Puncak Cartenz dikenal humoris
Adik almarhum, Aulia Anindita menceritakan sosok Andika memang hobi mendaki gunung sejak dari bangku sekolah. Hobinya berlanjut dengan ikut dalam organisasi mahasiswa pecinta alam di Universitas Parahyangan.
Hobinya itu mampu mengantarkan Andika bekerja di salah satu perusahaan pendakian Indonesia Expedition.
"Kita tidak terlalu dekat karena beda kota dari SMA, tapi komunikasi cukup intens dia sederhana banget, orangnya ga macam-macam," katanya.
Menurut dia, almarhum sudah pergi ke Cartenz sebanyak tiga kali. Bahkan gunung yang ada di Papua ini merupakan gunung favoritnya.
"Pernah bilang, semua gunung yang pernah gue didatengin, Cartenz yang paling `nyebelin` tapi begitu sampai di puncak, lu bakal jatuh cinta pada di gunung itu," katanya.
Tak hanya Cartenz, Andika juga sempat menjadi pemandu dalam program Seven Summit di Gunung Kilimanjaro.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018