Antarajabar.com - Nunung Rukmini tampak sedang memimpin pembacaan "Doa Nasabah" yang diikuti oleh sejumlah perempuan lain dalam pertemuan rutin sentra (PRS) di daerah Bandung Wetan, Kamis (19/10).

Pertemuan dua pekan sekali itu memang rutin diselenggarakan komunitas Sentra Bongkaran, kelompok penerima pinjaman dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPN Syariah), di tempat dan jam yang sama.

Dipimpin oleh seorang pendamping yang juga memulai kegiatan dengan membaca "Doa Petugas", sekelompok perempuan yang duduk bersila dengan formasi yang tidak berubah di setiap pertemuan itu, terlihat bersemangat ketika ditanya tentang jenis usaha mereka masing-masing.

Kaum perempuan yang menjadi segmen nasabah pilihan BTPN Syariah itu memiliki usaha beragam, seperti konveksi, warung kopi, jualan bakso, warung mi, dan perdagangan dengan sistem daring (online).

Sebenarnya segmen nasabah BTPN Syariah adalah masyarakat prasejahtera produktif, namun anak usaha Bank BTPN itu memfokuskan diri kepada nasabah perempuan karena yakin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga maka perempuan atau ibu memainkan peran yang sangat penting.

Selain itu, perempuan lebih mudah diajak berdisiplin sehingga risiko pemberian pinjaman dapat ditekan sekecil mungkin.

Nunung Rukmini,  nasabah yang memiliki usaha konveksi, merasa bersyukur karena telah diajak bergabung menjadi penerima pinjaman BTPN Syariah.

Ia yang mengelola usahanya bersama suaminya Aip Syaipudin, kini sedang mengelola pinjaman bank periode kelimanya sebesar Rp10 juta yang harus lunas dalam tempo setahun. Ketika ia bergabung pada 2012, besar pinjaman hanya Rp2 juta.

Ia yang dulu hanya memiliki dua karyawan dengan dua mesin jahit kini memiliki 10 karyawan dengan 10 mesin jahit. Kini ia bisa memproduksi 8.000 potong kaos dari sebelumnya yang hanya 2.000 potong per bulan.

"Melihat saya seperti ini, banyak tetangga yang akhirnya ikut menjadi nasabah," kata Nunung, yang salah satu anaknya kini juga mulai membantu usaha orang tuanya itu.

Ia juga mengatakan masih membutuhkan pinjaman modal karena membutuhkan mesin untuk menyablon sendiri. Ia juga membutuhkan bantuan untuk meningkatkan pemasaran produknya.

    
Peran Penting

Dalam "talkshow" bertajuk "Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan melalui Pembiayaan Syariah" bersama ekonom CORE lndonesia Hendri Saparini di Kantor BTPN Sinaya Cabang Dago, Kamis (19/10), Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty mengatakan pihaknya menyasar perempuan karena memiliki peran penting dalam membangun ekonomi keluarga.

Pihaknya fokus pada kaum perempuan dari segmen prasejahtera produktif, karena perempuan punya peran penting dalam perekonomian keluarga, kata Ratih dalam diskusi yang dimoderatori Pemred Republika.co.id Elba Damhuri itu.

Ia yakin bahwa perempuan sangat disiplin dalam mengelola uang demi meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Model pertemuan dengan kelompok nasabah itu, menurut dia, juga merupakan bagian dari mitigasi risiko kredit bank yang dipimpinnya yang tidak mengharuskan adanya jaminan.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2016 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan indeks literasi keuangan di Indonesia sebesar 29,66 persen dan indeks inklusi keuangan 67,82 persen. Hal itu memperlihatkan masih banyak anggota masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan formal.

Dengan hadirnya BTPN Syariah yang memiliki visi menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan inklusif, menurut Ratih, pihaknya berupaya mengubah hidup keluarga prasejahtera menjadi lebih baik.

Melalui filosofi "do good do well", BTPN Syariah tidak hanya memberikan pembiayaan. Tetapi juga pendampingan yang memberikan kesempatan kepada para perempuan di segmen prasejahtera produktif untuk berpartisipasi meningkatkan penghasilan keluarga, kata Ratih.

Pendampingan tersebut, lanjutnya, dikemas sedemikian rupa agar para nasabah memiliki empat perilaku unggul yakni berani berusaha, disiplin, kerja keras, dan saling membantu.

Hingga Juni 2017, total aset BTPN Syariah tercatat sebesar Rp8,09 triliun atau naik 21 persen dari periode sebelumnya, kredit bermasalah (NPF) 1,7 persen, kecukupan modal (CAR) 24,8 persen dan total pembiayaan Rp5,77 triliun. Jumlah nasabah bank itu 2,77 juta orang yang semuanya perempuan.

    
Unik

Hendri Saparini berpendapat pilihan BTPN Syariah untuk hanya memberikan pembiayaan usaha mikro kepada hanya perempuan merupakan sesuatu yang unik.

Menurut Hendri yang juga anggota Komite Ekonomi dan Industri nasional, model pembiayaan seperti itu bukan merupakan suatu masalah karena potensi pasarnya besar, apalagi jika dikaitkan dengan peran perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.

"Ini model yang unik karena bisa dianggap merupakan penggabungan antara program sosial dengan pembiayaan kepada usaha mikro," katanya.

Saat ini, menurut dia, separuh perempuan di Indonesia merupakan tenaga kerja. Sebanyak 69 persen tenaga kerja perempuan terserap di desa, sedangkan 62 persen terserap di kota.

Pekerja perempuan lebih banyak di sektor informal, terutama jasa. Bahkan sepertiganya merupakan pekerja paruh waktu, sehingga upah perempuan relatif lebih rendah dibandingkan upah laki-laki.

Selain itu, literasi keuangan perempuan juga masih rendah sehingga pemahaman mereka dalam pengembangan ekonomi masih terbatas. Karena itu diperlukan pendampingan.

Hendri yakin dengan memberdayakan perempuan, ekonomi bisa tumbuh.

Bagi perempuan berjilbab ini, saat ini ia melihat banyak nasabahnya yang mampu menyekolahkan anak. Banyak juga nasabahnya yang telah mengganti kayu sebagai bahan bakar untuk memasak dengan gas.

Menurut dia, perubahan itu tentu menggembirakan. Hal itu menandakan bahwa program BTPN Syariah memiliki dampak sosial yang nyata.

Pewarta: Ahmad Buchori

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017