Antarajabar.com - Satlak "Jabar Kahiji" KONI Jawa Barat melakukan sosialisasi jenis-jenis doping lama dan terbaru untuk menghindari terjadinya kasus itu di ajang PON XIX/2016 Jabar.

"Kami ingatkan kembali jenis-jenis doping baik yang sudah lama maupun yang baru dimasukan sebagai kandungan doping kepara para pelatih dana atlet. Hal itu untuk menghindari kasus itu menimpa atlet Jabar," kata Ketua Satlak Jabar Kahiji Yunyun Widiana di Bandung, Jumat.

Salah satunya, kata dia mensosialisasikan jenis doping terbaru berkandungan meldonium yang membuat juara grand slam tujuh kali Maria Sharapova gagal melakukan tes doping.

Awal tahun 2016, zat tersebut telah termasuk dalam daftar zat peningkat performa dan dilarang oleh Badan Anti-Doping Dunia (World Anti-Doping Agency`s/WADA).

"Kami juga akan melakukan koordinasi dengan komisi anti doping di Indonesia. Sebagai langkah preventif, termasuk terkait kandungan meldonium yang baru diberlakukan awal tahun lalu," kata Yunyun.

Lebih lanjut ia menyebutkan, pengecekan doping PON XIX/2016 akan dilakukan secara random untuk atlet beregu dan juga kepada atlet peraih medali emas pada setiap nomor dan cabang olahraga yang dipertandingkan.

"Prosedur dan teknisnya sama yakni dilakukan pengambilan sampel urine bagi peraih medali emas atau secara random untuk atlet beregu. Sanksinya juga tegas, salah satunya pencabutan medali yang diraih dan juga dikenakan skorsing sesuai aturan olahraga yang berlaku," katanya.

Oleh karena itu, Satlak Jabar Kahiji menekankan kepada para pelatih untuk melakukan pengawasan terhadap makanan dan suplemen yang dikonsumsi agar terhindar dari kandungan yang masuk kategori doping.

"Pengawasan harus dilakukan sejak sekarang, terkadang atlet tidak sadar atau tidak tahu bila makanan atau minuman yang dikonsumsinya itu bisa masuk kategori doping. Atlet juga wajib tahu tentang doping," katanya.

Salah satunya adalah konsumsi ramuan, juga harus mendapat pengawasan dan pengecekan kandungannya jangan sampai menjadi bumerang bagi para atlet pada laga sesungguhnya.

"Banyak kasus doping karena berasal dari ramuan, atlet tidak menyadarinya," katanya.

Termasuk juga kandungan meldonium yang juga menimpa atlet tenis Maria Sharapova yang menurut dia juga harus diantisipasi jangan sampai kandungan yang baru masuk kategori doping pada awal tahun itu juga beredar di Indonesia.

"Ya kita jaga-jaga saja, suplemen dan ramuan yang dikonsumsi atlet harus diketahui atau diberitahukan kepada pelatih masing-masing," kata Yudhi yang juga Dekan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu menambahkan.


Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016