Bandung (Antaranews Jabar) - Lembaga Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyataguna, Kota Bandung, Jumat, menyelenggarakan simulasi penanganan gempa yang dikuti 75 peserta didik penyandang tunanetra.

 
Peserta yang saat itu tengah belajar berhamburan keluar ruangan setelah sirine dan pengeras suara menyampaikan dengan lantang bahwa terjadi gempa bumi.

"Keluar-keluar! Semuanya keluar ruangan ada gempa," teriak operator melalui pengeras suara ruangan.
Mendengar hal tersebut, sontak pelajar yang tengah belajar berlarian ke lapangan sekitar dengan dipandu oleh para pembimbing. Nampak beberapa siswa ada yang menangis, kaget, bahkan berteriak-teriak.

Saat seluruhnya berada di luar ruangan, mereka kemudian berkumpul sembari ditenangkan oleh para pembimbing guna meredam kepanikan yang terjadi.
Suasana kembali pecah saat pembimbing dan pengelola yayasan mengatakan bahwa hal ini merupakan simulasi gempa. Tangis serta tawa mewarnai seluruh peserta yang menganggap bahwa informasi gempa tersebut nyata.

Simulasi ini dilakukan untuk mengawali masa orientasi pengenalan panti. Biasanya masa orientasi hanya dilakukan dengan program standar namun kini siswa diberi pengenalan mengenai bencana.

"Simulasi ini sebagai upaya meminimalisir korban dalam bencana. Kami lakukan untuk membiasakan diri terhadap seluruh komponen yang ada di panti, bukan kesiapan untuk anak saja, kesiapan untuk para petugas juga baik untuk kejadian bencana besar atau kecil," ujar salah staf pengajar PSBN Wyataguna Asep Solihin.

Asep menjelaskan, simulasi ini hanya diberitahu pada beberapa staf saja, bahkan guru pembimbing pun tidak tahu akan diselenggarakan simulasi gempa.
Menurut dia, hal tersebut dilakukan untuk memberikan pengalaman kepada anak maupun pembimbing mengenai kesiapan penyelamatan apabila sewaktu-waktu terjadi bencana alam.

"Dengan pendampingan masing-masing petugas, Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Kami tanamkan jangan panik, pendamping berperan aktif untuk bisa mengarahkan dan membawa para peserta yang ada di PSBN dengan aman dan cepat," katanya.

Usai simulasi berakhir, pegawai yang bertugas sebagai penyembuh trauma kemudian menjelaskan dan memulihkan kondisi mental peserta didik.  

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018