Antarajabar.com - Mahasiswa jurusan Fisika Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran menemukan cara pemanfaatan aki basah bekas menjadi sel surya padat yang ekonomis dan berpotensi mengurangi limbah.

"Kami memanfaatkan unsur timbal dari aki bekas untuk diubah menjadi unsur Pbl2," kata ketua tim penelitian, Ilham Dhia Putra di Laboratorium Fiska Fakultas MIPA Unpad, Jatinangor, Senin.

Menurut dia unsur Pbl2 merupakan salah satu bahan untuk membuat perovskite yang berguna sebagai lapisan penyerap pada panel surya.

Ia mengatakan, latar belakang penelitian yang ia kerjakan bersama lima orang rekannya tersebut berangkat dari kekhawatiran mereka atas kecenderungan penggunaan energi di Indonesia yang masih sangat mengandalkan gas dan minyak, dimana kedua energi tersebut tidak terbarukan.

"Indonesia masih bergantung pada gas dan minyak sedangkan kedua energi tersebut akan habis, harus ada alternatifnya," kata dia.

Salah satu alternatif tersebut menurut dia adalah energi surya yang dapat dikumpulkan melalui panel untuk kemudian dikonversi menjadi listrik dan disimpan ke dalam batrei.

"Tapi panel surya itu mahal, maka dari itu kami membuat salah satu komponennya dari bahan daur ulang," katanya.

Selain itu semakin banyak masyarakat yang membeli mobil, terutama keluaran terbaru, akan semakin memperbesar peluang munculnya limbah timbal berat dari aki basah yang dibuang dan tidak lagi didaur ulang.

"Mobil sekarang sudah beralih ke batrei lithium, lama kelamaan bila aki basah tidak laku lagi dijual ke pabrik dan pengolahan sudah tutup, jumlah timbal berat yang dihasilkan akan semakin banyak, kami berupaya meningkatkan nilai ekonomi aki basah dengan memanfaatkannya jadi Pbl2," kata dia.

Proses pemanfaatan aki basah bekas, ia mengatakan, tahapannya adalah dengan mengeluarkan elektroda batrei (Pbo2) untuk kemudian dipanaskan dengan suhu 600 derajat celcius, dilarutkan dengan asam asetat, dicampur dengan Kl, dan dikeringkan menggunakan oven vakum sehingga menghasilkan Pbl2.

"Pbl2 (berbentuk bubuk kuning) tersebut kemudian dimasukan pada proses spin-coating dengan larutan Pbl2 pada gelas substrat, kemudian di-spin-coating lagi dua kali dengan MAI," kata dia.

Hasilnya adalah lapisan kaca berwarna kehitaman yang kemudian digunakan sebagai komponen penyusun sel surya padat. Ia mengatakan, harga bubuk Pbl2 di pasaran hingga saat ini masih tergolong sangat mahal.

"Harga Pbl2 yang beli di pabrik itu 320 USD per 50 gram, sementara dari satu aki bekas kami bisa menghasilkan 1.58 Kg Pbl2 dengan kemurnian 88 persen dan harapannya bisa ditingkatkan lagi kemurniannya hingga di atas 90 persen agar dapat bersaing ke industri," kata mahasiswa semester lima ini.

Perbandingan harga seperti itu, satu buah aki basah bekas dapat diasumsikan memiliki nilai tambah ekonomi mencapai lebih dari 130 juta rupiah.

"Jadi aki bekas tidak serta-merta dibuang bila sudah tidak lagi dipakai hingga mencemari lingkungan," kata dia.

Ia pemanfaatan aki basah bekas untuk dijadikan sel surya padat dapat dikaji oleh lebih banyak mahasiswa agar ketergantungan terhadap minyak dan gas dapat berkurang serta impor panel surya dapat ditekan.

"Saya berharap ada semakin banyak mahasiswa yang mempelajari ini agar kita dapat membuat sel surya sendiri, jadi tidak tergantung pada minyak dan gas juga tidak harus impor panel surya terus" kata dia menambahkan.



Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015