Antaranews Jabar - Seorang maestro batik berasal dari Trusmi Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Katura A.R. menciptakan karya motif batik yang menggambarkan perlawanan negara terhadap para koruptor.

"Ide awalnya ya apa yang kita dengar, lihat, dan menjadi isu nasional," kata Katura di Cirebon, Kamis.

Dia mengatakan ciptaanya yang diberi judul "Kro Ter Kornas", yaitu kronologi tertangkapnya koruptor nasional, merupakan hasil renungan atas kejadian beberapa waktu lalu yang menyita pandangan publik.

Katura menerangkan karyanya yang berupa lambang garuda sedang mencengkeram tikus besar itu mempunyai arti bahwa pemerintah dalam hal ini KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sedang menangkap koruptor kelas kakap.

Selain dua karakter itu, dia juga membuat beberapa tikus kecil yang dilambangkan sebagai koruptor, menunggu untuk dicengkeram garuda (KPK).

"Kalau tikus besar bisa diartikan koruptor yang memakan uang rakyat dengan jumlah banyak, yang kemarin tertangkap," tuturnya.

Dalam karya itu juga terdapat gambar batik lainnya terkait dengan peristiwa penanganan tindak pidana korupsi.

"Ada juga tiang listrik yang menjadi simbol kejadian itu, selain itu beberapa tikus kecil sedang menunggu giliran diterkam garuda," katanya.

Kain batik yang menggambarkan perlawanan terhadap koruptor itu mempunyai ukuran lebar 70 cm dan tinggi 90 cm.

Selain membuat motif batik "Kro Ter Kornas", dia juga sering membuat karya lain yang menggambarkan keadaan negara pada zamannya, seperti zaman presiden ke-2, dia membuat batik yang diberi nama Panutan (Panca Usaha Tani) yang dibuatnya pada 1974.

Dalam karya itu, motif batik menggambarkan tentang kehidupan para petani yang sedang melakukan penanaman dan berusaha mengerjakan instruksi penguasa.

"Selain motif itu masih ada beberapa yang lainnya," katanya.

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018