Bandung, (Antarajabar.com) - Kalderon Api PON XIX/2016 Jabar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Kota Bandung menggunakan teknologi "hydraulic telecopic" dan masih jarang dipergunakan dalam prosesi serupa di ajang olahraga.

"Kalderon Stadion GBLA menggunakan teknologi hydraulic telecopic dalam proses penyulutan apinya. Meski bukan yang pertama, tapi teknologi ini masih jarang dipergunakan di ajang seperti ini," kata Manajer Kreatif Tim Sembilan Bidang Upacara PB PON XIX/2016 Jabar Satria Januar Akbar di Bandung, Sabtu.

Sementara itu pada Sabtu malam, akhirnya cara penyulutan kalderon PON XIX/2016 Jabar akhirnya bisa disaksikan oleh puluhan ribu pasang mata yang hadir di Stadion GBLA dan juga bahkan jutaan penonton yang menyaksikan melalui layat televisi yang menayangkan langsung peristiwa bersejarah bertema "Berjaya di Tanah Legenda" itu.

Dengan bantuan perangkat "hydraulic telecopic" itu, penyulutan api PON dilakukan oleh atlet karate cilik Lala Diah Pitaloka.

Sebelumnya, obor api PON dibawa secara berantai dibawa oleh legendaris bulutangkis Susi Susanti dan Taufik Hidayat, kemudian Anton Suseno (tenis meja) terakhir Resa Suseanti (downhill/sepeda).

Lala sebagai pemegang obor terakhir dan melakukan penyulutan api ke sumbu yang telah disiapkan.

Secara perlahan kembang api hasil penyulutan dari tiga sisi naik mendekati lubang kalderon dan dalam waktu bersamaan, api PON XIX/2016 berkobar di atas kalderon itu.

Sebelumnya pihak panitia bidang upacara menutup rapat-rapat cara dan prosesi penyulutan kalderon itu. Sepanjang pada 17-29 September 2016 akan tetap menyala hingga upacara penutupan PON XIX/2016.

Api PON diambil dari sumber api abadi di Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu yang diarak sejauh 1004,5 kilometer melintasi 27 kabupaten/kota di Jawa Barat selama 5-17 September 2016. (*)

Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Isyati Putri


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016