Antarajabar.com - Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat terus mengkaji pengajuan analisa dampak lingkungan (Amdal) pembangunan Terowongan Curug Jompong yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Anang Sudarna, di Bandung, Kamis, mengatakan, pihaknya tidak ingin pembangunan tunel yang diharapkan sebagai solusi mengurangi genangan di Bandung Selatan menjadi masalah baru.
Menurut dia saat ini proses amdal masih berjalan di komisi amdal yang melibatkan BBWS yang sebagai kepanjangan tangan Kemenpupera sehingga tahapannya bolak-balik.
"Ada pertanyaan mendasar. Setiap pembangunan tidak bisa dicegah, tapi bagaimana meminimalisir dampak negatif dari pembangunan itu. Hal ini, yang sedang kami eksplore," ujar Anang.
Ia mengatakan, pada proses penyusunan Amdal nanti, pihaknya harus memetakan dan membaca kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika pembangunan terowongan tersebut terwujud seperti jumlah sedimen yang akan bermuara di Waduk Saguling.
"Padahal waduk tersebut merupakan aset nasional yang berperan vital terhadap suplai listrik Jawa dan Bali. Berapa jumlah tambahan sedimen tadi kalau terowongan diopersikan. Ini, masuk objek vital nasional, penopang listrik Jawa-Bali," katanya.
Selain itu, pihaknya juga khawatir akan terjadi black out karena untuk proses pemanasan tubin perlu sampai enam hingga delapan jam kemudian bisa menyuplai listrik.
"Kalau banyak sedimen akan menghambat dan yang paling penting dan harus diperhatikan kalau terjadi beban aliran air bisa membahayakan bendungan," kata dia.
"Jadi kami perlu mengetahui jumlah volume debit ketika dioperasikan. Berapa jumlah kenaikan muka air waduk dan dalam berapa lama bisa meluap. Hal itu harus bisa diprediksikan," kata dia.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, pembangunan Terowongan Curug Jompong merupakan bagian dari penanangan banjir dan hal itu merupakan solusi jangka panjang.
"Jadi saat ini proses Amdal sedang berjalan. Saya berharap seegera selesai agar, lelang konstruksi bisa dilakukan," katanya.
Menurut dia proses penerbitan Amdal Curug Jompong akan dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jabar dengan hati-hati dan lermintaan BBWS Citarum agar proses Amdal bisa berjalan cepat sudah dikomunikasikan pihaknya pada OPD terkait.
"Soal Amdal Curug Jompong ini akan segera dibahas lebih lanjut di Pokja Dinas LH," katanya.
Ia menuturkan dalam proses pembahasan Amdal pihaknya juga akan mengundang PT Indonesia Power karena terowongan tersebut akan terhubung langsung ke Waduk Saguling.
"Pembahasan Amdal ini penting karena apabila selesai BBWS Citarum akan segera menggelar lelang konstruksi," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan Terowongan air Curug Jompong merupakan salah satu upaya penting menuntaskan banjir tahunan di wilayah Bandung Selatan.
"Kalau hanya kolam retensi Cieunteung saja itu kurang memadai, maka solusi jangka panjang adanya tunnel di Curug Jompong," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Anang Sudarna, di Bandung, Kamis, mengatakan, pihaknya tidak ingin pembangunan tunel yang diharapkan sebagai solusi mengurangi genangan di Bandung Selatan menjadi masalah baru.
Menurut dia saat ini proses amdal masih berjalan di komisi amdal yang melibatkan BBWS yang sebagai kepanjangan tangan Kemenpupera sehingga tahapannya bolak-balik.
"Ada pertanyaan mendasar. Setiap pembangunan tidak bisa dicegah, tapi bagaimana meminimalisir dampak negatif dari pembangunan itu. Hal ini, yang sedang kami eksplore," ujar Anang.
Ia mengatakan, pada proses penyusunan Amdal nanti, pihaknya harus memetakan dan membaca kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika pembangunan terowongan tersebut terwujud seperti jumlah sedimen yang akan bermuara di Waduk Saguling.
"Padahal waduk tersebut merupakan aset nasional yang berperan vital terhadap suplai listrik Jawa dan Bali. Berapa jumlah tambahan sedimen tadi kalau terowongan diopersikan. Ini, masuk objek vital nasional, penopang listrik Jawa-Bali," katanya.
Selain itu, pihaknya juga khawatir akan terjadi black out karena untuk proses pemanasan tubin perlu sampai enam hingga delapan jam kemudian bisa menyuplai listrik.
"Kalau banyak sedimen akan menghambat dan yang paling penting dan harus diperhatikan kalau terjadi beban aliran air bisa membahayakan bendungan," kata dia.
"Jadi kami perlu mengetahui jumlah volume debit ketika dioperasikan. Berapa jumlah kenaikan muka air waduk dan dalam berapa lama bisa meluap. Hal itu harus bisa diprediksikan," kata dia.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, pembangunan Terowongan Curug Jompong merupakan bagian dari penanangan banjir dan hal itu merupakan solusi jangka panjang.
"Jadi saat ini proses Amdal sedang berjalan. Saya berharap seegera selesai agar, lelang konstruksi bisa dilakukan," katanya.
Menurut dia proses penerbitan Amdal Curug Jompong akan dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jabar dengan hati-hati dan lermintaan BBWS Citarum agar proses Amdal bisa berjalan cepat sudah dikomunikasikan pihaknya pada OPD terkait.
"Soal Amdal Curug Jompong ini akan segera dibahas lebih lanjut di Pokja Dinas LH," katanya.
Ia menuturkan dalam proses pembahasan Amdal pihaknya juga akan mengundang PT Indonesia Power karena terowongan tersebut akan terhubung langsung ke Waduk Saguling.
"Pembahasan Amdal ini penting karena apabila selesai BBWS Citarum akan segera menggelar lelang konstruksi," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan Terowongan air Curug Jompong merupakan salah satu upaya penting menuntaskan banjir tahunan di wilayah Bandung Selatan.
"Kalau hanya kolam retensi Cieunteung saja itu kurang memadai, maka solusi jangka panjang adanya tunnel di Curug Jompong," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017