Antarajabar.com - Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat (ANTARA News) - PBB menghapus koalisi militer pimpinan Arab Saudi dalam daftar hitam pelaku pelanggaran hak anak dalam pertempuran di Yaman setelah Riyadh memrotes keputusan tersebut pada Senin (6/6).

Arab Saudi meminta laporan PBB yang menyimpulkan bahwa koalisi pimpinannya bertanggung jawab atas 60 persen dari 785 kematian anak di Yaman sepanjang tahun lalu "dikoreksi". 

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyetujui usul Arab Saudi untuk meninjau kembali fakta-fakta dan kasus-kasus yang dikutip dalam laporan gabungan dengan koalisi, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric. 

"Sembari menunggu kesimpulan dari peninjauan bersama, sekretaris jenderal menghapus koalisi dari lampiran laporan," kata Dujarric seperti dilansir kantor berita AFP.

Dia sebelumnya membela laporan itu dan menyatakan daftarnya tidak akan diubah. Namun beberapa jam kemudian juru bicara mengeluarkan pernyataan mengumumkan bahwa koalisi akan dihapus dari daftar sampai peninjauan kembali dilakukan.

Duta Besar Arab Saudi Abdullah al Mouallimi mengatakan kepada awak media bahwa koalisi merasa "lega" mengetahui penghapusan koalisi dalam daftar hitam, menyatakan bahwa penghapusan itu "final dan tanpa syarat."

Mouallimi, yang sebelumnya menyatakan "sangat kecewa" dengan laporan itu, menggambarkan angka-angka dalam laporan PBB "terlalu dibesar-besarkan." Dia bertemu dengan Deputi Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson di Markas PBB untuk membahas daftar tersebut.

Human Rights Watch menuduh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerah pada tekanan Arab Saudi, mencatat bahwa PBB sendiri mendokumentasi serangan-serangan udara koalisi ke sekolah dan rumah sakit di Yaman.

"Daftar ini memberi jalan untuk manipulasi politik, dan ini kehilangan kredibilitasnya, dan menodai peninggalan sekretaris jenderal pada hak asasi manusia," kata wakil direktur Human Rights Watch, Philippe Bolopion.

Koalisi pimpinan Arab Saudi mulai melancarkan operasi serangan udara untuk mendukung Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi pada Maret 2015 guna melawan pemberontak Houthi setelah mereka merebut ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah negara itu. 

Konflik Yaman telah menewaskan sekitar 6.400 orang dan menyebabkan 80 persen lebih warganya membutuhkan bantuan kemanusiaan menurut laporan PBB.(ab/)

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016