Antarajabar.com - Kota Bandung, Jawa Barat, juga menawarkan tempat untuk berburu buku bekas yakni di Kios Buku Tjihapit yang terletak di antara perempatan Jalan Cihapit dan Jalan LLRE Martadinata (Jalan Riau).

Sepintas orang akan mengira bahwa deretan kios yang berada di kawasan tersebut hanya menjual alat tulis kantor namun ketika diperhatikan lebih lanjut ada sebuah kios yang menjual buku-buku bekas.

Kios Buku Tjihapit, adalah satu-satunya dari deretan toko buku bekas yang tersisa di Jalan Cihapit.

Kios tersebut sebenarnya sudah berdiri dari tahun 80-an namun pemiliknya saat ini yang bernama Bagia (50), mengambil alih kios tersebut pada tahun 2005.

Ia mengatakan bahwa semua itu berawal dari kebiasaannya membaca dan mengoleksi buku-buku langka dan meski bisnis tidak begitu lancar seperti dahulu, Kios Buku Tjihapit masih tetap berdiri atas dasar hobi.

Pada tahun 80-an, toko buku bekas di Jalan Cihapit ini berjumlah enam kios namun terus berkurang seiring dengan perkembangan era digital.

Hingga saat ini hanya ada 1 kios yang masih berjualan. Kebanyakan dari pedagang buku bekas ini mengganti dagangannya, beralih profesi, hingga menjual lapak.

Kios Buku Tjihapit menyediakan beberapa buku-buku dari koleksi pribadinya dan Bagia mendapatkan buku yang ia jual dari penyetor.

Bahkan ada beberapa buku yang ia dapat dari hasil donasi warga dan selain menjual dari kiosnya, Bagia juga menjual buku-bukunya secara online.

"Popularitas penjualan buku cetak secara online terus meningkat, mungkin biar lebih mudah," kata dia.

Bagia mengatakan bahwa kiosnya biasa dikunjungi saat sore hari oleh anak-anak muda. Saat ditanya mengenai omset, ia enggan untuk memaparkan angka,

"Namanya dagang ya angin-anginan. Kadang sepi, kadang ada,"ujarnya.

Buku-buku sejarah merupakan sasaran utama dari para kolektor buku tua. Selain itu, buku-buku karya Soekarno dan Pramoedya Ananta Toer juga banyak dicari oleh pelanggannya.

Tidak hanya buku, kios ini juga menjual berbagai macam majalah bekas. Harga yang ditawarkan oleh Bagia pun beragam, tergantung dari jenis buku hingga kelangkaannya.

Dampak Digitalisasi

Ia mengatakan bahwa para pemilik toko buku bekas disana memilih untuk gulung tikar karena tidak sesuai dengan target penjualan. Keberadaan internet yang sangat mempermudah pencarian informasi, turut membantu penurunan minat membaca buku.

"Kalau dulu orang-orang masih semangat mencari buku-buku seperti ini, tapi sekarang kalah saing dengan buku-buku gratis yang ada di internet. Tinggal beli kuota, bisa baca banyak buku," kata dia.

Penurunan angka penjualan tersebut sebenarnya sudah bermula dari tahun 2000-an, dimana era digital baru dimulai. Namun Bagia percaya bahwa masih ada orang yang senang membaca dan mengoleksi buku-buku cetak.

Ia memaparkan bahwa beberapa anak muda masih suka mengunjungi kiosnya untuk membeli buku atau bahkan sekedar bercengkrama.

Bagia tentunya menyayangkan minat baca pemuda yang terus turun. Menurutnya kepoupuleran buku cetak saat ini kalah saing dengan hadirnya smartphone.

"Itupun anak muda sekarang lebih suka main game online ketimbang mencari informasi," kata dia.

Budaya salin-tempel dari internet saat ini memberi pengaruh buruk bagi budaya membaca. Bagia menuturkan bahwa sebagian informasi yang ada di internet tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Maka dari itu ia mengatakan bahwa buku harus tetap menjadi sumber informasi. "Semoga budaya membaca tidak pernah mati, terutama dikalangan anak muda," kata dia.

 

Pewarta: Faris Husnayain Lubis

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017