Antarajabar.com - Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Garut mengampanyekan penolakan perayaan hari Valentine serta keberadaan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dalam kegiatan hari bebas kendaraan di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu.
Anggota HTI Garut, Jajang Nurul mengatakan kampanye yang melibatkan sejumlah anggota HTI itu untuk membangun kesadaran dan mencerahkan masyarakat terhadap masuknya budaya luar seperti valentine dan LGBT.
"Kami lakukan kampanye ini untuk mencerahkan masyarakat agar masyarakat Garut tidak mudah terkontaminasi budaya luar yang merugikan," katanya.
Menurut dia, Valentine yang seringkali dirayakan setiap 14 Februari dan keberadaan GLBT merupakan bentuk yang merusak budaya bangsa Indonesia khususnya umat muslim.
"Jangan sampai ini dibiarkan, Valentine dan LGBT itu merusak budaya di negeri ini," katanya.
Ia menambahkan kampanye penolakan tersebut akan terus digelar sebagai upaya menyelamatkan bangsa Indonesia khususnya umat Muslim dari keterpurukan moral.
Terkait penolakan LGBT, kata dia, karena perilaku kehidupan manusia seperti menyukai sesama jenis sudah tidak masuk akal dan menyalahi aturan agama.
"Manusia yang lebih punya akal harusnya malu kalau suka sesama jenis, hewan saja tidak menyukai sesama jenis," katanya.
Aksi di depan Gedung Lasminingrat tersebut digelar dengan membentangkan dua spanduk kosong untuk ditandatangani warga Garut sebagai bentuk dukungan penolakan Valentine dan LGBT.
Seorang warga Garut, Tia (19) menyatakan penolakan terhadap adanya kegiatan Valentine dan keberadaan LGBT karena menyimpang pada ajaran Islam.
"Jangan sampai di Garut ini ada LGBT, apalagi dilegalkan," katanya.
Warga Garut lainnya, Kusuma mengatakan Valentine merupakan kebiasaan budaya asing yang seharusnya tidak perlu dirayakan di Indonesia apalagi oleh umat Muslim.
Menurut dia, kasih sayang itu harus disampaikan setiap hari, setiap waktu bukan di waktu tertentu yang sifatnya mengarah tidak sesuainya pada ajaran Islam.
"Valentine itu sepertinya menghalalkan yang bukan muhrimnya, di Islam itu tidak ada istilah pacaran, bersentuhan tangan saja itu tidak boleh," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
Anggota HTI Garut, Jajang Nurul mengatakan kampanye yang melibatkan sejumlah anggota HTI itu untuk membangun kesadaran dan mencerahkan masyarakat terhadap masuknya budaya luar seperti valentine dan LGBT.
"Kami lakukan kampanye ini untuk mencerahkan masyarakat agar masyarakat Garut tidak mudah terkontaminasi budaya luar yang merugikan," katanya.
Menurut dia, Valentine yang seringkali dirayakan setiap 14 Februari dan keberadaan GLBT merupakan bentuk yang merusak budaya bangsa Indonesia khususnya umat muslim.
"Jangan sampai ini dibiarkan, Valentine dan LGBT itu merusak budaya di negeri ini," katanya.
Ia menambahkan kampanye penolakan tersebut akan terus digelar sebagai upaya menyelamatkan bangsa Indonesia khususnya umat Muslim dari keterpurukan moral.
Terkait penolakan LGBT, kata dia, karena perilaku kehidupan manusia seperti menyukai sesama jenis sudah tidak masuk akal dan menyalahi aturan agama.
"Manusia yang lebih punya akal harusnya malu kalau suka sesama jenis, hewan saja tidak menyukai sesama jenis," katanya.
Aksi di depan Gedung Lasminingrat tersebut digelar dengan membentangkan dua spanduk kosong untuk ditandatangani warga Garut sebagai bentuk dukungan penolakan Valentine dan LGBT.
Seorang warga Garut, Tia (19) menyatakan penolakan terhadap adanya kegiatan Valentine dan keberadaan LGBT karena menyimpang pada ajaran Islam.
"Jangan sampai di Garut ini ada LGBT, apalagi dilegalkan," katanya.
Warga Garut lainnya, Kusuma mengatakan Valentine merupakan kebiasaan budaya asing yang seharusnya tidak perlu dirayakan di Indonesia apalagi oleh umat Muslim.
Menurut dia, kasih sayang itu harus disampaikan setiap hari, setiap waktu bukan di waktu tertentu yang sifatnya mengarah tidak sesuainya pada ajaran Islam.
"Valentine itu sepertinya menghalalkan yang bukan muhrimnya, di Islam itu tidak ada istilah pacaran, bersentuhan tangan saja itu tidak boleh," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016