Antarajabar.com - Dokter Spesialis Anak Konsultan Hematologi Onkologi dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung, Susi Susanah mengatakan mayoritas anak yang menderita kanker di Indonesia sudah mencapai stadium tiga dan empat.
"Kanker lebih mudah dicegah penyebarannya jika masih berada pada Stadium satu atau dua," kata Susi Susanah, saat menjadi pembicara dalam diskusi memperingati Hari Kanker Dunia yang diperingati pada 4 Februari, di RSHS Bandung, Selasa.
Ia menjelaskan kanker darah atau lebih dikenal dengan leukimia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak di seluruh dunia termasuk di Indonesia, disusul kemudian oleh kanker mata atau retinoblastoma dan kanker kelenjar.
"Anggapan masyarakat bahwa kanker adalah kanker hanyalah penyakit yang diidap orang dewasa. Padahal penyakit kanker tidak mengenal kelompok usia," kata dia.
Sementara itu, salah satu dokter dari Tim Kanker di RS Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung R Maman Abdurahman mengatakan di negara maju di eropa, angka penyembuhan kanker pada anak mencapai 90 persen.
"Sementara di negara seperti Indonesia dan India belum bisa mencapai 50 persen," kata dia.
Dila Audina (23) adalah salah satu dari sekian banyak survivor kanker menceritakan tentang bagaimana ia berjuang melawan penyakit kanker selama 10 tahun hingga sekarang ia sudah menikah dan memiliki satu orang anak.
"Aku di diagnosa pada waktu umur tiga tahun. Umur lima tahun aku mulai kemo sampai aku remaja" kata Dila.
Ia juga bercerita bagaimana beratnya kondisi saat itu di mana rambutnya harus dicukur botak, pengobatan yang menyakitkan dan melelahkan, hingga ia terpaksa harus meninggalkan sekolah dan teman-temannya.
Namun sekarang ia bersyukur perjuangannya dan kegigihannya tidak sia-sia.
"Intinya kita harus selalu semangat. Dengerin apa kata dokter dan ikuti proses pengobatan dengan teratur," kata Dila.
Penyakit kanker juga tidak mengenal kelompok sosial masyarakat dan seorang dokter pun dapat terkena penyakit kanker.
Seperti yang dialami oleh dr Primal Sudjana, dokter spesialis penyakit dalam RSHS Bandung, menceritakan dirinya terkena penyakit kanker tiga tahun lalu.
Ia telah menjalani berbagai pengobaan dan kini sudah beraktivitas dengan normal.
"Padahal saya tidak merokok, tapi tetap terkena kanker. Saya turut merasakan bagaimana perjuangan penderita kanker lainnya," ujar Primal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
"Kanker lebih mudah dicegah penyebarannya jika masih berada pada Stadium satu atau dua," kata Susi Susanah, saat menjadi pembicara dalam diskusi memperingati Hari Kanker Dunia yang diperingati pada 4 Februari, di RSHS Bandung, Selasa.
Ia menjelaskan kanker darah atau lebih dikenal dengan leukimia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak di seluruh dunia termasuk di Indonesia, disusul kemudian oleh kanker mata atau retinoblastoma dan kanker kelenjar.
"Anggapan masyarakat bahwa kanker adalah kanker hanyalah penyakit yang diidap orang dewasa. Padahal penyakit kanker tidak mengenal kelompok usia," kata dia.
Sementara itu, salah satu dokter dari Tim Kanker di RS Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung R Maman Abdurahman mengatakan di negara maju di eropa, angka penyembuhan kanker pada anak mencapai 90 persen.
"Sementara di negara seperti Indonesia dan India belum bisa mencapai 50 persen," kata dia.
Dila Audina (23) adalah salah satu dari sekian banyak survivor kanker menceritakan tentang bagaimana ia berjuang melawan penyakit kanker selama 10 tahun hingga sekarang ia sudah menikah dan memiliki satu orang anak.
"Aku di diagnosa pada waktu umur tiga tahun. Umur lima tahun aku mulai kemo sampai aku remaja" kata Dila.
Ia juga bercerita bagaimana beratnya kondisi saat itu di mana rambutnya harus dicukur botak, pengobatan yang menyakitkan dan melelahkan, hingga ia terpaksa harus meninggalkan sekolah dan teman-temannya.
Namun sekarang ia bersyukur perjuangannya dan kegigihannya tidak sia-sia.
"Intinya kita harus selalu semangat. Dengerin apa kata dokter dan ikuti proses pengobatan dengan teratur," kata Dila.
Penyakit kanker juga tidak mengenal kelompok sosial masyarakat dan seorang dokter pun dapat terkena penyakit kanker.
Seperti yang dialami oleh dr Primal Sudjana, dokter spesialis penyakit dalam RSHS Bandung, menceritakan dirinya terkena penyakit kanker tiga tahun lalu.
Ia telah menjalani berbagai pengobaan dan kini sudah beraktivitas dengan normal.
"Padahal saya tidak merokok, tapi tetap terkena kanker. Saya turut merasakan bagaimana perjuangan penderita kanker lainnya," ujar Primal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017