Antarajabar.com - Sebanyak 16 orang penyandang disabilitas mengikuti tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang diselenggarakan panitia lokal 34 Bandung di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Kota Bandung.
       
"Bagi penyandang disabilitas yang mengerjakan di ITB disiapkan ruang khusus. Kita beri ruang bersekat-sekat," ujar Sekretaris Eksekutif I Panlok 34 Bandung, Asep Gana Suganda, di Kampus ITB Kota Bandung, Selasa.
       
Asep menuturkan, untuk keseluruhan peserta penyandang disabilitas di Panlok 34 Bandung, seluruhnya berjumlah 18 orang, di mana dua orang lainnya mengikuti tes di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat.
       
"Dua orang itu penyandang disabilitas tuna daksa," katanya.
       
Ia merinci, dalam pelaksanaan SBMPTN 2017 Panlok 34 Bandung, para peserta penyandang disabilitas terdiri atas tunarungu/tunawicara berjumlah enam orang, tuna netra berjumlah tujuh orang, tuna daksa lima orang.
        
Ditemui di tempat berbeda, salah seorang peserta penyandang tuna daksa, Adam Kharis Pratama (17), yang menjalani tes Saintek di ruang Labtek VII ITB, tampak santai saat ditemui wartawan disela waktu istirahat tes pertama, dan tidak terlihat wajah tegang dalam raut mukanya.
       
Peserta asal SMAN 1 Padalarang ini mengalami kelumpuhan di kakinya akibat terjatuh dan menimpa tulang ekornya saat berusia dua tahun. Oleh dokter, Adam divonis mengidap kelumpuhan pada kakinya sehingga terpaksa harus menggunakan kursi roda saat menjalani aktivitas.
       
Adam mengatakan, saat akan menjalani tes SBMPTN, ia diantarkan seorang sahabatnya ke ITB sejak pukul 04.00 WIB dengan menyewa mobil.
       
"Dari rumah pukul 03.30 WIB datang ke sini pukul 04.00 WIB salat di Masjid Salman. Keluarga saya ga ikut ke sini, mereka percaya ke saya dan mempercayakan ke teman saya untuk mengantarkan ke sini," ujar Adam.
       
Adam mengaku, dirinya sudah mempersiapkan diri sejak jauh hari untuk menghadapi SBMPTN. Meski soal sulit, namun ia yakin mampu menjawab seluruh pertanyaan.
       
"Soalnya lumayan sulit tapi Insyaallah bisa," katanya.
       
Kepada Antara, ia berharap bisa lolos dan masuk ke program studi astronomi ITB. Terlebih dirinya bercita-cita ingin menjadi seorang astronot dikemudian hari.
       
Adam bercerita, mimpinya tersebut berawal dari kebiasaannya memperhatikan langit, sehingga dalam benaknya timbul rasa penasaran meneliti langsung isi langit.
       
"Awalnya suka lihat langit jadi kepikiran pengen (jadi astronot), ada imajinasi. Ingin jadi bagian dari sejarah," katanya.
    

Pewarta: Asep F

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017