Antarajabar.com - Minimnya ruang kelas karena rusak parah bahkan ada yang ambruk dan tidak pernah mendapatkan perhatian, jumlah siswa di dua sekolah di wilayah selatan Cianjur, Jabar, terus berkurang setiap tahun.     
Salah satunya Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Pasirtaritih, Desa Margaluyu, Kecamatan Campaka, yang berjarak 30 kilometer dari pusat kota Cianjur, dimana selain bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai, bangku yang digunakan siswa sudah reyot dan sebagian patah.
        
"Bahkan atap kelas sudah bocor dan temboknya mulai retak-retak. Setiap hujan turun, siswa terpaksa menepi ke sisi ruangan agar tidak basah kuyup atau siswa terpaksa diliburkan karena kami takut bangunan sekolah roboh," kata Abdul Ajid seorang guru sekaligus pengelola MI tersebut pada wartawan, Senin.
        
Dia menjelaskan, sejak berdiri tahun 1963, tingkat kepedulian orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MI tersebut, cukup tinggi karena sekolah setingkat berjarak sangat jauh. Sejak berdiri bangunan sekolah baru satu kali mendapatkan renovasi tahun 1990, dimana dana yang terkumpul dari hasil swadaya orang tua murid
   
Namun seiring berjalannya waktu, bangunan sekolah semakin lapuk, bahkan sebagian besar ruangan kelas tidak lagi memiliki langit-langit karena ambrol akibat genteng dibagian atap sudah bocor, sehingga bangunan rentan ambruk.  
   
"Karena sekaolah satu-satunya jumlah murid mencapai ratusan orang ketika itu, namun saat ini dengan kondisi bangunan seperti ini, banyak orang tua mengalihkan anaknya untuk menjalani pendidikan ke sekolah lain yang jaraknya sangat jauh," katanya.
        
Hal yang sama dialami MTs Mathlaul Anwar di Kampung Wates, Desa Puncakwangi, Kecamatan Leles, dimana kondisi bangunan sekolah lebih parah. Beberapa ruang kelas ambruk dimakan usia dan pihak sekolah tidak mampu melakukan perbaikan, sehingga proses belajar mengajar siswa terpaksa digilir dalam satu ruangan yang disekat.
        
Letak sekolah yang terpisah jauh dari kota Kecamatan Leles itu, harus ditempuh selama dua jam perjalan, sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali meskipun pihak seolah telah berkali-kali mengajukan permohonan bantuan.  
   
"MTS ini merupakan sekolah terdekat bagi warga dari beberapa desa, waktu pertama dibuka siswa yang menjalani proses belajar di sekolah ini mencapai ratusan, namun sejak bangunan ini rusak, bahkan beberapa diantaranya ambruk, jumlah siswa terus berkurang setiap tahunnya," kata seorang staf sekolah yang menolak namanya dicantumkan.
        
Pihak dari kedua sekolah berharap perhatian pemerintah khususnya Kemenag Cianjur, dapat mewujdukan mimpi guru dan warga di wilayah tersebut, untuk memiliki ruang kelas yang layak, agar warga tidak jauh melepas anaknya untuk menimba ilmu di wilayah tersebut.
        
"Kalau ke sekolah SMP terdekat di Leles, warga harus mengeluarkan uang transpor untuk anaknya Rp100 ribu perhari karena jarak dari wilayah ini sangat jauh untuk sampai ke sekolah setara di kota kecamatan. Semoha harapan kami mendapat bantuan segara terwujud," katanya.
        
Humas Kemenag Cianjur, Gumilar, mengatakan, pihaknya telah memiliki data sekolah yang bangunannya rusak, namun untuk
merealisasikan bantuan, pihak sekolah swasta harus mengajukan ke Kemenag melalui operator di setiap wilayah, sedangkan untuk madrasah negeri sudah memiliki anggaran sendiri untuk pembangunan dan perbaikan gedung.
        
"Kami tidak bisa memberikan bantuan begitu saja karena sudah terpusat, sehingga pengajuannya langsung ke pusat tapi melalui operator. Kami pasti membantu karena ini menjadi tanggungawab bersama," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016