Antarajabar.com - Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Wilayah Jawa Barat secara resmi membuka Museum Perbendaharaan dengan tujuan untuk mengenalkan sejarah keuangan negara, sistem pengelolaan anggaran, serta alat-alat perancangan anggaran kuno yang diperuntukkan untuk masyarakat umum.



"Masyarakat umum dan para pemangku kepentingan disilakan melakukan kunjungan baik perorangan maupun rombongan ke lokasi tanpa dipungut biaya apapun," ujar Kakanwil Perbendaharaaan Jabar Yuniar Yanuar Rashid, di Bandung, Selasa.



Pembukaan tersebut dihadiri Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Haryana, pejabat pemerintah, para Kepala Museum se-Kota Bandung, dan puluhan pegiat museum.



Menempati salah satu bagian Gedung Dwi Warna yang sarat akan sejarah perjuangan bangsa, museum itu memiliki beberapa keunikan baik dari sisi koleksi, lokasi, sisi kepeloporan pada transparansi dan akuntansi lembaga publik khususnya lingkup Kementerian Keuangan.



"Sisi kepeloporan karena museum ini masih menjadi satu-satunya museum di lingkungan Kementerian Keuangan yang dibuka untuk umum. Hal ini langkah terbaru Ditjen perbendaharaan untuk menguatkan jati diri sebagai katalisator reformasi birokrasi," kata dia.



Yuniar mengatakan, Museum Perbendaharaan didorong untuk menjadi literatur utama sejarah perkembangan pengelolaan perbendaharaan di Indonesia. Maka dari itu, museum ini dilengkapi koleksi dokumen, bahan pustaka, dan peralatan yang digunakan di tiga zaman.



Adapun peralatan lintas zaman itu yakni masa Thesaurie (1866-1968), masa Ditjen Anggaran (1969-2003), dan masa Ditjen Perbendaharaan (2004-sekarang).



Museum ini terbagi dalam tiga ruang, pertama galeri sejarah perkembangan fungsi pembendaharaan, struktur, unit pengelola, dan para pejabat penting di Kementerian Keuangan.



Kedua, ruang auditorium yang digunakan sebagai tempat menonton pemutaran video mengenai sejarah pembendaharaan. Terakhir, galeri koleksi yang menyajikan dokumen, peralatan, bahan pustaka seperti buku staatsblad dan benda-benda lainnya.



"Ruang pertama juga mendeskripsikan peristiwa Gunting Syafruddin, The Supreme Court and The Daendels Palace at The Waterloo Squere," katanya.



Di tempat yang sama, Sekretaris Ditjen Perbendaharaan, Haryana mengatakan, dari mulai persiapan hingga berdirinya museum perbendaharaan ini memerlukan waktu tiga tahun.



Ia mengaku sengaja memilih salah satu bangunan milik Kanwil Jabar untuk digunakan sebagai lokasi museum. Pasalnya, ruang yang digunakan sebagai museum memiliki kaitan erat dengan lahirnya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.



"Semoga bisa menjadi museum hidup. Artinya, setiap perkembangan bisa tersimpan dan terwakili di museum ini. Menjadi museum edukatif. Dan bagi yang tertarik di bidang keuangan, atau mahasiswa bisa menjadi salah satu semacam mata kuliah wajib perbendaharaan negara," kata dia. 

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017