Antarajabar.com - Sejumlah warga di 11 rukun warga yang berada di Kelurahan Argasunya Kota Cirebon, Jawa Barat, tidak berpartisipasi dalam pekan imunisasi nasional kali ini karena mereka trauma dengan kejadian tahun yang sudah berlalu dan kurangnya pemahaman mereka.

"Warga yang tidak mau diimunisasi balitanya itu akibat traumatik dan yang jelas pengalaman dulu," kata Kepala Puskesmas Sitopeng Ahmad Subhi di Cirebon, Selasa.

Untuk mengubah itu tidak mudah dilakukan karena itu butuh penyuluhan yang terus menerus dan juga pendekatan tentang pentingnya imunisasi.

Pada kesempatan PIN kali ini saja, pihaknya belum bisa mencapai angka yang ditentukan dan ditargetkan yaitu 75 persen.

Sekarang ini dari data terakhir yang diterimanya baru ada kurang dari 60 persen warga yang membawa balitanya imunisasi.

"Kesadaran mereka belum tertanam karena traumatik itu dan kami baru mendapatkan data 60 persen kurang warga yang balitanya diimunisasi," ujarnya.

Ia berharap, semua unsur pemerintahan bisa melakukan sosialisasi dan juga arahan pentingnya imunisasi karena tidak dipungkiri tingkat pendidikan warga disana juga kebanyakan tidak melanjutkan kejengjang yang lebih tinggi.

Dimana kebanyakan hanya lulusan Sekolah Dasar, untuk itu pendidikan juga perlu dan sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada mereka.

Dari data pihak Puskesmas di daerah tersebut juga pernah terjadi virus difteri pada tahun 2014 dan itu juga karena tingkat kesadaran imunisasi kurang.

"Dulu juga pernah ada kasus difteri di daerah tersebut dan itu adalah akibat minimnya imunisasi," ungkapnya.

Selama diselenggarakannya PIN yang mulai dari tanggal 8 sampai 15 Maret ini ada warga yang ketika mau diberi vaksin lari dan menolak balitanya ditetesi vaksin.


 

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016