Garut (Antaranews Jabar) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut, Jawa Barat menyatakan kawasan utara Garut terdampak paling parah bencana kekeringan pada musim kemarau di mana warga kesulitan mendapatkan air bersih dan lahan pertanian mengering.

"Seluruh daerah di Garut rawan kekeringan, tapi yang paling parah di kawasan utara," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dadi Djakaria kepada wartawan di Garut, Rabu.

Ia menuturkan kemarau panjang menyebabkan kekeringan di beberapa titik tersebar di 42 kecamatan, kawasan utara, kota, maupun selatan.

Namun yang dinilai paling parah terdampak kemarau, kata dia, wilayah utara, seperti Kecamatan Cibatu, Banyuresmi, Leuwigoong, dan Selaawi.

"Kemarau yang terjadi saat ini menyebabkan kekeringan yang merata di seluruh wilayah," katanya.

Ia menyampaikan selama kekeringan warga mendapatkan air bersih dengan mengambil dari desa lain yang masih memiliki sumber air. Mereka mengambil air dari sumber itu dengan menggunakan jeriken.

Untuk lahan pertanian, kata dia, beberapa titik sudah terjadi kekeringan, namun berapa luasnya, BPBD belum mendapatkan laporan dari kecamatan.

"Laporan belum ada, sehingga luasan lahan belum diketahui karena masing-masing kecamatan luasan lahannya berbeda-beda," katanya.

BPBD Garut selama ini berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Garut siap mendistribusikan air bersih ke daerah krisis air.

"Kalau ada warga yang kekurangan air, bisa melalui SMS Center BPBD pasti akan ditangani dan siap dipasok air," katanya.

Direktur PDAM Tirta Intan Garut, Doni Suryadi, menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan air bersih untuk didistribusikan kepada warga yang daerahnya kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau.

"Untuk daerah Cibatu dan Leuwigoong (Garut utara) sudah dikirim permintaan Polres Garut, untuk daerah lain siap dipasok, melalui mekanisme yang berlaku," katanya.

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018