Bandung (Antaranews Jabar) - Peneliti dari Kelompok Keahlian Teknologi Pengelolaan Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Dr Mariana Marselina menyampaikan sejumlah solusi terkait kekeringan di Bandung.

Salah satu solusinya dengan optimalisasi pengelolaan waduk yang ada di wilayah ini, katanya di Bandung, Selasa.

"Waduk yang seharusnya berfungsi sebagai penampung pada saat hujan dan dimanfaatkan ketika musim kering tidak berjalan sebagaimana mestinya," kata Dr Mariana dalam siaran pers Direktorat Humas dan Publikasi ITB.

Musim kemarau yang tengah terjadi di Bandung dan sekitarnya membuat debit air di Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca semakin menyusut.

Padahal kedua situ yang berlokasi di Pangalengan, Kabupaten Bandung itu merupakan pemasok utama air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

Sekitar 60-70 persen pasokan air PDAM Tirtawening mengandalkan dari Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca.

Kedua situ tersebut juga menjadi pemasok air bagi PDAM Tirtaraharja Kabupaten Bandung dan akibat kondisi tersebut tentunya dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendistribusian air bersih dari PDAM kepada masyarakat.

Saat ini, berdasarkan izin pemanfaatan air Sungai Cisangkuy untuk PD AM Kota Bandung adalah sebesar 1800 liter/detik namun realisasinya adalah sebesar 1400 liter/detik.

Sedangkan untuk SIPA PDAM Kabupaten Bandung adalah sebesar 500 liter/detik namun pada realisasinya adalah sebesar 200 liter/detik.

Dr Mariana mengatakan pengelolaan waduk seharusnya mengikuti pengelolaan optimal, penelitian kami biasanya berdasarkan PP 37 Tahun 2010 di mana pengelolaan waduk mengikuti lintasan pedoman kondisi kering, normal, dan basah.

"Lintasan pedoman mengatur berapa air yang harus dikeluarkan di sana tiap bulan berdasarkan kondisi di tahun tersebut, jadi mesti dikelola optimal," katanya.

Terlebih lagi, kata dia, Cipanunjang Cileunca tergolong waduk series, pengelolaan optimanya juga harus memperhatikan kondisi waduk di atasnya atau waduk sebelumnya.

Menurut Dr Marselina, sedikitnya ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca mengering, pertama karena disebabkan tata guna lahan di DAS Cisangkuy yang tergolong kritis ditambah kondisi cuaca yang ekstrim, sehingga ketika basah semakin basah, dan ketika kering semakin kering.

Kemudian equal sharing pemanfaatan waduk yang harus diperatikan lagi antara fungsi waduk sebagai sumber air baku PDAM, Pembangkit Listrik Tenaga Air, juga irigasi.

Namun ia memprediksi di mulai bulan November ini akan terjadi penambahan debit air kembali karena secara siklus hidrologi sudah masuk pada musim penghujan.

Lebih lanjut ia mengatakan mengingat kebutuhan air baku yang semakin meningkat, sementara pasokan air dari sumber sekarang terbatas maka ia menyarankan agar PDAM Kota Bandung perlu mencari sumber air baku lain.

Dengan syarat, kualitas air tersebut harus no satu karena akan di gunakan oleh masyarakat sebagai air minum.

"Membangun waduk baru bisa menjadi solusi tapi butuh waktu dan biaya lebih mahal. Jadi lebih baik mengoptimalkan sumber air yang sudah ada dulu, misalnya dari mata air, namun tetap harus memperhatikan kualitas sumber air karena mau dibeli dan dikonsumsi masyarakat," katanya.

Dalam kondisi sedang kekeringan seperti sekarang, dia berharap, masyarakat harus lebih bijak menggunakan air, hargai air sebagai sesuatu yang mahal.

Gunakan dengan seoptimal mungkin dan jika ada yang punya kesempatan atau kondisi yang memungkinkan untuk melakukan konservasi air secara individu maka sebaiknya dilakukan seperi sumur resapan atau penampungan air hujan misalnya, katanya.


 

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018