Antarajabar.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengecek langsung harga daging ayam dan daging sapi ke Pasar Cihaurgeulis, Kota Bandung, Minggu, sebagai bagian dari pengawasan agar harga kembali stabil.
        
Saat peninjauan, harga daging ayam di Pasar Cihaurgeulis berada di kisaran Rp36 ribu hingga Rp39 ribu/kg. Sementara harga daging sapi sudah berada di kisaran Rp100 ribu hinggaRp 110 ribu/kg dari sebelumnya Rp120 ribu hingga Rp130 ribu/kg.
        
Aher mengharapkan agar harga kembali turun dan stabil, karena menurutnya untuk daging ayam nilai stabilitasnya berada di kisaran Rp34 ribu/kg.
        
"Kata para pedagang ini (harga daging) sudah turun dibanding sebelumnya yang pernah Rp 40 ribu bahkan Rp 41 ribu per kilonya. Kemudian, Alhamdulillah langkah-langkah yang kita lakukan melihat mata rantainya kemudian mengontrol jangan sampai ada penimbunan dan kedzaliman dalam distribusi. Alhamdulillah sudah mulai turun," ujar Aher.
        
Ia menyerahkan sepenuhnya kepada KPPU untuk meneliti penyebab tingginya harga daging saat ini serta melihat dampak dari kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah.
        
Lebih lanjut Aher pun berpendapat bahwa kebijakan untuk menstabilkan harga tetap diperlukan namun disertai dengan pengawasan, sehingga tidak melewati kestabilan harga yang diinginkan dan tetap bisa menguntungkan berbagai pihak seperti produsen dan konsumen.
        
"Saya kira kebijakan untuk menstabilkan boleh-boleh saja, hanya ya harus dikontrol juga. Jangan sampai penstabilannya terlewat sehingga harusnya stabil di angka Rp 35 ribu umpamanya atau diangka Rp34 ribu, ternyata menimbulkan gejolak," kata Aher.
        
Sementara itu, Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan bahwa KPPU akan meneliti sejauh mana efektifitas kebijakan yang telah dibuat oleh Kementerian Pertanian terhadap stabilitas harga, serta meneliti persaingan dalam industri daging nasional.
        
"Pertama, kita akan meneliti apakah kenaikan harga ayam ini disebabkan oleh adanya kebijakan yang dibuat oleh Kementerian Pertanian terkait dengan pemusnahan 'parent stock' dari ayam itu. Karena sejak September 2015 ada kesepakatan diantara pemilik parent stock untuk memusnahkan sekitar 6 juta ekor 'parent stock', sekarang terealisasi sekitar 2 sampai 4 juta 'parent stock'," kata Syarkawi.
        
Menurut Komisioner KPPU termuda ini, pemusnahan parent stock ayam bisa berdampak pada kelangkaan DOC. Untuk itu, pihaknya pun akan meneliti mengenai dampak dari pemusnahan parent stock terhadap pasokan DOC peternak.
        
"Kedua yang ingin kita fokus adalah kita akan melihat apakah kenaikan harga dipasaran ini disebabkan oleh perilaku yang bersifat antipersaingan atau persaigan tidak sehat," katanya.
        
"Misalkan ada tindakan yang mengarah ke kartel dalam bentuk persekongkolan antar ¿ apakah para pelaku usaha di level pedagang besar atau peternakan besar, atau di level katakanlah mulai dari dua perusahaan besar yang menguasai industri ayam di tanah air. Kita akan sampai kesitu proses penelitiannya atau bahkan proses penyelidikannya," kata Syarkawi.
        
KPPU akan memanggil para pihak terkait, seperti produsen, pengelola ayam "parent stock" dan DOC hingga peternak besar untuk segera mengetahui penyebab dari harga daging ayam yang cenderung naik saat ini.
        
Selain itu, KPPU pun akan memberikan rekomendasi kepada Kementerian Pertanian untuk menghentikan kebijakan pemusnahan 'parent stock' ayam. Karena menurut penelusuran yang telah dilakukan KPPU, ditemukan bahwa para peternak memang kekurangan DOC yang disebabkan oleh kurangnya pasokan dari pemilik "parent stock" yang telah memusnahkan DOC, sehingga produksinya turun.
        
Sementara untuk daging sapi, kenaikan harga yang terjadi saat ini memang disebabkan oleh pemberlakuan PPN sebesar 10 persen.
        
Namun, melalui peninjauan ke pasar ini diketahui bahwa harga daging sapi saat ini mulai mengalami penuruan sejak pencabutan PPN tersebut. Harga daging sapi saat ini berada di kisaran Rp 100 ribu hingga Rp110 ribu/kg.

    

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016