antarajabar - Pemerintah Kota Bandung bersama Pemerintah Swedia bersepakat melakukan kerja sama di bidang transportasi massal yang diharapkan dapat menjadi solusi mengentaskan kemacetan di Kota Bandung.

Sebanyak enam perusahaan multinasional asal Swedia, yakni ABB, Bombardier, Scania, SKF, Transiro, dan Volvo mengirimkan delegasinya ke Kota Bandung, Rabu.

Kehadiran mereka dalam rangka bagian dari Sustainable Urban Transport and Smart City Roadshow to Indonesia.

Para delegasi itu dipimpin oleh Kepala Bidang Perdagangan dan Promosi Kedutaan Besar Swedia untuk Indonesia, Robert Lejon, dan diterima langsung oleh Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung.

Ridwan Kamil menyambut baik kedatangan para pebisnis itu. Dengan hadirnya pebisnis tersebut memperkuat negosiasi untuk menghadirkan sistem transportasi massal terbaru yang diharapkan bisa menyelesaikan persoalan mobilisasi di Kota Bandung.

Ia menjelaskan, pemerintah kota telah mengupayakan berbagai cara untuk mengurai kemacetan. Mulai dari merancang kota baru di Bandung Teknopolis untuk mengurai mobilitas warga sehingga tidak terkonsentrasi di pusat kota.

"Trotoar juga diperbaiki supaya jarak dekat orang jalan kaki nggak naik mobil motor. Ada sepeda sewa bike sharing. Cikal bakal skywalk supaya orang bisa jalan kaki tanpa ketemu mobil sudah dilakukan," ujar pria yang akrab disapa Emil ini di Bandung.

Kendati begitu, Emil mengakui bahwa hal itu belum cukup jika belum disertai dengan penambahan moda dan sistem transportasi massal yang memadai.

Salah satu kendala, yakni dari segi pembiayaan. Pemerintah Kota Bandung memiliki keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga tidak bisa membiayai sendiri program tersebut.

"Jadi kalau Bandung hari ini kendala kemacetan itu masih terasa, karena memang kita nggak punya dana. Tapi kami tidak ingin menyerah," kata dia.

Oleh karena itu, ia terus mengupayakan agar investasi swasta untuk pengadaan transportasi publik bisa segera diwujudkkan. Ia pun meminta kepada para pengusaha Swedia agar tidak hanya menawarkan produk, tetapi juga skema bisnis yang bisa dijalankan melalui skema Public Private Partnership (PPP).

"Kepada grup Swedia yang bawa teknologi bis, kereta dan lain-lain itu saya titip harus bawa dengan (skema) PPP-nya supaya jangan jualan produknya aja, harus bawa dengan investasinya. Karena tanpa investasi sampai kapanpun pasti kami tidak akan sanggup," katanya.

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017