Antarajabar.com - Selama ini mereka dikenal sebagai pemburu hewan dan pemelihara reptil, tapi warga yang tinggal di Permukiman Abu Rawash --cuma beberapa kilometer dari Piramid Giza-- mengubah kebiasaan mereka.
       
Seorang pemburu di sana, Salah Tolba, misalnya memutuskan untuk mengubah hobinya menjadi pengusaha pertunjukan hewan melalui kebun binatang swasta berizin, yang langka.
       
Desa Africano Tolba adalah kebun binatang swasta yang dibuat oleh pemburu yang berusia 50 tahun, Salah Tolba.
       
Dua kandang yang berdampingan dan berisi satu singa serta dua singa betina hadir di bagian tengah halaman terbuka kebun binatang itu, yang dikeliling oleh beberapa kandang bermacam binatang, reptil dan burung.
       
"Saya mewarisi hobi berburu dari ayah dan kakek saya dan mendirikan kebun binatang ini sejak dulu telah menjadi impian saya. Saya mempunyai 20 jenis reptil dan antara 10 dan 15 spesies hewan lain di kebun binatang saya," kata Tolba di kebun binatang swastanya kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Ia menyatakan keluarganya telah mengelola bisnis tersebut selama hampir 200 tahun.
       
Tolba mengatakan ia menerima izin untuk membuat kebun binatang setelah beberapa komite dari Dinas Umum bagi Layanan Hewan dan Kementerian Lingkungan Hidup memeriksa tempatnya untuk menjamin bahwa tempat tersebut memenuhi ketentuan.
       
"Saya memerlukan waktu persiapan selama lima tahun untuk secara resmi membuka kebun binatang ini buat pengunjung pada 2013," katanya.
       
Pemburu kawakan itu mengatakan ia membeli singa dan dua singa betina dari Kebun Binatang Giza, milik Kementerian Pertanian Mesir.
       
"Saya tidak membeli hewan tersebut cuma untuk pertunjukan tapi untuk pengembang-biakan," kata pemburu itu. Ia menyatakan ia menamakan singa jantan tersebut "Udayy", nama yang terdengar macho dalam Bahasa Arab, sedangkan kedua singa betina cantik Lebanon "Nancy" dan "Haifaa".
       
Tolba mengatakan ia membuat kebun binatang itu di lantai dasar rumahnya, yang memiliki tiga lantai, sebab ia ingin dekat dengan semua hewan tersebut agar ia bisa merawat mereka dengan baik.
       
Memelihara hewan liar memicu perdebatan sengit di Mesir setelah satu harimau yang melarikan diri dari peternakan hewan liar membunuh seorang anak perempuan yang berusia empat tahun pada September 2016.
       
Peternakan hewan liar tersebut milik seorang profesor universitas di Permukiman Ayyat di Giza.
       
Selain itu, satu singa sirkus menewaskan pelatihnya, yang berusia 25 tahun, selama pertunjukan di Iskandariyah di hadapan murid sekolah juga pada November.
       
"Saya tidur di sebelah hewan tersebut, sebab saya harus memeriksa langsung bahwa kandang mereka terkunci, karena jika saya lupa dan membiarkan pintu kandang singa terbuka, hewan itu mungkin keluar dan melukai orang. Dalam kasus seperti itu, saya akan dihukum dan kebun binatang saya akan ditutup," katanya.
       
Kebanyakan pegawai kebun binatang tersebut berasal dari keluarga Tolba.
       
Istri Tolba, anak-anak dan pasangan mereka membantu membersihkan kebun binatang itu dan memberi makan semua hewan tersebut, termasuk cucu Tolba yang masih kecil dan tanpa takut membantu membersihkan kandang kaca ular beracun.
       
Selusin pengunjung, kebanyakan perempuan dan anak kecil, berkeliling kebun binatang tersebut --yang memberi menyediakan "slide" keterangan untuk anak-anak. Mereka dengan senang melihat singa, rubah, rubah fennec, kera, srigala, kucing liar, ular, kadal dan burung.
       
"Kebun binatang ini dikunjungi banyak orang selama liburan, tak kurang dari 5.000 pengunjung. Pertunjukan singa dan anaconda adalah yang paling populer buat pengunjung," kata Tolba kepada Xinhua.
       
Tolba mengatakan keuntungan tahunan dari kebun binatang tersebut berjumlah sebanyak 8.000 dolar AS dan dan kebun binatang itu menerima 100 pengunjung per bulan kecuali selama hari raya, ketika kebun binatang swasta tersebut dikunjungi sebanyak 5.000 orang.

  

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017