Antarajabar.com - Nelayan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami paceklik ikan akibat musim hujan melanda wilayah Garut selama dua tahun terakhir.
        
"Selama dua tahun ini (2016-2017) hujan lebih sering sehingga mempengaruhi tangkapan ikan," kata Ketua Rukun Nelayan Rancabuaya, Kecamatan Caringing, Garut, Asep Hidayat, kepada wartawan di Garut, Kamis.
        
Ia menuturkan, hampir dua tahun nelayan di selatan Kabupaten Garut tidak dapat melaut untuk mendapatkan penghasilan dari hasil menangkap ikan.
        
Selama ini, kata dia, nelayan yang biasanya mampu melaut 10 kali dalam sebulan, karena cuaca buruk hanya bisa melaut satu kali.
        
"Kalau pun melaut, hasilnya tidak memuaskan, tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan," katanya.
        
Ia mengungkapkan, para nelayan dalam satu kali melaut harus mengaluarkan modal sebesar Rp3 juta, tetapi dengan kondisi cuaca buruk nelayan lebih memilih tidak melaut.
        
Jika dipaksakan, lanjut dia, dapat diperkirakan hasil tangkapan ikannya paling banyak hanya 20 kilogram, tetapi kebanyakannya tidak dapat ikan.
        
"Jadi kalau hujan ikannya tidak datang, nelayan tentu rugi karena biaya operasional sudah dikeluarkan," katanya.
        
Akibat sulitnya menangkap ikan, sejumlah nelayan di Garut terpaksa beralih profesi untuk dapat menghidupi perekonomian keluarganya.
        
Sebagian nelayan itu ada yang menjadi buruh bangunan dan buruh tani, dengan besaran penghasilan dan pekerjaan tidak dapat ditentukan.
        
"Penghasilan buruh tani atau bangunan juga tidak menentu, lebih menguntungkan menjadi nelayan," kata Asep.

Pewarta: Feri P

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017